Tekanan Udara: Pengertian, Faktor, dan Cara Mengukurnya

Udara disekitar kita mempunyai berat, bertambah banyak udara yg ada di atas kita, maka makin berat pula udara yg kita rasakan. Hal ini kerap diketahui dgn ungkapan tekanan udara atau air pressure.

Konsep tekanan udara ini sungguh penting karena merupakan salah satu komponen yg menghipnotis iklim & cuaca di suatu wilayah. Selain itu, tekanan ini pula berperan besar dlm menggerakkan udara dr sebuah tempat ke tempat lain, membawa awan, & mendorong terciptanya hujan.

Tanpa adanya tekanan udara, maka tak akan ada angin, tak akan ada awan, serta akan sungguh sulit terbentuk hujan. Oleh karena itu, sebagai geografer sungguh penting bagi kita untuk mengetahui apa itu tekanan udara, faktor apa saja yg mempengaruhi, serta cara mengukurnya.

Pengertian Tekanan Udara

Tekanan udara adalah tekanan yg ada pada suatu lokasi yg disebabkan oleh berat udara yg ditarik oleh gravitasi ke permukaan bumi

Tekanan udara yakni tekanan yg ada pada suatu lokasi yg disebabkan oleh berat dr udara yg ditarik oleh gravitasi ke permukaan bumi. Artinya, bertambah banyak udara yg ada di suatu wilayah, maka makin tinggi pula tekanan atmosfer.

Tentu saja, terdapat lebih banyak udara di daerah dataran rendah dibandingkan daerah dataran tinggi. Oleh karena itu, kawasan dataran rendah memiliki tekanan udara yg lebih tinggi dibandingkan dgn tempat dataran tinggi.

Umumnya, tekanan udara ini dihitung dgn memakai barometer yg memakai kolom merkuri untuk memilih tekanan udara di sebuah lokasi. Seiring dgn naik-turunnya tekanan, kolom merkuri tersebut pula akan berubah-ubah ketinggiannya.

Satuan yg kerap digunakan oleh para meteorologist untuk menjumlah tekanan udara ialah Bar. Namun, dlm aktivitas sehari-hari, umumnya ukuran yg dipakai ialah mb atau milibar.

Garis Isobar

Garis Isobar intinya yakni garis yg menghubungkan wilayah-wilayah yg memiliki tekanan udara yg sama. Pemanfaatan garis ini sungguh penting dlm keilmuan geografi fisik, utamanya meteorologi untuk menjelaskan persebaran fenomena cuaca di sebuah wilayah tertentu.

Garis ini sering diposisikan dlm peta-peta meteorologis untuk membantu geografer menganalisis pola yg terbentuk.

Garis ini pula mampu diprediksi untuk melihat arah gerak angin, karena kita tahu bahwa angin bergerak dr tempat yg mempunyai tekanan tinggi ke kawasan yg mempunyai tekanan rendah.

 

Faktor-Faktor yg Mempengaruhi Tekanan Udara

Terdapat banyak sekali faktor yg mempengaruhi tekanan udara di suatu wilayah tertentu. Namun, setidaknya terdapat 3 faktor besar yg mensugesti tekanan atmosfer di sebuah wilayah.

Ketiga faktor tersebut yaitu ketinggian dr wilayah tersebut, suhu udara, serta kelembaban udara yg ada pada wilayah tersebut.

Ketinggian Suatu Wilayah

Ketinggian suatu wilayah mempengaruhi tekanan udara di wilayah tersebut

Salah satu aturan dasar dr tekanan udara adalah kian tinggi lokasi kalian, semakin rendah pula tekanan udaranya. Artinya, tekanan udara ini berbanding terbalik dgn ketinggian suatu wilayah.

Kita tahu bahwa secara umum dikuasai udara berada di lapisan terbawah Atmosfer dgn ketinggian sekitar 8 km. Oleh karena itu, kalian yg bangun di tepi pantai setidaknya akan mencicipi tekanan dr udara setebal 8 km diatas kalian.

Sedangkan, tatkala kalian berdiri diatas puncak gunung dgn ketinggian 4 km, maka kalian cuma akan merasakan tekanan dr udara setebal 4 km diatas kalian.

Tentu saja, udara setebal 8 km lebih berat dibandingkan dgn udara setebal 4 km bukan? Kurang lebih, inilah alasan kenapa terdapat perbedaan tekanan antara kawasan ketinggian rendah dgn kawasan ketinggian tinggi.

Suhu yg ada di Wilayah Tersebut

Suhu di suatu wilayah mempengaruhi tekanan udara di wilayah tersebut

Secara lazim, suhu memiliki kekerabatan yg terbalik dgn tekanan udara yg ada di wilayah tertentu. Semakin tinggi suhu yg ada di suatu wilayah, maka makin rendah tekanan udaranya.

Hal ini terjadi karena udara yg panas biasanya lebih renggang dibandingkan dgn udara acuh taacuh. Inilah yg mengakibatkan udara hangat mampu mengambang ke atas atmosfer.

