A. Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Keaktifan & Hasil Belajar IPS Pada Siswa SD Kelas V
B. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dikerjakan aneka macam perjuangan pembaharuan dlm pendidikan. Akibat dampak itu pendidikan nasional makin mengalami pertumbuhan, pendidikan di sekolah-sekolah sudah menunjukkan perkembangan yg sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dlm pengajaranpun guru senantiasa ingin mendapatkan metode & perlengkapan baru yg dapat memperlihatkan semangat mencar ilmu bagi semua siswa. Bahkan dengan-cara keseluruhan mampu dibilang bahwa pembaharuan dlm sistem pendidikan nasional yg meliputi seluruh bagian yg ada. Pembangunan di bidang pendidikan nasional barulah ada artinya apabila dlm pendidikan mampu dimanfaatkan sesuai dgn keperluan penduduk & bangsa Indonesia yg sedang membangun.
Tujuan pendidikan nasional yakni berkembangnya potensi peserta didik supaya menjadi insan yg beriman & bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, mahir, kreatif, berdikari & menjadi warga Negara yg demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian lewat pendidikan dikehendaki dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi maupun masyarakat, serta bisa menghasilkan sumber daya manusia yg bermutu & professional.
Untuk tercapainya tujuan Pendidikan Nasional tersebut, telah ditempuh banyak sekali upaya oleh pemerintah. Upaya-upaya tersebut nyaris meliputi seluruh bagian pendidikan seperti pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan mutu guru, proses pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta usaha lainnya yg berkaitan dgn kualitas pendidikan.
Dewasa, ini sudah terjadi pergeseran teladan sistem mengajar yakni dr guru yg mendominasi kelas menjadi guru sebagai fasilitator dlm proses pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru mesti membuat kondisi berguru yg aktif & inovatif. Kegiatan pembelajaran mesti menantang, mendorong eksplorasi member pengalaman sukses, & membuatkan kecakapan berfikir siswa (Dimyati, 2006:116).
Penggunaan media & metode pembelajaran yg dipilih guru merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran. Hamalik (2001:32) pula menyatakan bahwa, “untuk lebih mengefektifkan komunikasi & interaksi antara guru & siswa dlm proses pendidikan & pengajaran, di sekolah perlu dipakai metode & teknik pembelajaran yg tepat”.
Berdasarkan pertimbangan teersebut di atas mampu disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat kalau guru bisa menciptakan kondisi belajar yg aktif, kreatif, & mengefektifkan komunikasi interaksi guru & siswa memakai metode diskusi dgn media pembelajaran yg tepat.
Namun, realita memperlihatkan bahwa penerapan metode diskuis & penggunaan media belum terlihat diterapkan dengan-cara optimal. Hal ini ditunjukkan oleh langkah-langkah guru pada dikala mengajar. Guru hanya memakai buku pegangan yg ada & hanya mengandalkan metode ceramah, tanpa memakai media yg sesuai dgn materi. Akibatnya keaktifan, partisipasi, & hasil berguru siswa menjadi rendah.
Keaktifan & hasil mencar ilmu siswa yg rendah, terutama pada mata pelajaran IPS merupakan permasalahan yg muncul dlm kegiatan pembelajaran. Permasalahan dlm kegaiatan pembelajaran dapat ditinjau dr beberapa faktor. Ditinjau dr faktor siswa, yg mensugesti hasil berguru muncul dr factor internal & eksternal. Menurut (Dimyati, 2006:200) “faktor internal siswa meliputi sikap terhadap mencar ilmu, motivasi berprestasi, konsentrasi berguru, mengolah materi berguru, menyimpan perolehan hasil mencar ilmu, menggali hasil mencar ilmu yg tersimpan, kesanggupan berprestasi, kebiasaan berguru & keinginan siswa, sedangkan faktor eksternal mampu berupa guru, sarana & prasarana, kebijakan penilaian, lingkungan social, & kurikulum sekolah”.
