Tuntunan Islam Jika Mimpi Baik

Islam adalah agama yg tepat. Ia mengajarkan segala hal yg dibutuhkan oleh umat insan. Ia memperlihatkan segala tuntunan yg dibutuhkan oleh manusia. Demi kebaikan, demi kemaslahatan manusia. Sehingga siapapun yg mengikuti ajaran Islam, ia akan terbimbing dlm kebenaran. Mendapatkan optimisme dlm keyakinannya, tentram jiwanya, hening hatinya & selamat hidupnya. Kemudian berbahagia di akhirat dgn menerima surga.

Salah satu tuntunan Islam yg kadang terabaikan ialah soal mimpi. Padahal, saban hari manusia tidur & terkadang berkhayal.

Dalam Islam, mimpi terbagi menjadi tiga. Yakni mimpi baik, mimpi buruk, & mimpi alasannya imajinasi. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنْ اللَّهِ وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنْ الشَّيْطَانِ وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ

“Mimpi itu ada tiga macam. Yakni mimpi yg baik selaku kabar besar hati dr Allah, mimpi seram atau menyedihkan yg hadirnya dr syetan, & mimpi yg timbul sebab ilusi angan-angan atau khayal seseorang.” (HR. Muslim)

Nah, berikut ini empat tuntunan Islam jika mimpi baik; mimpi yg kita sukai, mimpi yg kita senangi.

1. Memuji Allah

Ketika terbangun dr mimpi baik, hendaklah memuji Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ الرُّؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّهَا مِنْ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا

“Jika salah seorang diantara kalian berimajinasi yg disukainya, maka itu berasal dr Allah, maka hendaklah ia memuji Allah risikonya, & hendaklah menceritakannya” (HR. Al Bukhari)

2. Gembira atas mimpi tersebut

Hendaklah seseorang yg mimpi baik, ia bergembira atas mimpi tersebut.

فَإِنْ رَأَى رُؤْيَا حَسَنَةً فَلْيُبْشِرْ وَلَا يُخْبِرْ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ

“Dan jikalau ia bermimpi baik maka bergembiralah & jangan menceritakannya kecuali pada orang yg dikasihi.” (HR. Muslim)

3. Menceritakan pada orang yg disukainya, bukan pada orang yg dibencinya

Orang yg mimpi baik, hendaklah ia menceritakan mimpi baik tersebut pada orang yg disukainya. Sebaliknya, ia tak perlu menceritakan mimpi tersebut pada orang yg tak disukainya.

Rasulullah sering bertanya pada sahabat selepas shalat Subuh siapa yg berkhayal baik semalam. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menciptakan orang tersebut ingat dgn mimpi baik tersebut & menceritakan pada orang yg disukainya. Dan orang yg paling dicintai para sahabat yakni Rasulullah.

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِوَجْهِهِ فَقَالَ هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ الْبَارِحَةَ رُؤْيَا

Dari Samurah bin Jundab radliallahu ‘anhu ia berkata; “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selesai shalat shubuh, beliau menghadap mukanya pada para jama’ah & pernah bertanya: “Adakah di antara kalian yg berkhayal indah semalam?” (HR. Muslim)

Baca juga:

Jenis Mimpi dlm Islam

Tuntunan Islam jika Mimpi Buruk

4. Menafsirkan dgn tafsir yg baik

Islam mengajarkan umatnya untuk optimis. Pun dlm soal mimpi. Jangan menafsirkannya dgn tafsir yg jelek atau negatif. Karena mimpi akan terjadi sesuai dgn tafsir & keyakinannya. Karenanya, mimpi yg baik cuma boleh ditafsiri dgn hal yg positif pula.

الرُّؤْيَا عَلَى رِجْلِ طَائِرٍ مَا لَمْ تُعْبَرْ فَإِذَا عُبِرَتْ وَقَعَتْ

“Mimpi itu berada di kaki burung (mengambang) selama tak di ta’birkan/ditafsirkan, bila dita’birkan bisa jadi mimpi itu akan terjadi.” (HR. Ibnu Majah; shahih)

يَا عَائِشَةُ إِذَا عَبَرْتُمْ لِلْمُسْلِمِ الرُّؤْيَا فَاعْبُرُوهَا عَلَى الْخَيْرِ فَإِنَّ الرُّؤْيَا تَكُونُ عَلَى مَا يَعْبُرُهَا صَاحِبُهَا

“Wahai Aisyah! Apabila kamu-sekalian menafsirkan (mimpi) seorang muslim untuk muslim yang lain, maka tafsirkanlah dgn kebaikan, alasannya adalah bahwasanya mimpi akan terjadi sesuai yg ditafsirkan orang yg menafsirkannya.” (HR. Ad Darimi)

Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]

  Biografi Imam Muslim, Ulama Penyusun Kitab Shahih Kedua di Dunia