Hukum Syariat yang Berlaku untuk Jin

Jin itu adalah mahluk Allah pula meski tak faktual. Jin adalah jenis makhluk halus. Seperti halnya manusia, jin pula hidupnya berkelompok, bersuku & berbangsa. Jin itu terdiri dr perempuan & laki-laki. Jin pula memiliki nafsu untuk menikah, mempunyai anak, kecil hingga besar. Jin pun akan mendapati maut, meski usianya berlawanan dgn ukuran manusia.

Ibnu Jarir dr Wahb bin Munabbih, ia ditanya perihal jin, “Apakah jin itu makan, minum, mati & menikah?” Dijawabnya, “Jin bermacam-macam. Ada yg tak makan, minum, mati & beranak, mereka adalah jin orisinil (kholisul jin). Ada lagi jenis yg bisa makan, minum, mati & menikah.”

Sebagaimana halnya insan, jin itu pula ada yg muslim & lainnya ada yg kafir. Jin muslim pun belum tentu jin muslim yg selalu baik. Sebagaimana insan, tidak sedikit yg muslim tapi pembangkang, ahli tipu, tukang rampas harta, suka main hakim sendiri atau melakukan kejahatan lain.

Dalam kitab suci Al-Alquran menyebut bahwa sebagian jin tergolong jin baik & sebagian yang lain termasuk jin jahat.

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yg saleh & di antara kami ada yg tak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yg berbeda-beda. (QS. Al-Jin: 11)

Lalu, bagaimana syariat yg dipraktekkan untuk jin?

Apa yg berlaku buat kita, pula berlaku buat para jin. Meski tak terlalu sama plek. Akan namun yg pasti, jin muslim perlu menerima ilmu agama dr Rasulullah Saw. Jin pun mendengar bacaan Al-Quran, yakni jin muslim. Jin kafir sendiri bakal merasa tersiksa kalau mendengar bacaan Al-Alquran.

Katakanlah: “Telah diwahyukan kepadamu bergotong-royong: sudah mendengarkan sekumpulan jin, lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yg fantastis.” (QS. Al-Jin: 1)

  Perbedaan Kisah Adam-Hawa di Islam dan di Kristen

Suatu kali jin mengundang dengan-cara khusus semoga Rasulllah mengajarkan ilmu-ilmu agama. Bahkan saat itu diriwayatkan para shahabat merasa sangat kehilangan, karena Rasulullah Saw. mendadak saja lenyap masuk ke alam jin. Hingga malam itu mereka tidur dgn selimut ketakutan.

Dari ‘Alqamah berkata, “Aku mengajukan pertanyaan pada Ibnu Mas’ud ra, “Apakah ada seorang dr kalian yg menemani Rasulullah Saw pada malam pada malam jin?” Ia menjawab, “Tak seorang pun dr kami yg menemani dia. Akan tetapi kami pernah kehilangan beliau pada malam itu, sampai kami melewawi malam itu sebagai malam yg paling menakutkan yg dilalui oleh sebuah kaum…” (HR Ahmad)