Karena rendahnya keaktifan & hasil mencar ilmu siswa kelas V SD khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial , maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) denga judul: Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Keaktifan & Hasil Belajar IPS Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi, demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, & kesanggupan berbicara. Dengan menerapkan metode diskusi dikehendaki dapat meningkatkan keaktifan & hasil mencar ilmu siswa SD kelas V terutama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan pokok selaku berikut.
a. Apakah penerapan metode diskusi mampu meningkatkan keaktifan mencar ilmu Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SD?
b. Apakah penerapan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SD?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yg ingin dicapai dlm penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengenali kenaikan keaktifan belajar sesudah penerapan metode diskusi, & penggunaan media yg sempurna dlm pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Untuk mengenali kenaikan hasil berguru sesudah penerapan metode diskusi, & penggunaan media yg sempurna dlm pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Secara teoritis penelitian ini akan mengkaji metode pembelajaran yg sesuai untuk meningkatkan keaktifan & hasil mencar ilmu IPS lewat metode diskusi. Dengan demikian temuan penelitian ini akan memperkaya khasanah pengetahuan di bidang metode pembelajaran.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
Dari penelitian ini siswa memperoleh pengalaman mencar ilmu yg lebih bermakna, sehingga siswa menjadi lebih menguasai & terampil dlm pembelajaran pemecahan kasus dgn penerapan metode diskusi sehingga hasil berguru lebih meningkat dlm mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2) Bagi Guru
Informasi hasil observasi ini diinginkan dapat menjadi keterangan serta masuka berguna bagi para guru dlm melaksanakan aneka macam upaya untuk meningkatkan kualitas proses & hasil pembelajaran dgn penerapan metode diskusi, terutama dlm mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial & mata pelajaran lain pada umunya.
3) Bagi Orang Tua Siswa
Hasil penelitian ini mampu dijadikan dasar bahwa betapa pentingnya perhatian orang tua dgn aktivitas & prestasi belajar putra-putrinya. Dengan demikian, akan membangkitkan hati para orang tua siswa untuk berpartisipasi aktif dlm rangka menyukseskan pendidikan putra-putrinya.
4) Bagi Sekolah
Hasil observasi ini diharapkan dapat menjadi keterangan berguna bagi kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yg paling tepat dlm kaitan dgn upaya menyuguhkan strategi pembelajaran yg efektif & efesien di sekolah.
C. Landasan Teori
1. Kajian Teoretis
a. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang membicarakan dengan-cara bantu-membantu melalui tukar pertimbangan perihal suatu topik atau perkara, atau mencari jawaban dr suatu masalah berdasarkan semua fakta yg memungkinkan untuk itu.
Menurut (Depdikbud, 1999:14) metode diskusi yakni suatu metode untuk memupuk keberanian anak didik untuk mengemukakan pertimbangan atau memberi kritikan kepada usulan orang lain yg dikemukakan dlm suatu lembaga.
Dari uraian tersebut di atas mampu didefinisikan metode diskusi adalah suatu kegiatan belajar-mengajar yg membahas suatu topic atau masalah yg dijalankan oleh dua orang atau lebih (mampu guru & siswa atau siswa & siswa lain).
Dapat disimpulkan metode diskusi yaitu suatu kegiatan mencar ilmu mengajar dlm bentuk tukar pendapat dr pertanyaan-pertanyaan yg ada baik dr murid dengan-cara individual atau dengan-cara golongan maupun dr guru sehingga diperoleh suatu kesepakatan bersama dr permasalahan yg dikaji.
Dalam kegiatan diskusi ada beberapa hal yg perlu diamati guru & siswa agar diskusi mampu dilaksanakan dgn efektif, selanjutnya disebut syarat-syarat diskusi yakni selaku berikut.
1) Pembicaraan berjalan dlm golongan, & setiap kalangan ada peserta yg terlibat didalamnya.
2) Setiap penerima bebas mengeluarkan pendapatnya, dlm komunikasi eksklusif tatap paras .
3) Ada aturan main yg disepakati bersama untuk menertibkan proses pembicaraan.
4) Harus ada tujuan dr diskusi tersebut & tak boleh ada tekanan dr siapapun termasuk dr guru.
5) Harus ada pemimpin yg memimpin jalannya diskusi agar tak menyimpang dr topik yg dibahas.
Tujuan Pemakaian Metode Diskusi
Secara rinci tujuan pemakaian metode diskusi yaitu sebagai berikut.
1) Mengembangkan keterampilan mengajukan pertanyaan, berkomunikasi, menafsirkan, & menyimpulkan pada diri siswa.
2) Mengembangkan sikap sportif kepada sekolah, para guru & bidang studi yg dipelajari.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan perkara & konsep diri yg lebih positif.
4) Meningkatkan kesuksesan siswa dlm mengemukakan pendapat.
5) Mengembangkan sikap kepada isu-berita controversial.
Kelebihan & Kelemahan Metode Diskusi
Kelebihan & kelemahan dr metode diskusi yaitu selaku berikut.
