Abdullah Dzul Bijadain, Syahidnya Bikin Para Sahabat Iri

Sebagian kita mungkin belum bersahabat dgn nama Abdullah Dzul Bijadain. Namun sehabis membaca kisahnya, yg tumbuh yaitu kekaguman. Betapa para sahabat Nabi, kekurangan tak membatasi mereka dr berzakat & berjuang.

Para sahabat yakni generasi terbaik umat ini. Mereka laksana bintang gemintang. Pada siapa saja kita melihat dr kelompok sahabat, di sana ada cahaya kemuliaan & keteladanan. Buah dr tarbiyah Rasulullah, sang acuan terbaik di alam semesta.

***

Usai shalat Subuh, Rasulullah lazimmenyalami para sahabatnya. Dan pagi itu, ada muka gres di Masjid Nabawi.

“Engkau siapa?” tanya Rasulullah pada laki-laki yg mengenakan pakaian bergairah & sungguh sederhana. Sarung & bajunya terlihat yang dibuat dr kain yg sama, warnanya pula tak berlainan.

Laki-laki itu kemudian mengisahkan perjalanannya.

“Namaku Abdul Uzza. Aku hidup bersama pamanku di Muzaniyah. Cukup lama gue merahasiakan keislamanku. Hingga kemarin tatkala pamanku mengenali, ia mengusirku. Ia meminta kembali seluruh pemberiannya, bahkan baju yg gue kenakan. Aku serahkan bajuku ketika itu juga. Lalu gue pulang ke ibuku & ia memotong kain agresif ini menjadi dua. Satu untuk sarungku, satu untuk baju.”

“Kalau begitu namamu yaitu Abdullah Dzul Bijadain, hamba Allah yg mengenakan dua kain agresif.”

***

Hari berubah hari, waktu berlangsung cepat hingga tahun pun berganti. Abdullah Dzul Bijadain senantiasa bersemangat mengamalkan & memperjuangkan Islam. Keterbatasan tak menghalanginya untuk membersamai Rasulullah.

Bersama beberapa sahabat lain, ia menjadi ahlus suffah. Tinggal di Masjid Nabawi karena tidak punya rumah. Namun justru dgn cara itulah, Abdullah Dzul Bijadain lebih pada Rasulullah & mempunyai lebih banyak peluang untuk berguru pada beliau perihal agama ini.

  Hukum Melamar Wanita yang Sudah Dilamar dan Status Pernikahannya

Keterbatasan ekonomi pula tak menyurutkan semangat jihad Abdullah Dzul Bijadain. Dalam setiap kesempatan jihad, ia mengharapkan syahid fi sabilillah. Syahid di jalan Allah yakni impian tertingginya. Persis slogan para mujahidin: Asy asyahid fi sabilillah asma amanina.

Menjelang perang Tabuk pada tahun kesembilan hijrah, ia meminta doa Rasulullah. “Ya Rasulullah, doakan gue terbunuh pada perang ini hingga memperoleh mati syahid.”

“Tidak. Engkau tak akan terbunuh. Tetapi jika kau-sekalian sakit demam lantas wafat, kamu-sekalian mati syahid,” jawab Sang Rasul waktu itu.

Dan benar. Perang Tabuk dimenangkan tanpa peperangan. Abdullah Dzul Bijadain tak terbunuh.

Namun tatkala hendak kembali ke Madinah, Abdullah Dzul Bijadain demam. Hingga sebuah malam, Abdullah bin Mas’ud mendengar ada suara orang menggali tanah. Terlihat cahaya di tempat yg agak jauh dr kemahnya.

Abdullah bin Mas’ud lantas pergi ke sana untuk menyaksikan apa yg gerangan terjadi. Rupanya Rasulullah bareng Abu Bakar & teman lainnya sedang menggali makam. Lalu Rasulullah membopong jenazah & memasukkannya ke liang lahat.

