Pengertian Puasa dalam Kitab-Kitab Fikih Terkemuka

Secara bahasa, pemahaman puasa ialah menahan. Sebab dlm bahasa Arab, puasa disebut ash Shiyam (الصيام) yg bermakna al imsaaku anisy syai’i (الإمساك عن الشيئ) yakni menahan dr sesuatu.

Secara lengkap, berikut ini pengertian puasa dengan-cara bahasa (etimologi) & dengan-cara perumpamaan (terminologi) dlm kitab-kitab fikih ternama.

Pengertian Puasa dlm Fiqih Sunnah

Fiqih Sunnah merupakan kitab fiqih karya Sayyid Sabiq yg dipenuhi dgn hadits-hadits sehingga tak satupun bab kecuali ia menyertakan dalilnya dr Al Quran maupun hadits.

Dalam Fiqih Sunnah disebutkan bahwa dengan-cara bahasa, puasa bermakna menahan diri. Definisi puasa bermakna menahan diri dr segala yg membatalkan puasa semenjak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dgn diikuti niat.

Pengertian Puasa dlm Fiqih Shiyam

Fiqih Shiyam merupakan buku fiqih karya Syaikh Dr Yusuf Qardhawi yg khusus membahas puasa. Dalam buku ini disebutkan pengertian puasa dengan-cara bahasa (etimologi) & dengan-cara ungkapan (terminologi).

Puasa dlm Al Alquran & Sunnah memiliki arti meninggalkan & menahan diri. Dengan kata lain menahan & menangkal diri dr memenuhi hal-hal yg boleh mencakup impian perut & cita-cita kelamin dgn mendekatkan diri pada Allah.

Pengertian puasa dengan-cara syar’i berarti menahan & mencegah diri dengan-cara sadar dr makan, minum, berhubungan & hal-hal sejenisnya selama sepanjang hari yakni semenjak fajar sampai terbenamnya matahari dgn niat menyanggupi perintah & taqarrub pada Allah.

Baca juga: Niat Puasa

Pengertian Puasa dlm Fiqih Islam wa Adillatuhu

Fiqih Islam wa Adillatuhu yaitu kitab fiqih yg ditulis oleh Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili. Buku Fiqih ini tergolong sangat lengkap sehingga meraih 10 jilid. Di dalamnya dikemukakan pembahasan fiqih dr banyak sekali mazhab dgn dalil Al Qur’an, As Sunnah & ijtihad.

Menurut Fiqih Islam wa Adillatuhu, arti shaum (puasa) dlm bahasa Arab yaitu menahan diri dr sesuatu. Shaama ‘anil kalaam artinya menahan diri dr mengatakan. Sebagaimana firman Allah:

إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا

“Sesungguhnya gue sudah bernazar berpuasa untuk Tuhanku Yang Maha Pengasih” (QS. Maryam: 26)

Orang-orang Arab menyampaikan shaama an-nahaaru (siang sedang berpuasa) apabila gerak bayang-bayang benda yg terkena sinar matahari berhenti pada waktu tengah hari.

Sedangkan arti puasa dengan-cara ungkapan syariat yaitu menahan diri pada siang hari dr hal-hal yg membatalkan puasa disertai niat, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Artinya, puasa ialah penahanan diri dr syahwat perut & kemaluan serta dr segala benda konkret yg memasuki rongga tubuh (seperti obat & lainnya) dlm rentang waktu tertentu oleh orang tertentu yg memenuhi syarat, diikuti niat.

Pengertian Puasa dlm Fikih Empat Madzhab

Sesuai namanya, Fikih Empat Madzhab (Al Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah) ialah buku fikih yg memaparkan usulan empat madzhab ahlus sunnah wal jamaah yakni Hanafi, Syafi’i, Maliki & Hambali. Buku ini ditulis oleh Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi.

Dalam Fikih Empat Madzhab disebutkan, puasa dengan-cara etimologi bermakna menahan diri untuk tak melaksanakan sesuatu. Apabila seseorang sedang menahan diri untuk tak berbicara, kemudian ia tak bicara sama sekali, maka artinya ia sedang berpuasa. Apabila seseorang sedang menahan diri untuk tak makan, lalu ia tak makan sama sekali, maka artinya ia sedang berpuasa. Puasa bicara contohnya mirip yg dijalankan Maryam & diabadikan dlm Surat Maryam ayat 26.

Adapun dlm terminologi para ulama fikih, puasa mempunyai arti menahan diri dr segala hal yg membatalkan dlm satu hari, yakni sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari dgn menyanggupi segala syarat-syaratnya.

Definisi ini disepakati oleh madzhab Hanafi & Hambali, sementara untuk madzhab Maliki & Syafi’i, mereka menambahkan di kepingan akhir kalimat “dengan disertai niat.”

Alasan tak disertakannya niat dlm definisi puasa menurut madzhab Hanafi & Hambali, alasannya adalah berdasarkan mereka niat bukan rukun, cuma syarat yg harus dipenuhi. Meski demikian, dlm setiap madzhab setuju bahwa jika seseorang tak berniat puasa maka puasanya tak sah.

Pengertian puasa dlm Fiqih Al Manhaji ‘ala Mazhab Imam Syafi’i

Fiqih Al Manhaji merupakan kitab fiqih yg disusun oleh Dr Musthofa Al Bugho & ulama yang lain menurut mazhab Imam Syafi’i.

Dijelaskan dlm Fiqih Al Manhaji, puasa dlm bahasa Arab disebut ash Shiyam (الصيام) yg dengan-cara bahasa memiliki arti al imsaaku anisy syai’i (الإمساك عن الشيئ) yakni menahan dr sesuatu baik perkataan ataupun masakan.

Dalam Al Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Maryam.

إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا

“Sesungguhnya gue sudah bernazar berpuasa untuk Tuhanku Yang Maha Pengasih” (QS. Maryam: 26)

Maksudnya Maryam bernazar tak akan mengatakan dgn siapapun.

Dalam terminologi syariat, puasa ialah menahan diri dr segala hal yg membatalkannya semenjak terbit fajar hingga terbenam matahari disertai niat. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

  Khutbah Jumat Bulan Syawal: 5 Karakter Orang Bertaqwa dan Keutamaannya