1) Kelebihan Metode Diskusi
a) Metode ini memperlihatkan kesempatan pada para siswa untuk ikut serta dengan-cara pribadi, baik selaku partisipan, ketua kalangan, atau penyusun pertanyaan diskusi.
b) Metode ini dapat dipakai dengan-cara mudah sebelum, selama, ataupun sesudah metode yg lain.
c) Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi, demokratis, berbagi sikap, motivasi, & kemmpuan berbicara yg dikerjakan tanpa antisipasi.
d) Metode ini memperlihatkan kesempatan pada para siswa untuk menguji, mengganti & mengembangkan, pandangan, nilai & keputusan yg diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yg cermat & pertimbangan kelompok.
e) Metode ini menunjukkan potensi pada para siswa untuk mengetahui keperluan memberi & menerima, sehingga siswa dapat mengerti & mempersiapkan dirinya sebagai warga Negara yg demokratis.
f) Metode ini menguntungkan para siswa yg lemah dlm pemecahan masalah oleh golongan, biasanya lebih tepat daripada pemecahan individual (Joni, 1984:105).
2) Kelemahan Metode Diskusi
a) Metode diskusi sulit diramalkan jadinya walaupun sudah diatur dengan-cara hati-hati.
b) Metode ini kurang efesien dlm penggunaan waktu & memerlukan perangkat meja & kursi yg gampang diatur.
c) Metode ini tak menjamin penyelesaian sekalipun kalangan sepakat & bikin persetujuan pada selesai konferensi alasannya keputusan yg dicapai belum tentu dilaksanakan.
d) Metode ini seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi & menyebabkan orang yg tak berhasrat cuma selaku penonton.
e) Metode ini memerlukan kemampuan berdiskusi dr para peserta supaya dapat ikut serta aktif dlm diskusi. Kemampuan ini hanya dimiliki oleh seseorang bila dipelajari & dilatih (Joni, 1984:105).
Prosedur Pemakaian Metode Diskusi
Prosedur pemakaian metode diskusi dengan-cara biasa terbagi menjadi tiga tahapan. Pada tiap-tiap tahapan pemakaian metode diskusi terdapat berbagai kegiatan yg mesti dilaksanakan oleh guru & siswa. Adapun tiga tahapan dlm pemakaian metode diskusi adalah sebagai berikut.
1) Tahapan Sebelum Pertemuan
a) Pemilihan topik diskusi, yakni suatu kegiatan yg dimaksudkan untuk menentukan topik diskusi untuk melakukannya, guru & siswa memakai tujuan yg ingin diraih serta minat & latar belakang siswa sebagai standar.
b) Membuat desain garis besar diskusi yg akan dilaksanakan (jika memungkinkan bagi guru).
c) Menentukan jenis diskusi yg akan dilaksanakan.
d) Mengorganisasikan siswa & formasi kelas sesuai dgn jenis diksusinya.
2) Tahapan Selama Pertemuan
a) Guru memperlihatkan klarifikasi wacana tujuan dr diskusi, topik diskusi & kegiatan diskusi yg akan dikerjakan.
b) Siswa & guru melaksanakan kegiatan disksusi (sesuai jenis diskusi yg digunakan).
c) Pelaporan & penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru.
d) Pencatatan hasil diskusi oleh siswa.
3) Tahapan Setelah Pertemuan
a) Membuat catatan wacana ide-pemikiran yg belum ditanggapi & kesulitan yg timbul selama disksusi.
b) Mengevaluasi disksusi dr banyak sekali dimensi & mengumpulkan penilaian dr para siswa serta lembaran komentar.
(Hidayat, 2008:7.20-7.23)
Bentuk-Bentuk Diskusi
1) Diskusi Kelas, yakni jenis diskusi yg melibatkan seluruh siswa yg ada dlm kelas sebagai akseptor diskusi. Dalam hal ini guru berfungsi selaku pengatur, pendorong & pengarah pembicaraan.
2) Dikusi Kuliah, yakni terdiri dr seorang pembicara, guru atau seorang anak mengatakan dimuka kelas, mengemukakan persoalannya selama 20-30 menit setelah itu dihadirkan pertanyaan-pertanyaan namun cuma terbatas pada satu bentuk dilema.
3) Diskusi kelompok kecil yaitu terdiri dr 3-7 orang.
4) Simposium, yaitu nyaris sama dgn diskusi kuliah namun pada simposium terdapat beberapa orang yg mengatakan atau pengarah duduk perkara & perkara yg ada ditinjau dr beberapa sisi.
