Puasa Tasu’a merupakan amalan khusus di bulan Muharram.
Bagaimana metode, niat, & sejarahnya serta apa saja keutamaan puasa ini?
***
“Kamu puasa apa? Bukannya puasa Asyura masih besok?”
“Puasa tasu’a”
“Apa itu puasa tasu’a?”
***
Dialog di atas mungkin pernah kita dengar. Menunjukkan ternyata
tidak sedikit muslim yg belum tahu puasa tasu’a. Karena tak tahu, maka
mereka pun tak mengamalkannya.
Semoga artikel ini menolong mereka yg belum tahu
sehingga bisa mengerti & mengamalkan salah satu amalan sunnah khusus bulan
Muharram ini.
Daftar Isi
Pengertian, Hukum & Sejarahnya
Puasa tasu’a (تاسوعاء) ialah puasa sunnah
yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharram. Yakni sehari sebelum puasa Asyura. Hukumnya
sunnah.
Sejarah puasa tasu’a berawal saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjalankan puasa asyura. Saat itu, sebagian sobat menyampaikan bahwa orang-orang Yahudi pula mengagungkan hari itu bahkan berpuasa pula di tanggal 10 Muharram tersebut.
Sebagaimana dikenali, salah satu semangat Islam ialah
tidak tsyabbuh kepada mahir kitab. Selalu ada perbedaan pada hal-hal yg sama
sehingga Islam selalu di atasnya.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda
akan menjalankan puasa tasu’a (yakni puasa tanggal 9 Muharram) pada tahun
berikutnya.
Namun, belum lagi tiba Muharram di tahun berikutnya
tersebut, Rasulullah wafat. Kaprikornus, meskipun dengan-cara hadits fi’liyah Rasulullah
belum pernah mengerjakannya, puasa ini hukumnya sunnah alasannya dengan-cara qauliyah
Rasulullah mengazamkannya. Maka para sobat pun melakukan puasa tasu’a
sepeninggal Rasulullah, kemudian diteruskan para tabi’in & generasi sesudahnya
sampai pada hari ini.
Sejarah puasa tasu’a dengan-cara singkat bisa kita simak dalam
hadits yg diriwayatkan Imam Muslim:
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ –
صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa
pada hari Asyura & memerintahkan orang biar berpuasa padanya, mereka berkata,
“Ya Rasulullah, ia ialah suatu hari yg dibesarkan oleh orang Yahudi dan
Kristen.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika datang
tahun depan, insya Allah kita berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas
berkata, “Maka belum lagi datang tahun selanjutnya itu, Rasulullah SAW pun
wafat.” (HR. Muslim & Abu Dawud)
Baca juga: Puasa Senin Kamis
Tata Cara Puasa Tasua
Tata cara puasa tasua sama dgn tata cara puasa kebanyakan. Yakni selaku berikut:
1. Niat
Niat puasa tasua seharusnya dilakukan di malam hari, sebelum terbitnya fajar. Namun sebab ini ialah puasa sunnah, jikalau terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa & tak melaksanakan hal apapun yg membatalkan puasa.
Hal ini menurut hadits bahwa Rasulullah pernah puasa
sunnah dgn niat di waktu pagi mirip pada hadits berikut ini:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ
دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ
عِنْدَكُمْ شَىْءٌ. فَقُلْنَا لاَ. قَالَ فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ. ثُمَّ أَتَانَا
يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ
أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا . فَأَكَلَ
Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau bertanya,
“Apakah kalian mempunyai sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.”
Beliau pun bersabda, “Kalau begitu saya puasa.” Kemudian di hari lain ia
menemui kami, kemudian kami katakan pada dia, “Kami baru saja dihadiahkan hays
(jenis makanan berisi gabungan kurma, samin & tepung).” Lantas beliau
bersabda, “Berikan masakan tersebut padaku, padahal tadi pagi gue sudah berniat
puasa.” Lalu dia memakan kuliner tersebut. (HR. Muslim).
