Lanjutan dr Inilah Manfaat Puasa Syawal yg Perlu Diketahui
Termasuk rasa syukur seorang hamba pada Allah atas akomodasi, isyarat , & santunan-Nya untuk mampu melaksanakan puasa Ramadhan & terampuninya dosa-dosanya yakni dgn berpuasa sesudah menerima nikmat tersebut.
Adapun membalas lezat petunjuk Allah untuk bisa melaksanakan puasa dgn melaksanakan maksiat setelahnya, termasuk perbuatan orang yg mengganti lezat Allah dgn kekufuran.
Kelima, amal ibadah yg dikerjakan seorang hamba dlm rangka ber-taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah selama bulan Ramadhan tak akan putus dgn berakhirnya bulan Ramadhan, sebaliknya hal tersebut tetap berjalan selagi hamba tersebut masih hidup.
Ini yakni makna hadits yg membuktikan bahwa orang yg berpuasa sehabis Ramadhan mirip orang yg merangsek maju dlm medan peperangan fi sabilillah sehabis bersiasat mundur.
Seseorang bertutur pada Bisyr bahwa ada satu kaum yg beribadah & rajin pada bulan Ramadhan, maka ia mengataka, “Seburuk-buruknya kaum yaitu mereka yg tak mengetahui hak Allah kecuali hanya pada bulan Ramadhan. Sesungguhnya orang shalih yaitu orang yg beribadah & tekun sepanjang tahun.”
Asy-Syibli pernah ditanya, “Manakah yg lebih utama, bulan Rajab atau Sya’ban?” Ia pun menjawab, “Jadilah ananda seorang yg Rabbani (taat pada Allah sepanjang tahun) & jangan menjadi Sya’bani (taat pada Allah hanya pada bulan Sya’ban)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melaksanakan amal ibadahnya dengan-cara kontinu. Aisyah Radhiyallahu Anha pernah ditanya, “Apakah pernah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengkhususkan satu hari tertentu untuk ibadah?” Ia menjawab, “Tidak! Beliau melakukan amalannya dengan-cara kontinu.” (HR. Al-Bukhari).
Aisyah Radhiyallahu Anha pula menuturkan,
مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
“Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tak menambah (jumlah rakaat shalat sunnah pada malam hari), baik pada bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan, melebihi sebelas rakaat.” (HR. Al-Bukhari)
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pula mengqadha` (mengganti) apa yg terlalaikan dr kegiatan berkala beliau di Ramadhan pada bulan Syawal. Beliau pernah tak beri’tikaf sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan, maka ia mengqadhanya pada bulan Syawal, yakni ia beri’tikaf sepuluh hari pertama dr bulan Syawal. Hal ini mirip dijelaskan dlm hadits shahih riwayat Al-Bukhari.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya pada salah seorang shahabat, apakah ia puasa pada awal Sya’ban? Orang itu menjawab, “Tidak,” Beliau pun memerintahkan shahabat itu untuk berpuasa setelah hari raya, yakni mengqadha` apa yg terlewatkan dr puasa Sya’ban pada bulan Syawal.
Dalam sebuah riwayat dr Ummu Salamah Radhiyallahu Anha disebutkan bahwa ia memerintahkan keluarganya untuk mengqada puasa Ramadhan.
Ummu menyampaikan, “Siapa saja yg mempunyai hutang puasa Ramadhan, maka hendaknya ia secepatnya bayarkan sehari setelah hari raya pada bulan Syawal, alasannya adalah hal tersebut lebih membebaskan diri dr tanggungan & membayar puasa wajib lebih utama daripada puasa sunnah enam hari dr bulan Syawal.”
[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]
Berlanjut ke Inilah Manfaat Puasa Syawal yg Perlu Diketahui (Bagian 3)