5) Diskusi panel yakni terdiri dr 4 samapi 5 orang pembicara yg mengemukakan pertanyaan akan ditunjuk pribadi.
Dari bentuk-bentuk diskusi tersebut maka yg lebih ditekankan pada pembelajaran IPS di sekolah dasar ialah diskusi kelas. Dengan bentuk diskusi kelas maka dikehendaki guru berperan selaku pemimpin atau pengarah diskusi maka ada hal yg harus dipahami & harus dimiliki oleh guru yaitu selaku berikut.
a) Menyiapkan & menjelaskan topik diskusi.
b) Mengatur obrolan biar semua akseptor terlibat dlm diskusi.
c) Menjaga agar obrolan tetap terkonsentrasi pada topik.
d) Mencegah distorsi atau penyimpangan obrolan & percakapan yg bertele-tele.
e) Mendorong siswa supaya berani mengeluarkan pendapat.
f) Membimbing siswa biar dapat menguraikan pendapat rasional.
g) Memperjelas pertimbangan siswa biar dimengerti oleh yg lain.
h) Mencegah dominasi obrolan oleh satu atau dua orang akseptor.
(Hidayat, 2008:7.22-7.25)
b. Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
IPS merupakan bidang studi yg utuh yg tak terpisah-pisah dlm kotak-kotak disiplin ilmu yg ada. Artinya bahwa bidang IPS tak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah dengan-cara terpisah melainkan semua disiplin tersebut diajarkan dengan-cara terpadu (Mujinem, 2008:6).
Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yg Aktif, Kreatif, & Menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya adalah pembelajaran dgn metode diskusi.
Di bawah ini beberapa hal penting yg berafiliasi dgn IPS di Sekolah Dasar, yaitu selaku berikut.
Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
1) Mengenal konsep-konsep yg berhubungan dgn kehidupan masyarakat & lingkungannya.
2) Memiliki kesanggupan dasar untuk berpikir logis & kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan perkara, & kemampuan dalalm kehidupan sehari-hari.
3) Memiliki komitmen & kesadaran terhadap nilai-nilai sosial & kemanusiaan.
4) Memiliki kesanggupan berkomunikasi, bermitra & berkompetisi dlm masyarakat yg majemuk, di tingkat setempat, nasional, & global.
Ruang Lingkup IPS di Sekolah Dasar
1) Manusia, kawasan & lingkungannya.
2) Waktu, keberlanjutan & perubahan.
3) Sistem sosial budaya.
4) Perilaku ekonomi & kesejahteraan.
Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
IPS di SD berfungsi mentransmisikan wawasan & pemahaman perihal penduduk , berupa fakta-fakta & wangsit-ilham pada anak, selain itu pula mengembangkan rasa kontunuitas & stabilitas, memberikan informasi & teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarakat sekitar (Hidayat, 2008:24).
Pendekatan & Metode Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Beberapa pendekatan & metode pembelajaran IPS yaitu selaku berikut.
1) Lingkungan
Kegiatan pembelajaran yg menggunakan pendekatan ini dapat dimulai dr atau meliputi hal-hal atau petistiwa yg pernah dialami.
2) Penemuan
Pendekatan ini mendorong & mengarahkan siswa untuk melibatkan diri dengan-cara aktif dlm proses belajar mengajar dgn melaksanakan kegiatan belajar.
3) Induktif-Deduktif
Pendekatan induktif, siswa menawan suatu kesimpulan dr sejumlah fakta yg satu sama yang lain ada keterkaitannya yg diperoleh melalui pengamatan atau cara lain. Sedang deduktif, menghadapkan siswa pada sesuatu yg berlaku lazim & mengumpulkan berbagai fakta yg medukung pernyataan tersebut.
4) Nilai
Pendekatan ini dapat dikembangkan berbagai nilai seperti nilai moral, nilai estetika, & sebagainya (Hidayat, 2008:26).
Alat Peraga atau Media IPS
Alat peraga atau media yaitu sumber berguru yg mesti dikembangkan untuk tercapainya hasil mencar ilmu yg optimal. Hal ini seperti yg dikatakan (Hidayat, 2008:123) “Dalam perjuangan meningkatkan mutu proses pembelajaran & hasil pembelajaran, kita tak boleh melupakan suatu hal yg sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa, pelajar sebanyak-banyaknya berinteraksi dgn sumber mencar ilmu. Tanpa sumber belajar yg memadai sulit dikehendaki mampu diwujudkan proses pembelajaran mengarah pada tercapainya hasil mencar ilmu yg optimal”.
