Al-Qur’an Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad. Al-Qur’an pula satu-satunya mukjizat yg bertahan hingga kini. Selain sebagai sumber kebahagiaan di dunia & darul baka, al-Qur’an pula merupakan sumber ilmu pengetahuan yg tak pernah mati. Jika dicermati, pada umumnya ilmu wawasan yg saat ini berkembang, sejatinya sudah Allah tuliskan dlm al-Qur’an.

Ayat al-Qur’an yg pertama kali turun memperlihatkan dasar ilmu wawasan adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5,

“Bacalah dgn (menyebut) nama Tuhanmu yg Menciptakan. ia sudah membuat manusia dr segumpal darah. Bacalah, & Tuhanmulah yg Maha Pemurah, yg mengajar (manusia) dgn perantaran kalam[1]. ia mengajar pada manusia apa yg tak diketahuinya.” (Qs. al-‘Alaq: 1-5)

Dalam ayat ini, kita disarankan untuk mencar ilmu melalui baca-tulis, mengkaji ilmu yg ada dlm al-Qur’an, meneliti lebih jauh perihal ilmu wawasan yg sudah Allah ajarkan dlm al-Qur’an.

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yg mengenali dgn orang-orang yg tak mengenali?” Sesungguhnya orang yg berakallah yg dapat menerima pelajaran.” (Qs. Az-Zumar: 9)

“Allah akan meninggikan orang-orang yg beriman di antaramu & orang-orang yg diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yg ananda kerjakan.” (Qs. al-Mujadalah: 11)

Kedua ayat di atas menawarkan pentingnya seseorang untuk memiliki ilmu wawasan.

Jika kita cermati, dgn membaca al-Qur’an, maka akan kita menemukan banyak ilmu pengetahuan wacana alam semesta yg tak terkira.

Sebuah teladan, dlm surat Yunus ayat 5 yg menerangkan perihal ilmu falak atau perbintangan.

“Dialah yg mengakibatkan matahari bersinar & bulan bercahaya & ditetapkan oleh-Nya manzilah-manzilah (daerah-daerah) bagi perjalanan bulan itu supaya ananda mengenali bilangan tahun & perkiraan (waktu). Allah tak membuat yg demikian itu melainkan dgn hak[2]. ia menjelaskan gejala (kebesaran-Nya) pada orang-orang yg mengetahui.” (Qs. Yunus: 5)

  Deddy Mizwar: Lebih Baik Saya Kehilangan Jabatan Daripada Tak Bela Al-Qur’an

Lalu di dlm surat Yasin,

“Dan matahari berjalan di daerah peredarannya. Demikianlah ketetapan yg Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami menetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (sesudah ia hingga ke manzilah yg terakhir) kembalilah ia selaku bentuk tandan yg renta[3]. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan & malam pun tak mampu mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Qs. Yasin: 38-40)

Bukti lain wacana al-Qur’an sebagai dasar ilmu wawasan ialah surat an-Nahl ayat 66 wacana ilmu binatang:

“Dan bergotong-royong pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dr pada apa yg berada dlm perutnya (berupa) susu yg bersih antara tahi & darah yg gampang ditelan bagi orang-orang yg meminumnya.” (Qs. an-Nahl: 66)

Atau dlm surat ar-Ra’d ayat 4 yg menerangkan ilmu flora:

“Dan di bumi ini terdapat serpihan-kepingan yg berdampingan, & kebun-kebun anggur, tumbuhan-tumbuhan & pohon kurma yg bercabang & yg tak bercabang, disirami dgn air yg sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yg lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yg berfikir.” (Qs. ar-Ra’d: 4)

Lalu wacana ilmu bumi & ilmu alam,

“Dan Kami hamparkan bumi itu & Kami letakkan padanya gunung-gunung yg kokoh & Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yg indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran & peringatan bagi tiap-tiap hamba yg kembali (mengingat Allah).” (Qs Qaf: 7-8)

Dan surat Saba’ ayat 18,

“Dan Kami jadikan antara mereka & antara negeri-negeri yg Kami limpahkan berkah kepadanya, beberapa negeri yg berdekatan & Kami menetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah ananda di kota-kota itu pada malam hari & siang hari dgn dengan kondusif[4].” (Qs. Saba’: 18)

Jelas bukan, bahwa sejatinya al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengatahuan yg pertama kali. Pada masa berkembangnya Islam dulu, banyak para pakar muslim yg menjadi orang hebat alasannya selalu berpegang teguh pada al-Qur’an. Misalnya pada masa Islam masuk di Andaluisia (Spanyol) kita mengatahui:

1. Abbas bin Farmas selaku mahir ilmu kimia & astronomi. ia yaitu penemu pertama pengerjaan kaca dr kerikil.

2. Ibrahim bin Yahya al-Naqqas terkenal dlm ilmu astronomi. Ilmu yg dapat mengenali terjadinya gerhana matahari atau bulan & mampu pula mengenali lama waktu terjadinya gerhana tersebut. Ibrahim bin Yahya mendapatkan teropong terbaru yg mampu mengetahui jarak anatara tata surya & bintang-bintang lain.

3. Ahmad bin Ibas dr Cardova jago dlm bidang obat-obatan.

4. Umm al-Hasan binti Abu Ja’far & al-Hafidz dua orang wanita jago kedokteran.

5. Ibun Batuthah dr Tangier, Maroko andal geografi

6. Dan banyak lagi para ilmuan Islam yg tak mampu disebutkan satu persatu.

Kita mengatahui dikala itu kaum Muslimin masih sangat memegang teguh al-Qur’an sebagai sumber wawasan. Kejaayaan Islam & para pemikir Islam ini pasti mengundang pertanyaan dr para cendiakawan Eropa. Mereka ingin tau & mulai mempelajari bahasa Arab supaya mampu menerjemahkan buku-buku karangan umat Islam.

Bahkan para cowok-perjaka kristen Eropa pula mulai belajar di universitas-uversitas Islam di Spanyol, mirip universitas Cordova, Sevile, Malaga, Granada & Salamance.

Selama mencar ilmu di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku ilmiah karya para sarjana Muslim. Pusat pemerintah berada di Toledo. Setelah pulang ke negaranya masing-masing, mereka mengajarkan ilmu yg didapat pada pelajar di Eropa.

Mahabesar Allah dgn segala Kebesaran-Nya. Semua klarifikasi tentang pengetahuan bisa kita mampu dlm al-Qur’an, andai kita mau memerhatikan & mencerna lebih dlm atas ayat-ayat yg diturunkan. Bahkan bangsa Eropa sebelum semaju kini mengakui kebesaran umat Islam & al-Qur’an. [Kazuhana El Ratna Mida/wargamasyarakat]

Keterangan :

[1] Allah mengajar manusia dgn perantaraan tulis-baca.

[2] Allah menyebabkan semua yg disebutkan itu bukanlah dgn percuma, melainkan dgn penuh hikmah.

[3] Bulan-bulan itu pada awal bulan kecil berupa sabit, kemudian setelah menempati manzilah-manzilah, ia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan mirip tandan kering yg melengkung.

[4] Yang dimaksud dgn negeri yg Kami limpahkan berkat kepadanya ialah negeri yg berada di Syam alasannya adalah kesuburannya, & negeri- negeri yg berdekatan ialah negeri-negeri antara Yaman & Syam sehingga orang-orang mampu berjalan dgn kondusif siang & malam tanpa terpaksa berhenti di padang pasir, & tanpa mendapat kesusahan.

Berbagai Sumber (Srobyong, 11 Mei 2015)

Editor: Pirman Bahagia