Di lain sisi, udara acuh taacuh mempunyai kerapatan yg lebih tinggi dibandingkan dgn udara hangat. Semakin tinggi kerapatan, maka semakin banyak pula udara yg ada di suatu tempat, sehingga beratnya pun meningkat.

Hal inilah yg menimbulkan udara hangat bergerak ke atas & udara dingin bergerak ke bawah di suatu lokasi.

Paparan Sinar Matahari

Salah satu hal yg mempengaruhi suhu di suatu wilayah tentu saja yakni posisi matahari di wilayah tersebut. Semakin banyak suatu wilayah terpapar oleh matahari, maka akan kian tinggi pula suhu yg ada di wilayah tersebut.

Salah satu perwujudan dr hal ini yakni jenis-jenis iklim yg berlainan-beda diseluruh dunia, sesuai dgn paparan sinar mataharinya & dinamika lingkungan lokal di wilayah tersebut.

Salah satu hal yg yang menghipnotis paparan sinar matahari ini adalah lintang & bujur sebuah lokasi. Daerah kutub mempunyai suhu yg lebih dingin dibandingkan dgn kawasan tropis karena lebih minim terpapar sinar matahari.

Selain itu, gerak semu tahunan matahari pula mensugesti pola persebaran sinar matahari dgn skala musiman. Sedangkan, gerak semu harian matahari mempengaruhi pola siang & malam dr suatu wilayah.

 

Kelembaban Udara di Wilayah Tersebut

Kelembaban udara mempengaruhi tekanan udara di suatu wilayah

Seperti kedua faktor diatas, kelembaban udara pula mempunyai hubungan yg terbalik dgn tekanan udara. Artinya, semakin tinggi kelembaban udara, maka kian rendah tekanan yg ada di wilayah tersebut.

Hal ini terjadi lantaran kian lembab udara di suatu wilayah, maka semakin renggang pula udara tersebut. Jika udara tersebut renggang, maka partikel udara yg ada di wilayah tersebut menjadi makin sedikit, sehingga bebannya pun berkurang.

Karena berat dr udara berkurang, maka otomatis tekanan udara pula akan menyusut. Oleh karena itu, udara yg lembab memiliki tekanan yg lebih rendah dibandingkan dgn udara kering.

Umumnya, udara yg masbodoh bersifat lebih kering dibandingkan dgn udara hangat yg mengandung banyak uap air & partikel air hasil proses-proses di siklus air seperti evaporasi & transpirasi.

 

Cara Mengukur Tekanan Udara

Dalam melaksanakan observasi geografis yg mempunyai aspek meteorologis, kita harus bisa menganalisis & mengerti apa itu tekanan udara. Namun, sebelum menganalisis, kita mesti mampu untuk mengukur apalagi dulu tekanan atmosfer di sebuah wilayah.

Berikut ini yaitu beberapa hal penting yg harus dipahami sebelum mengukur tekanan udara. Yang pertama yaitu rumus, kemudian alat ukur, serta yg terakhir satuan-satuan ukur yg dipakai dlm tekanan atmosfer.

Rumus Tekanan Udara

Untuk menjumlah tekanan udara di suatu lokasi, kita mampu menggunakan rumus sebagai berikut untuk menghitung tekanan atmosfer di sebuah lokasi dgn satuan ukur hPa (Hectopascal)

Keterangan
P : Tekanan yg ingin dicari dlm hPa
Po : Tekanan awal (umumnya di permukaan bahari)
T : Temperatur dlm celsius
h : Ketinggian sebuah lokasi

Untuk mendapatkan hasil dlm satuan atmosfer, milibar, atau mmHg, kalian cuma perlu untuk mengkonversikan nilai yg didapatkan dr perkiraan rumus diatas.

Contoh Perhitungan Tekanan Udara

Oke, kini kita akan coba latihan soal sedikit ya, supaya kalian lebih paham bagaimana cara menjumlah tekanan udara di sebuah wilayah. Coba jalankan soal berikut ini!

Hitunglah tekanan udara di suatu gunung berketinggian 2500 mdpl yg memiliki suhu udara sekitar 10’c jika dikenali bahwa tekanan di pesisir pantai yakni 1013,25 hPa

Berdasarkan gosip diatas, kita mampu melakukan soal tersebut dgn memasukkan ketinggian 2500 meter, suhu udara 10’c & tekanan udara awal sekitar 1013,25 hPa.

Jika dijumlah, maka akan didapatkan bahwa tekanan udara di ketinggian 2500 meter yaitu sekitar 755.63 hPa. Jika ini dikonversi kedalam atmosfer, maka akan didapatkan sekitar 0,7458 atm. Jika kalian ingin menggunakan satuan mmHg, maka didapatkan tekanan sekitar 566,76 mmHg.

 

Alat Ukur Tekanan Udara

Barometer adalah salah satu alat ukur tekanan udara

Untuk mengukur tekanan udara, biasanya digunakan alat ukur berupa barometer. Alat ini berguna untuk memilih nilai serta pergantian tekanan atmosfer di sebuah lokasi.