Atas dasar ini, beberapa alat peraga atau media IPS sangatlah perlu diaplikasikan dlm setiap pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar. Adapun alat peraga atau media IPS mampu dipakai yakni peta, atlas, globe, planetarium, solar tata cara, gambar-gambar (pahlawan, rumah budpekerti) lingkungan sekitar, alat peraga bikinan siswa atau guru & sebagainya.
c. Keaktifan Belajar
Pengertian Keaktifan Belajar
Dalam pertumbuhan metodologi remaja ini asas keaktifan lebih ditonjolkan lewat suatu program unit activity, sehingga kegiatan mencar ilmu siswa menjadi dasar untuk meraih tujuan & hasil berguru yg lebih memadai (Hamalik, 2001:172).
Pendapat lain menyatakan bahwa keaktifan mencar ilmu itu beraneka ragam bentuknya, mulai dr kegiatan fisik yg mudah kita amati hingga kegiatan psikis yg sukar kita amati. Kegiatan fisik bias berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih kemampuan (Dimyati, 2006:45).
Bertolak dr beberapa pertimbangan tentang keaktifan belajar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keaktifan belajar merupakan bentuk segala kegiatan yg dilaksanakan siswa dlm proses pembelajaran, baik dengan-cara fisik maupun mental & kegiatan yg gampang diamati maupun sulit diamati.
Ciri-Ciri Keaktifan Belajar
Dimyati, (2006:48) mengemukakan pendapatnya bahwa terdapat lima ciri-ciri dlm keaktifan berguru siswa yaitu sebagai berikut.
1) Keberanian siswa untuk mewujudkan minat, keinginan, & dorongan.
2) Keinginan & keberanian siswa untuk ikut serta dlm kegiatan berguru.
3) Adanya perjuangan & kreativitas siswa.
4) Adanya keingin tahuan siswa.
5) Memiliki rasa lapang & bebas.
Faktor-Faktor yg Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Menurut pertimbangan Dimyati, (2006:33) “ada empat hal yg menghipnotis keaktifan berguru antara lain: 1) bahan mencar ilmu, 2) suasana mencar ilmu, 3) media & sumber mencar ilmu, 4) guru selaku subjek pembelajar”. Makara mampu disimpulkan bahwa faktor-faktor yg menghipnotis keaktifan berguru siswa yakni, ada dr luar siswa maupun dr dlm diri siswa. Faktor internal itu terdiri atas, faktor fisiologis psikologis sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan (fisik & sosial) & faktor instrumental (kurikulum, fasilitas prasarana, guru, metode, media, serta administrasi).
d. Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar
Di antara para pakar pendidikan & psikologi tak mempunyai definisi & perumusan yg sama mengenai pengertian hasil berguru. Namun di antara mereka mempunyai pengertian yg sama mengenai makna hasil berguru sebagaimana yg dikemukakan Dimyati & Moedjiono, (2006:200) bahwa “hasil berguru merupakan hasil dr suatu interaksi tindak mengajar atau tindak berguru”. Demikian pula dlm Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Hasil belajar merupakan sesuatu yg diadakan, dibuat, dijadikan oleh suatu atau mampu pula memiliki arti pemasukan atau perolehan”.
Hamalik, (2001:34) menyebutkan ada 3 teori perihal hasil belajar yaitu: 1) Teori disiplin formal yg menyatakan bahwa ingatan, perilaku, khayalan mampu diperkuat melalui latihan akademis. 2) Teori unsur-unsur yg identik yakni: siswa diberikan respon-respon yg dikehendaki diterapkan dlm situasi kehidupan. 3) Teori generalisasi yaitu: menekankan pada pembentukan pengertian yg dihubungkan pada pengalaman-pengalamannya.
Berdasarkan pernyataan di atas, dlm konteks penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil berguru ialah hasil yg diperoleh siswa sesudah mengalami interaksi proses pembelajaran. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu hasil berguru yg dicapai oleh seseorang sesudah mengalami proses pembelajaran mata pelajaran IPS.
Faktor-Faktor yg Mempengaruhi Hasil Belajar
Hamalik (2001:32) menyebutkan “faktor-faktor yg mensugesti hasil belajar yakni faktor pengalaman masa lalu, faktor kesiapan mencar ilmu, faktor minat & perjuangan, faktor fisiologis & faktor intelegensi”.
Menurut Uno Hamzah (2008:3) menyatakan bahwa “faktor-faktor yg menghipnotis hasil berguru ialah faktor guru, siswa, kurikulum & lingkungan. Keempat faktor tersebut mampu diterangkan selaku berikut.
