√ Etika Yang Harus Dijunjung Saat Melakukan Wawancara

Bagaimana adab yg harus dijunjung ketika melaksanakan wawancara ?

Dalam proses pembuatan produk jurnalistik. Pasti harus melalui tahap wawancara apalagi dulu jikalau ingin menciptakan teks berita, maupun teks narasi.

Wawancara, baik yg dijalankan di lapangan, maupun dilakukan pada studio sebuah televisi, atau radio merupakan aktivitas jurnalistik yg memiliki erat kaitannya dgn situasi sosial hubungan antar personal.

Oleh balasannya, pada ketika wawancara, pewawancara mesti mematuhi rambu budbahasa, & sopan santun yg harus dijunjung tinggi oleh wartawan.

Hal ini bermaksud biar pihak-pihak terkait tak ada yg dirugikan selama, & sehabis proses wawancara dilaksanakan.

Kesadaran untuk menjalankan adab wawancara menjadi keharusan mutlak setiap wartawan yg bekerja di media publik, biar dapat dipercaya diri serta medianya terjaga terus-menerus.

Nah, sebelum melaksanakan proses wawancara. Ada beberapa adab, & nilai kesopanan yg harus dijunjung.

Gambar Ilustrasi. Seorang wartawan harus tahan siap melakukan peliputan meski di cuaca sedang tak baik (Foto: siswapedia.com)

Berikut saya paparkan etika-budpekerti yg mesti dijalankan oleh wartawan.

1. Bersikap Independen, Tidak Boleh Bertendensi.

Independent artinya tak berpihak, & bebas dr imbas luar. Sedangkan musuh dr independen yakni sikap tendensi.

Sikap Independensi pula harus bebas efek dr kepentingan pihak ketiga. Sikap independensi ini sangat penting sekali dimiliki oleh para wartawan.

Makara wartawan tak terpengaruh ketika mengambil topik, memilih narasumber, atau saat melakukan proses wawancara.

Pengaruh kepentingan ekonomi, politik, atau primordialisme tertentu dlm memastikan tema, selain akan meminimalkan mutu wawancara, pula akan merusak dapat dipercaya stasiun radio.

Pendengar yg kritis akan memprotesnya. Jika dlm menentukan topik sudah tak independen, maka perilaku ini akan terus terbawa ketika memutuskan narasumber, & ketika melaksanakan wawancara.

  √ Pengertian Wawancara dan Fungsi Wawancara

Berbeda halnya jikalau program talk show, atau pada wawancara lapangan itu memang menjalin relasi dgn sponsor.

Sehingga lewat pemberitahuan resmi, pendengar dgn sendirinya akan mengerti, & memilih radio lain jika tak menyukai acara tersebut.

2. Bersikap Jujur, & Obyektif.

Reporter, & stasiun radio mesti menyampaikan dengan-cara terbuka ihwal apa, & bagaimana proses wawancara sebuah paket siaran.

Pendengar berhak mengenali apakah acara ini disiarkan dengan-cara langsung, atau tunda.

Demikian pula apabila terdapat pemotongan dr materi aslinya. Pernyataan narasumber yg bersifat off the record tak disiarkan.

Jika wawancara tersebut bertujuan untuk mengulas produk. Maka pewawancara harus menanyakan keunggulan, & kekurangan dr produk tersebut.

3. Bersikap Anti Amplop, atau Anti Siap.

Sikap menolak segala macam perlindungan baik dlm bentuk uang, kado, maupun sembako harus ditaati oleh para pewartawan.

Budaya amplop akan menyebabkan kebiasaan premanisme dikala wawancara.

Misalnya perlakukan yg berlawanan antara narasumber yg memberi amplop, dgn narasumber yg tak memberi amplop. Jika hal ini dilaksanakan. Maka narasumber yg diberi amplop akan ditonjolkan kepribadiannya.

Praktik seperti ini tentu menciptakan media yg bersangkutan tak lagi independen dlm menciptakan produk jurnalisme.

Budaya mendapatkan amplop pula akan membuat dinamika wawancara menjadi hilang, karena sudah direkayasa sebelumnya.

Jika demikian yg dijalankan, media tak ubahnya mirip kerbau yg dicucuk hidungnya.

4. Janjian Terlebih Dahulu di Awal.

Jika orang yg diwawancarai akan mengulik kepribadian narasumber. Maka wartawan harus melakukan janjian terlebih dulu.

Janjian sebelum proses wawancara ini diharapkan anggar narasumber mampu mempersiapkan dirinya dgn baik.

Narasumber akan tahu, sejauh mana batas-batas-batasan yg boleh disampaikan, maupun yg tak boleh disampaikan.

Janjian terlebih dahulu dgn wartawan pula berkhasiat agar tak ada pihak-pihak yg dirugikan.

  √ Merencanakan dan Mempersiapkan Wawancara

Makara tak ada tuntutan dr narasumber dikemudian hari, jika terlalu mengulik privasi kehidupan narasumber.