Ingat, Nasihat Itu Cambuk Hati

Nasihat ibarat cambuk yg dipakai untuk menghantam hati, ia akan memberi pengaruhnya layaknya cambukan yg mengenai tubuh.

Pukulan tersebut tak langsung membekas sesudah usai terjadi cambukan, tetapi rasa sakit akan terasa dlm beberapa lama sesuai dgn kuat & lemahnya pukulan tersebut. Jika pukulan tersebut besar lengan berkuasa, maka rasa sakit akan terasa lebih usang.

Sebagian besar kaum salaf, apabila keluar dr majelis dzikir, maka mereka berada dlm keadaan damai & nyaman.

Di antara mereka, ada yg tak sanggup makan setelah itu & sebagian yg lain, ada yg mengamalkan apa yg didengarnya dlm jangka waktu yg lama.

Sedekah yg paling utama yaitu mengajarkan orang yg ndeso atau memperingatkan orang yg gegabah. Tidak ada cara yg lebih baik untuk membangunkan orang yg tidur berat & memperingatkan orang yg ceroboh dibandingkan dengan memukulnya dgn cambukan nasihat.

Nasihat bagaikan cambuk yg mengenai hati, maka barangsiapa yg merasa sakit alhasil kemudian ia menjerit, maka itu tidaklah mengapa.

Suatu hari, Abdul Wahid pernah menunjukkan nasihat, datang-datang ada seorang lelaki yg menjerit karena mendengarnya,

“Wahai Abu Ubaidah, berhentilah, sungguh kamu-sekalian telah membuka tabir hatiku dgn nasihatmu.”

Lalu Abdul Wahid menyelesaikan nasihatnya & laki-laki itu meninggal dunia.

Dalam pengajian Asy-Syibli, ada seorang lelaki menjerit kemudian meninggal dunia, & keluarga laki-laki tersebut mengadukannya pada Khalifah. Kemudian Asy-Syibli berkata,

“Jiwa menjerit lalu ia merasa rindu, ia diseru kemudian menyambut ajakan itu. Maka apa kesalahan Asy-Syibli?”

Menghukum dgn cambuk cuma berhasil pada tubuh yg sehat, hati yg kokoh, & lengan yg kuat. Pukulan itu akan memperlihatkan rasa sakit sehingga orang tersebut tak lagi mengulangi perbuatannya.

  Inilah Keutaman Shalat Sunnah yang Jarang Diketahui

Adapun terhadap badan yg tak sehat & tak kuat, maka menghukumnya dgn cambukan tidaklah berfaedah.

Jika Hasan Al-Bashri keluar menemui insan, seperti ia sedang melihat negeri alam baka dgn langsung, kemudian mengabarkan tentangnya. Jika manusia tak lagi berada di sisinya, maka mereka tak menaruh perhatian sedikit pun kepada kehidupan dunia.

Sufyan Ats-Tsauri senantiasa mempertahankan biar majelisnya tak terpengaruh oleh permasalahan dunia. Imam Ahmad tak membicarakan problem dunia dlm majelisnya & tak pula kalau ada orang bersamanya.

Sebagian ulama menuturkan,

“Nasihat hanya bisa berguna kalau keluar dr dlm hati, alasannya adalah pesan yang tersirat tersebut akan hingga pula ke hati. Namun, jikalau pesan tersirat tersebut keluar dr lisan, maka cuma akan masuk ke dlm telinga kemudian keluar melalui pendengaran yg lain.”

Sebagian kaum salafus-shalih menyampaikan, “Jika seorang yg berilmu menyampaikan nasihatnya tak nrimo alasannya adalah Allah Ta’ala, pasti nasihatnya itu akan hilang dr hati pendengarnya mirip berhentinya hujan di dikala langit sudah cerah.”

Semoga kita tergolong orang-orang yg mau mendapatkan hikmah.

Demikian dikutip dr kitab Latha`if Al-Ma’pandai karya Ibnu Rajab.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]