1) Faktor Guru
Setiap guru mempunyai acuan mengajar sendiri-sendiri, acuan mengajar tercermin dlm tingkah laris pada waktu melaksanakan pengajaran. Gaya mengajar yg dilaksanakan guru merefleksikan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yg bersangkutan, yg dipengaruhi oleh pandangannya sendiri wacana mengajar, konsep, psikologi, & kurikulum.
2) Faktor Siswa
Setiap siswa mempunyai keanekaragaman dlm hal kecakapan maupun kepribadian, kecakapan, yg dimiliki masing-masing itu meliputi, kecakapan berpotensi maupun kecakapan yg diperoleh dr hasil belajar.
3) Faktor Kurikulum
Bahan-bahan pengajaran sebagai isi kurikulum mengacu pada tujuan yg hendak dicapai.
4) Faktor Lingkungan
Lingkungan meliputi kondisi ruangan, tata ruang & berbagai situasi fisik yg ada disekitar kelas atau sekitar daerah berlangsungnya proses belajar mengajar.
Berdasarkan banyak sekali pernyataan tersebut, ada beberapa faktor yg mensugesti hasil belajar yaitu faktor internal & faktor eksternal. Faktor internal tersebut terdiri atas, faktor fisiologis psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan (fisik & sosial) & faktor instrumental (kurikulum, fasilitas -prasarana, guru, metode, media serta administrasi).
2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yg Relevan
Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan & hasil belajar siswa kelas V Sd No 5 Bondalem rendah, khusunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dipengaruhi faktor eksternal. Guru tak memakai metode & media pembelajaran yg sesuai dgn materi, sehingga sikap mencar ilmu, motivasi belajar siswa, konsentrasi belajar, & perolehan hasil mencar ilmu siswa rendah.
Karena rendahnya keaktifan & hasil mencar ilmu siswa kelas V SD No 5 Bondalem, utamanya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dgn judul: Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keaktifan & Hasil Belajar IPS pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V SD No 5 Bondalem Tahun Ajaran 2009/2010 Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Metode ini bisa meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi, demokratis, menyebarkan perilaku, motivasi, & kesanggupan berbicara. Dengan menerapkan metode diskusi dikehendaki dapat meningkatkan keaktifan & hasil belajar siswa SD No 5 Bondalem khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahaun Sosial.
3. Kerangka Berpikir
Penerapan metode diskusi dlm proses pembelajaran merupakan salah satu metode yg tak terlalu mahal & tak terlalu sulit dipraktekkan serta cukup efektif untuk meraih tujuan belajar.
Penerapan metode diskusi merupakan sebuah metode yg dapat menggali potensi siswa untuk dapat berpikir kritis, bebas berbagi pemikiran -gagasannya serta memberi pengalaman pribadi sehingga perolehan belajar tak bersifat ekspresi semata, melainkan bisa member pengalaman yg bersifat kasatmata. Dengan demikian metode tersebut akan mampu menguatkan kenangan siswa terhadap materi yg dipelajarinya. Bertitik tolak dr kerangka berpikir demikian, maka mampu dinyatakan bahwa dgn penerapan metode diskusi dengan-cara efektif, cenderung dapat meningkatkan keaktifan berguru siswa dlm mata pelajaran IPS.
Penerapan metode diskusi menyebabkan siswa memperoleh pengalaman belajar yg lebih bermakna & lebih kuat melekat dlm memori (pikiran) mereka, sehingga dengan-cara tak pribadi berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping itu dgn diterapkannya metode ini akan membuat perhatian siswa terpesona dlm proses belajar, lantaran siswa mengalami sendiri, & terlibat aktif dlm proses berguru sehingga akan membuat lebih mudah siswa tersebut mengetahui materi pelajaran IPS yg dipelajarinya. Diterapkannya metode ini dengan-cara efektif & efesien akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dlm mata pelajaran IPS.
4. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan teori-teori & kerangka berpikir sebagaimana sudah diuraikan di atas maka berikut ini mampu dijadikan hipotesis yg dirumuskan selaku berikut.
Jika penerapan metode diskusi mampu berjalan dgn efektif & efesien maka keaktifan berguru & hasil berguru siswa dlm pembelajaran Ilmu PEngetahuan Sosial cenderung meningkat.