“Ya Allah, hari ini gue ridha kepadanya, maka ridhailah ia,” doa istimewa itu keluar dr ekspresi Rasulullah tatkala memakamkan Abdullah Dzul Bijadain.

Abdullah bin Mas’ud sangat menghendaki doa itu. “Seandainya mayit itu ialah jenazahku,” kata teman Nabi ahli tafsir itu.

***

Kisah Abdullah Dzul Bijadain setidaknya menenteng tiga ibrah untuk kita:

1. Iman harga mati

Demikian besar tantangan yg dihadapi oleh Abdullah Dzul Bijadain untuk menjadi seorang muslim. Pamannya yg selama ini bersamanya justru menjadi penentang & meminta seluruh pemberian bila ia masuk Islam. Bahkan pakaian yg ia kenakan pun diminta.

  Bulan Muharram: Sejarah, Peristiwa Penting, Keutamaan, Amalan Sunnah

Namun itu tak menyurutkan Abdullah Dzul Bijadain. Iman ialah harga mati yg tak boleh ditukar & dihalangi dgn dunia sebesar apa pun.

Banyak teman lain yg menerima hambatan serupa. Mush’ab bin Umair dikala masuk Islam diboikot oleh ibunya, seluruh pemberiannya diembargo, bahkan ia disekap. Namun Mush’ab bin Umair mengungguli doktrin.

Pun Saad bin Abi Waqash. Saat ibunya tahu ia masuk Islam, sang ibu menentangnya dgn aksi mogok makan. Berharap Saad bin Abi Waqash kasihan kemudian kembali menyembah berhala. Namun Saad bin Abi Waqash memenangkan iktikad.

Mungkin ujian yg kita hadapi tak seberat mereka. Namun apa pun ujian itu, kepercayaan tak boleh goyah. Jangan hingga mati kecuali dlm kondisi Islam.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah pada Allah dgn sebenar-benar taqwa & janganlah ananda mati kecuali dlm keadaan muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

Baca juga: Shalat Tarawih

2. Keterbatasan tak menghalangi usaha

Abdullah Dzul Bijadain mempunyai banyak kekurangan . Ia tak punya rumah, bahkan pakaiannya cuma kain agresif yg dipotong menjadi sarung & baju. Namun itu tak menghalanginya dr perjuangan. Tidak menghalanginya dr beramal terbaik untuk Islam.

Banyak sobat lain yg pula mempunyai keterbatasan. Abu Ayyub Al Anshari, misalnya. Kakinya cacat, namun ia memiliki semangat membara untuk berjihad hingga syahid & makamnya di dekat Konstantinopel.

Keterbatasan tak menghalangi para sobat dr usaha. Seharusnya pula tak membatasi kita. Justru dgn berjuang, dgn membantu agama Allah, Allah akan menawarkan pertolonganNya pada kita.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Hai orang-orang yg beriman jika kalaian membantu agama Allah niscaya Allah akan membantu kalian & meneguhkan kedudukan kalian.” (QS. Surat Muhammad: 7)

  Karomah Tangan Umar bin Khaththab dalam Menyembuhkan Orang Sakit

3. Orientasi akhirat

Para teman menjadikan darul baka sebagai orientasi tertinggi. Cita-citanya yakni cita-cita darul baka. Itu yg dimiliki Abdullah Dzul Bijadain sehingga bergegas menyambut permintaan jihad. Itu yg membuatnya meminta Rasulullah mendoakan agar ia syahid.

Demikian pula Abdullah bin Mas’ud iri pada Abdullah Dzul Bijadain alasannya ia menerima ridha Rasulullah & didoakan mendapat ridha Allah yg pasti diridhaiNya. Abdullah bin Mas’ud tak pernah iri dlm persoalan duniawi, tetapi ia iri dlm kemuliaan kahirat mirip ini. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

*Ceramah atau kultum Ramadhan lainnya mampu dibaca di Ceramah Ramadhan