Kisah Pembaiatan Abu Bakar di Saqifah Bani Sa’idah (2)

Lanjutan dr Kisah Pembaiatan Abu Bakar di Saqifah Bani Sa’idah

Kemudian Abu Bakar menyampaikan,

“Kebaikan yg kalian sebut-sebutkan memang kalian penyandangnya & sebenarnya problem kekhilafahan ini tak diperuntukkan selain untuk penduduk Quraisy ini yg mereka yaitu pertengahan di kelompok bangsa arab dr segi nasab & keluarganya, & saya sudah meridhai salah satu dr dua orang ini untuk kalian, maka baiatlah salah seorang di antara keduanya yg kalian harapkan.”

Setelah itu, Abu Bakar menggandeng tanganku & tangan Abu Ubaidah bin Jarrah, & ia duduk ditengah-tengah kami.

Tidak ada yg saya benci dr perkataannya selain yg terakhir ini.

Demi Allah, kalaulah saya digiring kemudian leherku dipenggal & itu tak mendekatkan diriku pada dosa, itu lebih saya senangi ketimbang saya memimpin suatu kaum padahal di sana masih ada Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Ya Allah, kalaulah bukan alasannya adalah jiwaku membujukku terhadap sesuatu pada dikala maut yg tak saya dapatkan kini.

Rupanya ada seorang dr kaum Anshar berujar,

“Aku ialah keyakinan Anshar, terlatih, pandai & tetua yg dihormati, dr kami seorang pemimpin & dr kalian seorang pemimpin, wahai kaum Quraisy!”

Spontan terjadi kegaduhan, bunyi-bunyi meninggi, sampai saya memisahkan diri dr pertengkaran & gue katakan, “Julurkan tanganmu wahai Abu Bakar!”

Lantas Abu Bakar menjulurkan tangannya, saya eksklusif berbaiat kepadanya, orang-orang muhajirin pun dengan-cara bergilir berbaiat kepadanya, kemudian orang Anshar pula berbaiat kepadanya.

Aku pun bangkit & mengingatkan mereka perihal suatu kejadian yg terjadi menjelang wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Aku katakan, “Bukankah kalian tahu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat?! Maka siapa di antara kalian yg ingin mendahului Abu Bakar?”

  Buah Manis Tawakal Seorang Ibu

Mereka serempak menjawab, “Kami berlindung pada Allah dr perilaku mendahului Abu Bakar.”

Zaid bin Tsabit lantas berdiri & berkata, “Tahukah kalian bahwa bekerjsama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu termasuk salah satu dr golongan muhajirin & penggantinya pun dr kalangan muhajirin.

Sementara kita sebelumnya merupakan para penolong Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka kini kita menjadi penolong pengganti beliau sebagaimana sebelumnya kita menjadi penolong dia.”

Kemudian Zaid meraih tangan Abu Bakar & berkata, “Ini yakni sobat kalian!”

Maka gue pun membaiat Abu Bakar, dibarengi oleh kaum muhajirin & kaum Anshar.

Sedangkan Ali bin Abi Thalib beropini, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sempat sakit beberapa hari. Dalam rentang waktu itu ia menyuruh Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.

Ketika beliau wafat, saya mencermati bahwa ternyata shalat itu merupakan lambang Islam & tiang agama. Maka kami ridha jika urusan dunia kami diserahkan pada orang yg diridhai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dlm urusan agama kami. Kami pun membaiat Abu Bakar.”

Dengan dongeng ini, jelaslah bahwa semua shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dr kelompok Muhajirin & Anshar berbaiat pada Abu Bakar. Tidak ada satu pun dr mereka yg menolak Abu Bakar selaku khalifah pertama dlm Islam.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]