2. Makan Sahur
Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yg bila
dilakukan akan mendapat pahala & keberkahan. Namun jikalau tak dilakukan, contohnya
sebab bangunnya terlambat, puasanya tetap sah. Karena makan sahur ini yaitu
sunnah, bukan wajib.
3. Menahan diri dr yg membatalkan
Yaitu menahan diri dr makan, minum, bekerjasama & menahan
diri dr segala hal yg membatalkan puasa. Dimulai semenjak terbit fajar hingga
terbenamnya matahari.
4. Buka puasa
Yakni berbuka sebagaimana puasa kebanyakan. Buka puasa
ini waktunya tatkala matahari terbenam, yakni dikala masuknya waktu sholat
Maghrib. Menyegerakan puasa merupakan salah satu sunnah puasa.
Baca juga: Puasa Daud
Niat Puasa Tasua
Di dlm hadits, tak dijumpai bagaimana lafadz niat puasa tasua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa melaksanakan puasa dgn niat tanpa dilafadzkan.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dlm Fiqih Islam wa
Adillatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa kawasan niat yaitu hati.
Melafadzkan niat bukanlah syarat, tetapi ia disunnahkan oleh jumhur ulama selain
mazhab Maliki dgn maksud menolong hati dlm menghadirkan niat. Sedangkan
menurut mazhab Maliki, yg terbaik yakni tak melafadzkan niat alasannya Rasulullah
tidak mencontohkannya.
Lafadz niat puasa tasu’a yakni selaku berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ فِيْ يَوْمِ تَاسُوْعَاء سُنَّةً
لِلَّهِ تَعَالَى
(Nawaitu shouma
fii yaumi taasuu’aa’ sunnatan lillaahi ta’aalaa)
Artinya: saya niat puasa tasu’a, sunnah alasannya adalah Allah
Ta’ala
Waktu Puasa Tasu’a
Waktu puasa tasu’a yaitu tanggal 9 Muharram. Pada tahun
1441 hijriyah ini, 9 Muharram jatuh pada hari Senin tanggal 9 September 2019
masehi.
Dengan demikian, puasa tasu’a tahun 1441 ini dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 9 September 2019. Sedangkan puasa asyura dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 10 September 2019.
Baca juga: Khutbah Jumat Muharram
Keutamaan Puasa Tasu’a
Berikut keutamaan puasa tasu’a tanggal 9 Muharram:
1. Puasa utama
Puasa tasu’a merupakan puasa yg dilaksanakan di bulan
Muharram. Puasa di bulan Muharram merupakan puasa yg paling utama sesudah
puasa Ramadhan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ
اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ
اللَّيْلِ
“Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa
bulan) Muharram & shalat yg paling utama sesudah shalat fardhu ialah
shalat malam” (HR. Muslim)
سُئِلَ أَىُّ الصَّلاَةِ أَفْضَلُ بَعْدَ
الْمَكْتُوبَةِ وَأَىُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ فَقَالَ
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ
اللَّيْلِ وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ
الْمُحَرَّمِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, “Shalat
manakah yg lebih utama setelah shalat fardhu & puasa manakah yg lebih
utama setelah puasa Ramadhan?” Beliau bersabda, “Shalat yg paling uatama
sesudah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam & puasa yg paling utama
sesudah puasa Ramadhan yakni puasa pada bulan Allah (yakni) Muharram.” (HR.
Muslim, Abu Dawud, & Ahmad)
Baca juga: Amalan Sunnah Bulan Muharram
2. Pengiring puasa asyura
Puasa tasu’a merupakan puasa yg mengiringi puasa asyura. Mengerjakan puasa tasu’a sebelum puasa asyura membuat seseorang menerima keutamaan lebih dibandingkan hanya puasa asyura saja. Selain itu, ia pula mendapat pahala mengikuti sunnah Rasulullah & mendapatkan pahala karena menyelisihi orang Yahudi.
Demikian pembahasan Puasa Tasu’a mulai dr pengertian & aturan, sejarah, waktu, sistem & niat, serta keutamaannya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]