Menghidupkan malam nisfu sya’ban merupakan salah satu hal yg diperselisihkan oleh para ulama sejak zaman tabi’in. Bahkan hadits spesialisasi nisfu sya’ban pun dinilai shahih oleh sebagian ulama namun dinilai dhaif oleh sebagian ulama yang lain.
إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
“Sesungguhnya Allah memeriksa pada setiap malam nisfu Sya’ban. Lalu ia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yg berbuat syirik atau yg berkelahi dgn saudaranya.” (HR Ibnu Majah; shahih. Dishahihkan Syaikh Albani dlm Silsilah Ash Shahihah & Shahih Ibnu Majah)
Yang mempesona, Ibnu Taimiyah dlm Iqtidha’ ash Shirati al Mustaqim jilid 2 halaman 136 memastikan bahwa malam nisfu sya’ban memang memiliki spesialisasi & kesudahannya, sebagian ulama salaf mengkhususkan malam itu dgn memperbanyak ibadah shalat.
Tentu, ada ulama lain yg tak sependapat dgn Ibnu Taimiyah. Bahkan ada ulama yg menganggap membangkitkan malam nisfu sya’ban merupakan bid’ah.
Mengenai perbedaan pertimbangan ini, kami nukil penjelasan DR Abdul Ilah Bin Husain Al Afraj dlm buku Konsep Bid’ah & Toleransi Fiqih dgn keinginan, meskipun berlawanan usulan, kita bisa tetap saling menghargai & menghormati serta tetap bersatu dlm persatuan Islam.
___________________________________
Para Salafus Shalih semenjak masa tabiin berbeda pendapat ihwal spesialisasi malam nisfu Syaban & menghidupkannya dgn ibadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebagian dr mereka seperti tabiin yg hidup di negeri Syam menyatakan malam Nisfu Sya’ban memiliki keutamaan. Maka mereka pun memuliakannya & beribadah dgn betul-betul di dalamnya.
Sebagian yg lain seperti tabiin yg hidup di negeri Hijaz tak memutuskan keutamaan apapun bagi malam Nisfu Sya’ban, sama seperti malam-malam biasa.
Ibnu Rajab berkata, “para tabiin yg tinggal di negeri Syam semisal Khalid Bin Ma’dan, Makhul & Luqman bin Amir memuliakan malam nisfu Sya’ban & beribadah dgn betul-betul . Dari merekalah insan meriwayatkan fadhilah malam Nisfu Sya’ban. Dikatakan bahwa riwayat israiliyat sampai pada tabiin Syam. Tatkala riwayat tersebut terkenal di aneka macam negeri, manusia berlawanan usulan tentangnya. Sebagian orang mendapatkan riwayat tersebut dr mereka.
Terdapat sekelompok orang yg sepakat dgn mereka dlm hal memuliakan malam Nisfu Sya’ban seperti para para hebat ibadah di kota Basrah.
Namun berbeda dgn mayoritas ulama Hijaz, mirip Atha’ & Ibnu Abi Malikah. Riwayat ini dinukil oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dr para ulama Madinah, semisal imam Malik bin Anas & lainnya. Para ulama Hijaz menyatakan bahwa memuliakan malam Nisfu Sya’ban yaitu perkara Bid’ah.
Diriwayatkan dr Aha’ bin Yasar bahwa beliau berkata, “Tiada sebuah malam selain malam Lailatul Qadar yg lebih mulia daripada malam Nisfu Sya’ban. Pada malam ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia kemudian menawarkan ampunan pada seluruh hambanya kecuali orang musyrik (berbuat syirik), suka dengki atau pemutus tali persaudaraan.”
Al Fakihi berkata, “Penduduk Mekah sejak zaman dahulu hingga sekarang, tatkala malam Nisfu Sya’ban tiba, lebih banyak didominasi laki-laki & perempuan keluar menuju Masjidil Haram. Mereka sholat, tawaf & menghidupkan malam mereka hingga pagi dgn membaca Al Alquran hingga khatam di Masjidil Haram. Mereka mengambil air zamzam pada malam Nisfu Sya’ban, meminumnya & digunakan untuk memandikan orang yg sakit sambil berharap keberkahan dr Allah pada malam ini.
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata, “Telah diriwayatkan beberapa hadits marfu & Atsar yg berkenaan dgn spesialisasi malam Nisfu Sya’ban. Semua itu memperlihatkan bahwa malam Nisfu Sya’ban memang memiliki keutamaan. Sebagian ulama salaf mengkhususkannya dgn memperbanyak ibadah shalat. Mayoritas ulama dr mazhab kami menyatakan bahwa malam Nisfu Sya’ban memiliki keutamaan sebagaimana dibilang oleh Imam Ahmad. Hal ini menurut banyaknya hadits & perkataan para Salafus Shalih yg diriwayatkan berkenaan dgn spesialisasi malam Nisfu Sya’ban. Sebagian spesialisasi tersebut diriwayatkan dlm beberapa kitab Musnad & Sunan. Namun banyak sekali hadits imitasi yg dibuat berkenaan dgn malam Nisfu Sya’ban.”
Di segi yg bertentangan, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, “Aku tak pernah menyaksikan seorang pun dr Syaikh & ulama kita yg memperhatikan malam Nisfu Sya’ban. Kami tak pernah mendapati seseorang yg menyebutkan hadis Makhul. ia tak beropini bahwa malam Nisfu Sya’ban mempunyai spesialisasi atas malam-malam yg lain.”
Imam Ibnu Al Arabi berkata, “Berkenaan dgn malam Nisfu Sya’ban, tak ada hadits yg bisa dijadikan selaku landasan bagi yg berkenaan dgn keutamaannya atau yg berkenaan dgn padanya ketentuan ajal diubah. Oleh sebab itu janganlah kalian memperhatikannya.” [wargamasyarakat]
*Penjelasan lengkap wacana hadits shahih keutamaan malam Nisfu Syaban mampu dibaca di artikel Nisfu Syaban