D. Metode Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek dlm observasi ini yakni siswa Kelas V SD yg berjumlah 35 orang. Siswa di kelas ini dipilih selaku subjek observasi karena didapatkan permasalahan-permasalahan yg didapatkan seperti yg sudah dipaparkan pada latar belakang.
Obyek dlm penelitian tindakan kelas ini adalah: a) keaktifan berguru siswa, & b) hasil belajar siswa, & c) tanggapansiswa terhadap proses pembelajaran IPS dgn penerapan metode diskusi.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yg digunakan dlm penelitian ini yaitu tes objektif. Jumlah soal sebanyak 10 butir & masing-masing diberi skor 1, esay sebanyak 5 butir, masing-masing diberi skor 2. Selain itu menggunakan lembar pengamatan siswa untuk mengenali keaktifannya. Lembar pengamatan untuk siswa adalah selaku berikut.
Lembar Observasi Siswa
No
|
Aspek
|
|||||||||||||||||||||||||
Perhatian Siswa
|
Keberanian beropini
|
Menghargai Pendapat
|
Pelaksanaan Tugas
|
Keberanian Menjawab
|
||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Keterangan:
Aspek 1 : Perhatian siswa
Aspek 2 : Keberanian beropini
Aspek 3 : Menghargai pertimbangan
Aspek 4 : Pelaksanaan tugas
Aspek 5 : Keberanian menjawab
Skor
Sangat aktif : 5
Aktif : 4
Cukup aktif : 3
Kurang aktif : 2
Sangat kurang aktif : 1
3. Teknik Analisis Data
Untuk menghimpun data diharapkan nilai siswa yg diperoleh lewat penilaian proses & hasil. Setelah data terkumpul, maka data tersebut diolah dgn menggunakan analisis deskriptif yakni dgn mencari tingkat keaktifan, Mean (M), hasil mencar ilmu, & ketuntasan belajar.
a. Tingkat keaktifan mampu diperoleh dgn mengkalkulasikan rata-rata persentase & membandingkan dgn persyaratan PAP skala lima.
M (%) =
Keterangan:
M (%) = Angka rata-rata persen
M = Angka rata-rata skor siswa
Smi = Skor maksimal ideal
(Agung, 1998:8)
PAP Skala 5 Keaktifan Belajar
Persentase
|
Kriteria Keaktifan Belajar IPS
|
90 – 100
|
Sangat aktif
|
80 – 89
|
Aktif
|
65 – 79
|
Cukup aktif
|
55 – 64
|
Kurang aktif
|
0 – 54
|
Sangat kurang aktif
|
b. Dalam menilai hasil pembelajaran IPS digunakan nilai dgn skala 0 – 100, nilai yg diperoleh siswa berdasarkan lembar observasi & hasil tes siswa.
Kriteria keberhasilan siswa adalah selaku berikut.
1) Menghitung rata-rata skor siswa dgn mencari Mean (M) dgn rumus
Keterangan:
M = Mean (rata-rata)
N = Jumlah individu
2) Untuk memilih tingkat hasil mencar ilmu siswa, digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
Rh = Angka rata-rata persen
M = Angka rata-rata
Smi = Skor optimal ideal
Sutrisno Hadi, (dalam Arbawa, 2000:12)
3) Menghitung ketuntasan belajar mengacu pada buku pedoman pelaksanaan kurikulum Sekolah Dasar (SD).
Ketuntasan Belajar
Keterangan:
KB = Ketuntasan belajar
n ≥ 65 = Banyak siswa yg memperoleh nilai 65 keatas
(Misal KKM IPS kelas V ialah 65)
N = Jumlah siswa
(Departemen Pendidikan Nasional, 2002:15)
Hasil analisis yg diperoleh selanjutnya dikonversikan dgn patokan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Kriteria PAP skala 5
Persentase
|
Kriteria Hasil Belajar
|
Kriteria Keaktifan Belajar IPS
|
90 – 100
|
Sangat tinggi
|
Sangat aktif
|
80 – 89
|
Tinggi
|
Aktif
|
65 – 79
|
Sedang
|
Cukup Aktif
|
55 – 64
|
Rendah
|
Kurang aktif
|
0 – 54
|
Sangat rendah
|
Sangat kurang aktif
|
4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka prosedur observasi ini sesuai dgn mekanisme observasi langkah-langkah kelas yg dijalankan dlm suatu proses berdaur/berkala. Setiap siklus terdiri dr perencanaan, tindakan, observasi & refleksi. Hal ini sesuai dgn pertimbangan Kemmis S. & M.C. Tanggrat (dalam Karniti 2002:15) yg menyatakan bahwa PTK ialah siklus refleksi diri yg berbentuk spiral dlm rangka melakukan proses perbaikan kepada kondisi yg ada mencarikan solusi dlm memecahkan kasus yg dihadapi & dlm rangka menemukan cara-cara gres yg lebih baik & lebih efektif untuk meraih hasil yg lebih optimal.
