Mari Bertaubat Sebelum Terlambat (Bagian 2)

Lanjutan dr Mari Bertaubat Sebelum Terlambat

Tidak ada daerah bagi seorang hamba untuk beristirahat kecuali di bawah naungan sebuah pohon yg baik. Tidak ada pula kawasan tinggal bagi orang yg mengasihi kecuali hari bertambahnya kenikmatan (Hari Kiamat).

Jauhilah sikap lalai. Ketahuilah olehmu, bahwa sebaik mungkin hari yg kau-sekalian miliki adalah hari kembalinya kamu-sekalian pada Allah Ta`ala.

Oleh alasannya adalah itu, jujurlah dlm menempuh perjalanan itu & merasa senanglah dgn hadits Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِيْنَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ، وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ، إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ

“Sungguh, Allah lebih bahagia dgn taubatnya seorang hamba melampaui salah seorang di antara kalian tatkala berada di atas tunggangannya di tengah-tengah gurun pasir.

Tatkala ia kehilangan tunggangannya, yg mana perbekalannya bersama tunggangannya itu, maka ia pun berputus asa darinya.

Kemudian ia mengunjungi sebuah pohon untuk berbaring & berteduh di bawah naungannya, sungguh ia telah frustasi kepada tunggangannya itu.

Dan tatkala ia dlm kondisi seperti itu, tiba-tiba tunggangannya bangun di sisinya, maka ia segera memegang tali kekangnya. Lalu ia pun mengucapkan doa dgn penuh rasa bahagia,

“Ya Allah, bantu-membantu Engkau adalah hambaku & gue yaitu dewa-Mu,” ia salah berucap saking senangnya.” (HR. Muslim).

Yahya bin Muadz Radiyallahu Anhu berkata,

  Enam Cara Membaca Watak Seseorang

“Godaan iblis yg paling besar menurutku yakni bersikap hening dlm berbuat dosa dgn mengharap ampunan dr Allah tanpa adanya penyesalan & menduga telah mendekatkan diri pada Allah tanpa melakukan ketaatan.

Menunggu hasil dr nirwana dgn menanam benih api neraka, meminta surga dgn melaksanakan kemaksiatan.

Menungu datangnya akhir tanpa adanya perbekalan amal. Berangan-angan dlm melakukan ketaatan pada Allah dgn menyia-nyiakan ketaatan tersebut.

Barang siapa yg menginginkan surga maka ia harus menjauhi cita-cita syahwatnya. Begitu juga, barang siapa takut akan api neraka maka ia mesti berpaling dr perbuatan tercela.”

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]

Berlanjut ke Mari Bertaubat Sebelum Terlambat (Bagian 3)