Barometer air Raksa

Dahulu, barometer menggunakan tabung-tabung air raksa yg bergerak-gerak seiring dgn berubahnya tekanan udara di suatu lokasi. Barometer mirip ini digunakan oleh Torricelli & menjadi salah satu barometer pertama yg ada.

Barometer inilah yg mendorong adanya satuan ukur mmHg untuk membuat lebih mudah dlm menghitung pergantian ketinggian baskom air raksa yg berganti seiring dgn pergantian tekanan atmosfer.

 

Barometer Air

Ada pula barometer yg memakai air untuk mengukur tekanan udara. Barometer seperti ini dipakai oleh Johann Wolfgang van Goethe dgn memanfaatkan prinsip-prinsip yg sudah diteliti oleh Torricelli.

Barometer air pula diketahui selaku le baromètre Liègeois karena memang asal mula barometer ini dr kota Liege di Belgia.

 

Barometer Aneroid

Selain itu, ada pula barometer aneroid yg memanfaatkan tabung-tabung vakum yg mempunyai tekanan sangat minim. Tatkala tekanan udara berubah di sebuah wilayah, maka tabung-tabung tersebut akan memuai seiring dgn pergantian tekanannya.

Perubahan ukuran inilah yg akan dijumlah & diinferensikan untuk mengetahui nilai tekanan atmosfer di sebuah wilayah. Umumnya, barometer ini berbentuk lingkaran-bundar yg memiliki jarum penanda tekanan atmosfer di sebuah wilayah.

 

Barometer MEMS

Barometer micro electro mechanical systems atau MEMS yaitu barometer digital gres yg mempunyai stasiun cuaca mini didalamnya. Barometer seperti ini dibentuk memakai proses photomachining atau photolithography.

Barometer seperti ini mampu didapatkan di smartwatch dan ponsel pintar yang kita gunakan saban hari. Terutama, jika gadget tersebut memiliki fitur pengukuran ketinggian, suhu, & tekanan udara yg relatif akurat.

 

Satuan Ukur dlm Tekanan Udara

Terdapat 4 satuan ukur yg kerap digunakan dlm mengukur tekanan udara

Secara lazim, terdapat 4 satuan ukur yg sungguh sering dipakai dlm menentukan & menyatakan tekanan udara di sebuah lokasi. Keempat patokan ukur ini adalah pascal, mmHg, kafetaria, & atmosfer.

Sekarang, kita akan membicarakan keempat satuan ukur ini dengan-cara lebih mendalam.

Pascal

Pascal merupakan salah satu satuan ukur tekanan udara yg paling sering digunakan. Umumnya, satuan pascal yg sering dipakai yakni hPa (hectopascal) & kPa (kilopascal).

Pascal sendiri dinamakan berdasarkan pencetusnya, yakni Blaise Pascal yg menyatakan bahwa 1 pascal adalah 1 newton per meter persegi. Umumnya, meteorologist memakai hPa dlm mengukur tekanan atmosfer di suatu wilayah.

 

mmHg

1 milimeter merkuri (air raksa) atau lebih dikenal selaku mmHg yakni salah satu satuan hitung tekanan udara yg paling kerap dipakai. Hal ini terjadi lantaran barometer pada zaman dulu seluruhnya memakai tabung merkuri untuk mengukur tekanan atmosfer di sebuah lokasi.

1 mm merkuri ini setara dgn sekitar 133 pascal, sehingga, tekanan di permukaan air maritim adalah 760 mmHg atau sekitar 1013,25 hPa.

 

Bar

Bar yaitu salah satu satuan ukur tekanan atmosfer yg diciptakan oleh Vilhelm Bjerknes, seorang meteorologist dr Norwegia. Satuan ini tak masuk kedalam SI (Standard International) yg digunakan dengan-cara global oleh ilmuwan di seluruh dunia. Namun, masih banyak ilmuwan yg memakai persyaratan ini.

Satu bar setara dgn 100 kPa atau 100.000 pascal. Karena ukurannya yg sungguh besar, biasanya dlm mengukur tekanan atmosfer, satuan yg dipakai yakni milibar atau (mb).

 

Atmosfer

Kita diatas telah membahas bahwa tekanan udara biasanya diukur dgn memakai satuan mmHg, kafetaria, ataupun pascal. Namun, para meteorologist pula kerap menggunakan satuan atm atau Atmosfer untuk menyatakan tekanan udara di sebuah lokasi.

Pengertian dr atmosfer (atm) adalah satuan hitung yg setara dgn tekanan udara pada pesisir pantai atau ketinggian 0 m dgn suhu 15 derajat celsius. 1 Atmosfer setara dgn 1,013 milibar, 760 mmHg, atau 101325 Pascal (1013,25 hPa)

Kita harus memahami satuan atmosfer karena kerap dijadikan patokan tatkala ingin membanding-bandingkan tekanan udara di banyak sekali lokasi.

 

Referensi

Atmospheric Pressure Calculator – Keisan Casio

Atmospheric Pressure – Encyclopedia Britannica

  Perbedaan Summer Solstice, Autumnal Equinox, Winter Solstice Dan Vernal Equinox