Barirah Maulah ‘Aisyah Barirah, ia seorang sahaya (budak) milik salah seorang dr Bani Hilal. Suaminya seorang budak berkulit hitam milik Bani Al-Mughirah, bernama Mughits. Barirah radhiallahu ‘anha menginginkan kemerdekaan dirinya. ia pun mengikat kesepakatandgn tuannya untuk mengeluarkan uang sembilan uqiyah sebagai harga dirinya. Dalam setahun, ia mengeluarkan uang satu uqiyah (40 Dirham).
Barirah datang menemui ‘Aisyah radhiallahu ‘anha untuk meminta bantuannya. Saat itu, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha menyampaikan padanya, “Kembalilah pada tuanmu & katakan, bila mereka mau, gue akan membayarkan tunai seluruh hargamu, lalu kumerdekakan dirimu & nanti wala`mu untukku.” Barirah pun kembali untuk memberikan cita-cita ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Namun kesudahannya nihil. Mereka menolak sembari mengatakan, “Kalau ia mau mengharapkan pahala dr Allah Subhanahu wa Ta’ala dgn bantuannya padamu, maka hendaknya ia kerjakan, sementara wala`mu tetap untuk kami.”
Barirah mengadukan penolakan mereka pada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, “Aku sudah menunjukkan hal itu pada mereka, tetapi mereka menolak, kecuali bila wala`ku untuk mereka.”
Hal itu didengar oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pun mengajukan pertanyaan, “Apa permasalahan Barirah?” ‘Aisyah menceritakan apa yg terjadi. Mendengar penuturan ‘Aisyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Belilah dia, lalu merdekakan. Sesungguhnya wala` itu bagi orang yg memerdekakan.” Setelah itu dia bangun untuk berkhutbah di hadapan insan. Setelah memuji & menyanjung Allah Subhanahu wa Ta’ala dia bersabda, “Bagaimana kiranya keadaan suatu kaum, mereka mengajukan syarat yg tak ada di dlm Kitabullah. Syarat mana pun yg tak ada di dlm Kitabullah, maka syarat itu batil, biarpun seratus kali mereka mengajukan syarat. Ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu lebih haq, syarat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu lebih kuat. Bagaimana kiranya salah seorang dr mereka bisa mengatakan, ‘Bebaskanlah budakku, wahai Fulan, sementara wala`nya untukku’. Sesungguhnya wala` itu cuma untuk orang yg memerdekakan.”
Akhirnya, Barirah pun menerima kemerdekaan dirinya yg selama ini diimpikan. Tatkala itu, Barirah diberi pilihan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap bersama suaminya atau berpisah darinya. Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengiringi pula dgn nasihat semoga Barirah tetap mempertahankan pernikahannya. Barirah lalu bertanya pada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah ini sesuatu yg wajib kulakukan?”, “Tidak,” kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “akan tetapi gue hanya ingin menolongnya.”
Maka berpisahlah Barirah dr Mughits. Barirah menentukan dirinya, diiringi kesedihan Mughits atas perpisahan itu. Hingga tampakMughits mengikuti Barirah berjalan di jalan-jalan Madinah sembari berlinangan air mata, memohon kerelaan Barirah untuk tetap hidup bersamanya. Namun Barirah enggan untuk kembali sembari menyampaikan, “Aku tak membutuhkanmu.” Sampai-hingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada paman ia, Al-’Abbas radhiallahu ‘anhu, “Wahai paman, tidakkah kamu-sekalian merasa kagum dgn rasa benci Barirah terhadap Mughits, & rasa cinta Mughits pada Barirah?”
Masa ‘iddah Barirah kala itu seperti ‘iddah perempuan merdeka yg ditalak. Sebelum dimerdekakan, Barirah biasa menolong ‘Aisyah. Tatkala tersebar gosip dusta tentang ‘Aisyah yg disebarkan oleh gembong munafikin, Abdullah bin Ubai bin Salul, atas rekomendasi ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Barirah untuk menanyakan ihwal keadaan ‘Aisyah.
“Demi Dzat Yang mengutusmu dgn Al-Haq,” jawab Barirah, “aku tak pernah melihat sesuatu pun yg patut kucela, kecuali ia itu seorang perempuan yg masih sungguh muda yg masih suka tertidur di segi adonan makanan yg dibuat untuk keluarganya hingga tiba binatang menyantap adonan itu.”
Berbagai skenario kisah dirangkai oleh Barirah dgn keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu ketika, Barirah pernah diberi sedekah daging kambing. Lalu ia pun menghadiahkan pada keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu ‘Aisyah enggan memakannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun datang, & bertanya, “Dari mana daging ini?” “Barirah yg memberikannya untuk kita dr daging yg disedekahkan baginya,” jawab ‘Aisyah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini sedekah baginya & kado bagi kita darinya.”
Barirah melalui masa hidupnya hingga beberapa masa pemerintahan. Barirah sempat berfirasat bahwa nanti Abdul Malik bin Marwan akan menduduki kepemimpinan kaum muslimin. Disampaikannya firasat ini pada Abdul Malik bin Marwan jauh-jauh hari sebelum Abdul Malik diangkat sebagai khalifah, tatkala Abdul Malik berjumpa dgn Barirah di Madinah. Kata Barirah, “Wahai Abdul Malik, gue melihatmu mempunyai perangai-perangai yg mulia, & kau-sekalian layak untuk memegang tampuk pemerintahan. Maka bila nanti kau-sekalian diserahi kepemimpinan, berhati- hatilah dgn dilema darah kaum muslimin, lantaran gue pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang ditolak dr pintu surga sehabis menyaksikan keindahan surga disebabkan darah seorang muslim sepenuh mihjamah yg ia tumpahkan tanpa hak.” Barirah kembali pada Rabbnya pada masa khilafah Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhuma. Barirah maulah Ummu Mukminin ‘Aisyah, gampang-mudahan Allah meridhainya….Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.