Idealnya laki-laki muslim memang harus berjamaah di masjid, tanpa terkecuali untuk sholat Subuh. Apakah Anda masih susah untuk bangkit Shubuh meski sudah dgn jeritan alarm? Sepertinya Anda perlu berkaca pada kisah berikut yg cukup menampar hati.
Ada seorang pria yg selalu hadir sempurna waktu di Masjid Nabawi tatkala waktu shubuh, bahkan ia senantiasa berhasil “memesan” daerah di barisan paling depan sebelah kanan. Hingga siapa saja tahu bahwa itu adalah tempatnya Sya’ban. Ya, pria yg tekun ke Masjid Nabawi itu berjulukan Sya’ban.
Pada sebuah Shubuh, Baginda Rasulullah SAW tak mendapatkan Sya’ban di daerah biasanya. Singkat cerita, Rasulullah dikirim oleh para sobat menuju rumah Sya’ban.
Dan fakta menawan apa yg didapatkan Rasulullah SAW?
Pertama, rumah Sya’ban dgn Masjid Nabawi berjarak 3 jam perjalanan.
Sya’ban menempuh ke Masjid Nabawi bukan dgn motor apalagi dgn kendaraan beroda empat, pula bukan dgn unta & hewan tunggangan lain. Akan tetapi ia ke masjid dgn jalan kaki di padang pasir!
Anda yg pernah mengalami sendiri, berjalan di atas pasir itu dua kali lipat lebih melelahkan dr pada di tanah biasa. Artinya untuk mampu sempurna waktu shubuh berjamaah, sekurang-kurangnyaSya’ban harus berangkat dr rumah jam 1 dini hari!
Fakta selanjutnya, kenapa Sya’ban tak Shubuh berjamaah?
Ia tak sedang sakit atau kelelahan. Ia pula tak bangkit kesiangan akibar begadang semalaman. Akan namun ia meninggal dunia. Ya, Sya’ban tak shalat Shubuh berjamaah hanya alasannya adalah satu alasan: telah meninggal dunia!
Kemudian, istri Sya’ban memberi tahu Rasulullah SAW, tatkala suaminya meninggal, ada pesan yg belum ia ketahui.
Sya’ban menyampaikan, “Mengapa tak lebih jauh? Mengapa bukan yg lebih baru? Mengapa tak semuanya?
Rupanya, tatkala sakaratul kematian, Allah menampilkan pahala-pahala kebaikan Sya’ban. Sya’ban “menyesal”, kenapa jarak rumahnya dgn Masjid Nabawi hanya segitu.
Ia pula menyesal, sebuah tatkala ia mendapati orang yg kedinginan di Masjid Nabawi, ia menunjukkan baju yg usang sedangkan ia memakai dobel baju, yg satu baru & yg satu usang.
Dan sebuah dikala, Sya’ban berjumpa dgn seorang yg kelaparan tetapi ia cuma membagi sebagian rotinya sedang yg sebagiannya lagi ia makan.
Hingga sampai di sini, masih malas kah kita bangun Shubuh untuk jamaah ke masjid?
[Paramuda/Wargamasyarakat]
Terima kasih Syayma Karimah atas catatannya