Sehari setelah dibaiat kaum muslimin selaku khalifah di Saqifah Bani Sa’idah, Abu Bakar Ash-Shiddiq berjalan pelan menuju mimbar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi dgn perasaan gugup.
Khalifah pertama itu menghadap ke arah kaum muslimin. Inilah kali pertama ia memberikan pidato politik sehabis terputusnya wahyu dr langit & jasad Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yg suci telah berkalang tanah.
Berikut ini yakni petikan pidato Abu Bakar yg bersejarah itu:
“Amma ba’du, wahai sekalian manusia, bahwasanya gue sudah diangkat sebagai pemimpin kalian meski gue bukan yg terbaik di antara kalian. Jika gue berbuat baik, dukunglah saya. Sebaliknya bila gue berbuat salah, luruskanlah saya.
Kejujuran itu merupakan amanah, sedangkan dusta itu merupakan pengkhianatan. Kaum yg lemah menempati posisi yg berpengaruh di sisiku hingga gue dapat mengembalikan padanya haknya dgn izin Allah.
Sedangkan, kaum yg kuat menempati posisi yg lemah di sisiku hingga gue dapat mengambil darinya hak orang lain dgn izin Allah.
Jika suatu kaum meninggalkan kasus jihad di jalan Allah, mereka akan ditimpakan kehinaan oleh Allah.
Jika kemaksiatan telah meluas di tengah-tengah suatu kaum, Allah akan menimpakan bala’ pada mereka dengan-cara menyeluruh.
Taatlah kepadaku selama gue taat pada Allah & Rasul-Nya. Jika gue bermaksiat pada Allah & Rasul-Nya, maka kalian tak wajib taat kepadaku. Bangunlah untuk melakukan shalat, mudah-mudahan Allah merahmati kalian.”
Dengan pidato politiknya itu Abu Bakar ingin menegaskan pada setiap orang bahwa jabatan itu merupakan suatu kerugian bukan keuntungan, suatu tanggung jawab bukan penghormatan, sebuah pengorbanan bukan penghargaan, & sebuah keharusan bukan kesewenang-wenangan.
Abu Bakar pun ingin menetralisir kesan di tengah penduduk bahwa seorang pemimpin itu harus dihormati dengan-cara berlebihan. Justru, seorang pemimpin itu diangkat untuk menawarkan pelayanan dlm agama Allah & risalah-Nya.
Allah Ta’ala mengangkatnya selaku pemimpin untuk melayani rakyatnya bukan sebaliknya rakyatnya yg melayani dia.
Dengan demikian, Abu Bakar sudah menaruh batasan tanggung jawabnya tergolong batasan kewajiban kaum muslimin.
Menurutnya, umat mesti berperan aktif dlm persoalan kepemimpinan. Mereka harus menjadi mitra pemerhati & bukan pengikut yg tidak mau tahu.
Setelah itu, kaum muslimin memutuskan honor Abu Bakar sebesar dua ribu dirham setahun.
Abu Bakar berkata, “Tambahlah sedikit, alasannya gue mempunyai keluarga. Kalian telah menyibukkan gue dr perniagaan.”
Kaum muslimin pun menambahkan lima ratus dirham untuk Abu Bakar.
Demikian dikutip dr buku 10 Shahabat yg Dijanjikan Masuk Surga karya Abdus Sattar Asy-Syaikh.
[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]