Mitos-Mitos Menakutkan Tentang Gerhana dari Zaman Nabi, China Hingga Jawa

Gerhana merupakan sebuah peristiwa alam yg jarang terjadi. Gerhana pula merupakan salah satu tanda kemahakuasaan Allah SWT. Baik gerhana matahari maupun gerhana rembulan.

Pada tanggal 14 Jumadil Awal 1439 Hijriah atau yg bertepatan dgn tanggal 31 Januari 2018, seluruh wilayah di Indonesia akan mengalami gerhana bulan total. Gerhana bulan sebagian dimulai pada pukul 18.48 WIB. Sementara gerhana bulan total dimulai pada pukul 19.52 & selsai pada pukul 21.11 WIB.

Peristiwa gerhana di beberapa daerah masih dimaknai sebagian penduduk dgn mitos-mitos tertentu & hal tersebut sangat dipercayai berpengaruh.

Di Jepang, misalnya, sebagian masyarakatnya  mempercayai gerhana alasannya sedang terjadi peristiwa racun yg disebarluaskan di wajah bumi. Agar air tak mengalami kontaminasi, masyarakat menutup sumber air (sumur) mereka.

Di China, masyarakatnya mempercayai gerhana terjadi alasannya seekor naga langit membanjiri sungai dgn darah, lalu menelannya.

Di Jawa, ada yg berasumsi gerhana bulan terjadi alasannya Batara Kala atau raksasa jahat sedang memangsa bulan. Kemudian penduduk akan memukul kentongan dengan-cara ramai-ramai tatkala terjadi gerhani untuk menakut-nakuti & menghalau raksasa jahat.

Di masyarakat Arab, tatkala itu, khususnya suku Quraisy, kejadian gerhana dikaitkan dgn ajal atau kelahiran seseorang.

Putra Nabi SAW yg bernama Ibrahim meninggal dunia. Peristiwa meninggalnya serempak dgn terjadinya gerhana. Sehingga sebagian orang Arab mengaitkan gerhana dgn kematian tersebut.

Mitos-mitos tersebut pastinya tak berdasar & tak mampu dibuktikan dengan-cara ilmiah (saintik).

Saat menyampaikan khutbah, setelah selesai sholat gerhana, Nabi SAW menegaskan, “Sesungguhnya matahari & bulan itu dua tanda dr banyak tanda kebesaran & kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari & bulan bukan alasannya hidup atau matinya seseorang. Karena itu, apabila kalian melihatnya, berdoalah pada Allah. Bertakbirlah, laksanakanlah sholat gerhana & bersedekahlah.” (HR. Muttafaq alaih)

  Mantan Pendeta: Para Pendeta tak Berani Naik Mimbar Sebelum Minum Cap Tikus

Semoga kita tak terjebak & terbelenggu dgn anutan-ajaran yg mengancam akal sehat.

Wallahua’lam. [@paramuda/Wargamasyarakat]