Sandiaga Menyesal Selama Kuliah IPK Selalu 4,0

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan hasil dr pengolahan hasil tes, tingkat keberhasilan mahasiswa pada tamat keseluruhan acara pembelajaran yg merupakan rata-rata terimbang dr seluruh mata kuliah yg ditempuh.

Bagi sebagian mahasiswa, IPK menjadi salah satu alat ukur prestasi di bidang akademik atau pendidikan di perguruan tinggi. Jenjangnya itu antara 0,00-4,00, makanya IP atau IPK paling tinggi itu 4,00. Tentu sebuah kebahagiaan jikalau mendapat pencapaian tertinggi tersebut.

Sayangnya, hal tersebut tak berlaku bagi Sandiaga Uno. Calon wakil gubernur DKI itu jikalau punya kesempatan mengulang (kuliah), ia tidak mau mendapat IPK 4.0. Padahal, selama kuliah ia cukup moncer dengan-cara akademik. Dari permulaan hingga selesai, Sandi selalu mendapat IPK 4.0

“Kalau disuruh ulang (kuliah) lagi, mungkin saya akan banyak gunakan untuk networking ya, banyakin sahabat,” kata Sandiaga Uno beberapa pekan lalu di sebuah tayangan program perbincangan televisi nasional.

Sosok yg doyan olahraga & lahir pada 28 Juni 1969 itu mengaku, selama kuliah memang ‘diancam’ ibunya untuk terus mendapatkan nilai tertinggi.

Maklum, ibunya Rachmini Rachman atau Mien Uno, populer ‘galak’ dlm mendidik anaknya. Sosok ibu yg sungguh disiplin pada anaknya, bahkan condong keras. Sandiaga & sang abang semenjak kecil sudah dibiasakan untuk menciptakan jadwal sehari-hari & harus mematuhinya.

“Memang waktu kuliah diancam-ancam sama ibu, kuliah mesti cepat kelar & nilai mesti elok,” kata pasangan cagub DKI Anies Baswedan itu.

Bahkan, ada yg menawan tatkala duduk di bangku sekolah menengah atas. Setiap kali ia mendapat nilai buruk, hasil-hasilnya ditempel di dinding kamar. Karena itu terpatri terus & belajar terus, fokus terus.

  Cara Sihir Firaun Masa Kini Bekerja

Teman-sahabat Sandi mengatakan dirinya seorang kutu buku. Tapi Sandi tidak mau menjadi seorang kutu buku meski nyatanya kutu buku. Ia sebal disebut demikian meski terlihat sangat keren.

“Sebel lah, rambutnya gede, berkaca tebel. Dulu (mata) saya minus 10, jad tebel banget. Agak tebel tapi ya telah,” kata pria yang mendapat beasiswa di George Washington University, Amerika Serikat & berhasil lulus dgn predikat Cumlaude itu.  [Paramuda/Wargamasyarakat]