Perempuan yang Meninggal Ketika Sujud

Kisah konkret ini terjadi di sebuah negara arab. Ditulis oleh Ummu Sajid Fauziah bin Abdurrahim bin Muhammad untuk islamway. Berikut kisahnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)”

Lantunan suara azan hingga di indera pendengaran Habibah. Tatkala muazin mengumandangkan, “Hayya ‘Alash-Shalah, Hayya ‘Alal Falah (Mari kita shalat, mari menuju kemenangan),” Habibah eksklusif meninggalkan pekerjaannya & bergegas melaksanakan shalat.

Sungguh, nama yg sesuai dgn sifatnya, Habibah (orang yg mengasihi). Ia menyayangi shalat.

Habibah senantiasa melaksanakan shalat wajib pada waktunya & senantiasa rindu untuk bermunajat pada Allah. Sebab, shalat yakni sarana penghubung antara hamba & Tuhannya.

Habibah memiliki moto dlm melakukan shalatnya tepat waktu, yaitu firman Allah Ta’ala tentang perkataan Musa Alaihissalam, “Dan gue bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, supaya Engkau ridha (kepadaku).(QS. Thaha: 84)

Suatu hari, Habibah dihubungi lewat telepon oleh suaminya yg gres saja menuntaskan pekerjaan di kantor. Muhammad, itulah nama suaminya.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, istriku tercinta.”

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, suamiku tercinta. Bagaimana kabarmu?”

“Alhamdulillah baik, Cintaku. Aku lapar sekali. Aku ingin dolma (daun anggur berisi tumisan daging, nasi & sayur) yg yummy buatanmu.”

“Baiklah. Insya Allah, gue secepatnya menyiapkannya, Sayangku.”

Dengan terampil Habibah menyiapkan kuliner yg diminta suaminya sebelum ia datang. Tatkala memasukkan bahan-materi makanan ke dlm daun anggur yg akan direbus, ia mendengar suara azan Zuhur berkumandang.

Seperti biasa, ia langsung meninggalkan semua aktivitasnya, tergolong merencanakan makanan untuk sang suami. Ia ingat motonya, “Dan gue bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, supaya Engkau ridha (kepadaku).

  Keajaiban Papan Sedekah PKS

Habibah pula ingat akan hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu yg menuturkan, “Aku pernah mengajukan pertanyaan pada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Amalan apa yg sangat dicintai Allah?”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.

Habibah pun secepatnya beranjak dr dapur menuju daerah wudhu semoga dapat melaksanakan shalat di ruangan khusus untuk beribadah di rumahnya.

Tak lama kemudian, suami Habibah, Muhammad tiba di rumah. Karena pintu tak dikunci, ia pribadi masuk ke ruangan tengah.

Muhammad mencium aroma dolma yg masih belum matang. Sambil memegang perut yg kosong, ia pun langsung pergi ke dapur. Ternyata, masakan yg ia minta ke istrinya tadi belum ada yg matang sama sekali.

Ia pun bertanya-tanya dlm hati.

“Ada apa gerangan? Kenapa istriku Habibah belum mempersiapkan masakan? Aku nyaris mati kelaparan,” ujarnya.

Muhammad berupaya mencari-cari Habibah.

Assalamua’aikum, Habibah. Aku sudah pulang, Sayang,” katanya setengah berteriak.

Tak ada tanggapan sama sekali. Ia lalu pergi ke ruangan shalat Habibah. Ternyata istrinya sedang sujud.

Muhammad pun duduk di samping istrinya itu & ingin menunggunya hingga shalat selesai.

Satu menit berlalu, ia masih menyaksikan Habibah sujud dlm shalatnya, tak bangkit atau pun duduk. Ia pun bergumam, “Barangkali ia memanjangkan doanya dlm sujud.”

Namun, beberapa menit kemudian, ia melihat istrinya itu masih dlm posisi sujud. Rasa khawatir pun mulai menggelayut ke dlm hatinya.

Muhammad menjajal mendekatkan telinga ke akrab istrinya. Ternyata, ia tak mendengar bunyi apapun, bahkan bunyi nafas pun tiada.

Tatkala menyentuh bagian kepala, tubuh istrinya tiba-tiba jatuh. Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un. Habibah sudah meninggal dunia tatkala bermunajat pada Tuhannya, di dlm shalatnya, di segi suaminya.

  Bening Hati Seorang Istri dan Pertanyaan Gadis Rusia “Apa tak Boleh Aku Cinta Suamimu?”

Saudaraku!

Mati itu tak mengenal waktu & usia. Siapa pun akan meninggal kapan saja & di mana saja. Oleh sebab itu, marilah kita memperbanyak amal shalih sebelum maut menjemput hingga menerima husnul khatimah (akhir yg baik) dr kehidupan dunia yg fana ini. [Abu Syafiq/Wargamasyarakat]