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yg ada, observasi langkah-langkah kelas ini direncanakan terdiri dr 2 (dua) siklus, setiap siklus terdiri dr dua kali konferensi dgn 4 (empat) fase, yakni perencanaan langkah-langkah, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan & refleksi terhadap tindakan yg sudah dilaksanakan pada setiap siklus. Namun demikian, keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan observasi pada simpulan siklus tertentu sepenuhnya bergantung pada hasil yg diraih pada siklus terakhir. Bila hasil yg diraih telah memenuhi kriteria keberhasilan yg telah ditetapkan, maka observasi dihentikan & apabila belum meraih hasil sesuai dgn yg diharapkan, maka observasi dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Untuk lebih jelasnya mekanisme pelaksanaan, perbaikan pembelajaran mampu diilustrasikan pada diagram berikut.
Perencanaan siklus I
|
Pelaksanaan siklus I
|
Refleksi siklus I
|
Perencanaan siklus II
|
Observasi & Evaluasi siklus I
|
Pelaksanaan siklus II
|
Siklus ke n
|
Observasi & Evaluasi siklus II
|
Refleksi siklus II
|
Keterangan gambar:
a. Perencanaan siklus/Rencana langkah-langkah
Berdasarkan temuan yg diperoleh. Disusun penyusunan rencana perbaikan pembelajaran. Pada tahap ini hal-hal yg perlu disiapkan ialah selaku berikut. 1) Perencanaan perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 2) Pengembangan materi, 3) Menyiapkan media pembelajaran, 4) Menyusun instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan siklus/Pelaksanaan langkah-langkah
Kegiatan yg dikerjakan dlm tahapan langkah-langkah ini ialah selaku berikut. 1) Menyiapkan salam & menganalisa kedatangan siswa, 2) Memberikan apersepsi terkait dgn materi pelajaran, 3) Menyampaikan tujuan pembelajaran & kegiatan yg akan dilaksanakan, 4) Memberi permasalahan yg akan di diskusikan masing-masing golongan, 5) Memberikan peluang pada setiap kelompok untuk memberikan hasil kerja kelompoknya, 6) Memberikan kesempatan bertanya pada siswa, 7) Memberikan tutorial pada siswa, 8) Mengevaluasi proses & hasil kegiatan diskusi melalui lembar pengamatan, 9) Melaksanakan penilaian simpulan, 10) Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yg telah dilaksanakan, & 11) Menutup pelajaran & menawarkan tindak lanjut.
c. Observasi & Evaluasi
Observasi dikerjakan selama langkah-langkah berlangsung dr awal hingga tamat. Observasi bertujuan mengenali kekurangan & kelebihan yg terjadi selama langkah-langkah. Kekurangan & kelebihan yg ditemukan bias dijadikan sebagai pedoman dlm tindakan selanjutnya supaya tak terjadi kesalahan yg sama. Evaluasi dilakukan sesudah tindakan berjalan. Evaluasi bermaksud mengetahui nilai siswa menurut pedoman standar penilaian. Hasil yg diperoleh ini dapat dijadikan umpan balik dlm menentukan planning selanjutnya. Observasi dapat dilakukan dgn cara sebagai berikut.
1) Mengamati keahlian proses siswa dlm melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2) Memberikan tes untuk mengetahui hasil berguru siswa.
d. Refleksi
Refleksi ini dikerjakan untuk merenungkan & mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar IPS & keaktifan mencar ilmu IPS. Hasil renungan & kajian langkah-langkah siklus I ini, selanjutnya dipikirkan untuk dicari & ditetapkan beberapa alternatif langkah-langkah baru yg diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS & keaktifan berguru dlm mata pelajaran IPS. Alternatif ini akan ditetapkan menjadi langkah-langkah baru pada rencana tindakan dlm observasi tindakan siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A Gede. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.
Depdikbud. 1995. Metodik Khusus Pengajaran IPS di SD. Jakarta: Depdikbud
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud, Rineka Cipta.
Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, Mujinem, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Joni. 1984. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Nurkancana, Wayan & P.P.N Sunartana. 2002. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Uno, Hamzah. 2008. Orientasi Baru dlm Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.