Puisi Periode Kecil Yang Indah Bareng Orang Bau Tanah Sobat

Teringat kenangan kemudian
Tersimpan di era silam
Walau bertahun sudah berlalu
Tak kan pernah berganti kelam.
.
Teduh hati bareng ibu
Dongengkan kisah tentang peri
Dalam hati terbit rindu
Ingat ibu berhari-hari.

[Puisi Masa Kecil SD]
.
.
Karangan kieta Annah Noer Jannah.

Masa kecil sangatlah indah. Dikenang senantiasa tak telah-telah. Hati terkenang, mata menangis. Turun rindu bagaikan gerimis.

Bersama orang bau tanah yang tercinta. Di sanalah tertanam cita-cita. Lewat cerita dan cerita. Ayah ibu mengajakku berkelana.

Betapa indahnya era kecil. Tak mungkin akan terlupa. Bagaikan bunga yang mungil. Tak jemu mata menatapnya.

Daftar Isi
Bersama Orang Tua
Bersama Teman
Nostalgia Masa Kecil
Ingin Kembali ke Masa Kecil
Kenangan Masa Lalu
Tentang Masa Kanak-Kanak

1. Bersama Orang Tua

Puisi ini bukan sekedar puisi ihwal ibu dan ayah. Melainkan puisi wacana kebersamaan, kehangatan, dan cinta kasih.

Juga ihwal perjuangan ayah ibu yang tak pernah mengenal lelah. Dan inilah puisi-puisi pilihan perihal indahnya bersama orang bau tanah.

1.1 Bersamamu Ayah

Ingin aku bercerita
Tentangmu wahai ayah
Yang senantiasa setia
Bekerja susah payah.

Aku senang bersamamu
terasa aman di dekatmu
kamu senantiasa mengajarkan
untuk berani dalam kehidupan.

Masa kecil tidaklah hilang
Hadir di sana hati mengingat
Berjuta banyaknya senyuman
Yang senantiasa dihadirkan.

  Puisi Ayahku Seorang Petani Melakukan Pekerjaan Setiap Hari Melawan Terik Matahari

1.2 Bersama Ibu

Mari kita tuliskan suatu sejarah
Tentang era depan yang sungguh indah
Dimana engkau menjadi besar
Penuh wibawa dan kebaikan.

Itulah yang kau ungkapkan
Ketika aku kecil dulu
Kasihmu menghangatkan
Meredakan tangis pilu.

Kau selalu memberi semangat
Agar saya tidak terjatuh
Walau terjatuh berdiri kembali
Untuk menggapai kurun depan.

1.3 Bersama Ibu dan Ayah Tercinta

Bersamamu sangatlah indah
Walau dikenang tak sudah-sudah
Selalu saja terbawa rindu
Masa kecil yang berlalu.

Ingin saya berterimakasih
Pada Ibu yang pengasih
Yang senantiasa mengamati
Memenuhi berbagai keperluan.

Ingin aku mengucapkan
Terimakasih terhadap ayah
Yang senantiasa mengorbankan
Berjuang sulit payah.

Di angkasa,
Engkau ialah matahari
Yang memberi cahaya.

Di pantai,
Engkau yaitu ombak
Kasihmu senantiasa berderai.

Di telaga,
Engkau yaitu bahtera
Yang menghantarkanku pada impian.

Oh Ayah, Oh Ibu
Padamu rindu ini berlabuh.

2. Masa Kecil Bersama Teman

Betapa banyak puisi periode kecil menceritakan ingatan bersama orang bau tanah. Begitu pula dengan puisi abad kecil bersama sahabat. Tentunya selalu dinantikan.

Sebab di abad kecil itulah banyak menghabiskan waktu bermain. Tidak sendiri, melainkan dengan sahabat-sobat. Sangat mengasyikan.

Inilah puisi kala kecil bareng sobat. Ada banyak pandangan baru di dalamnya.

2.1 Bersama Sahabat Kecilku

Di sekolah itu,
Jauh bertahun-tahun dulu,
Di sanalah kita bertemu.

Di kelas yang kita cinta
Penuh dengan canda tawa
Tempat bermain tanpa jeda
Tempat mencar ilmu bersama-sama.

Alangkah indahnya periode kecil dahulu
Menikmati hidup tanpa beban
Berteman penuh persahabatan
Meninggalkan kenangan beribu.

Bersama sahabat kecilku
Berpetualang ke hutan
Mencari seeikat kayu bakar
Dengan hati sangat riang.

2.2 Di Bawah Hujan

Kita tertawa di bawah hujan
Penuh besar hati tanpa beban
Bermain air sarat rahmat
Yang diturunkan atas perintah Tuhan.

  25+ Acuan Syair Pendidikan, Agama, Persahabatan, Cinta Penuh Makna

Di bawah hujan yang berderai
Kau berlari aku memburu
Kau sembunyi saya mencari
Betapa indahnya suatu permainan.

Alangkah ringannya kehidupan
Alangkah bahagianya sekujur tubuh
Dibasahi keceriaan
Memori di bawah hujan.

Mari kita kumpulkan kembali
Kebahagiaan di kurun silam
Ambil satu per satu
Setiap kebahagiaan yang berserakan.

2.3 Pelukis Pelangi

Antara sela-sela usia
Di kurun-kurun masih belia
Kau, saya, kita semua
Adalah pelukis pelangi
Di masing-masing langitnya.

Kita berguru bersama
Menempuh suatu jalan
Semoga saja bercahaya
Cita-cita di masa depan.

Warna apa yang mau kamu torehkan
Merah, kuning, hijau, ataukah kelabu
Semua itu tergantung kepadamu

2.4 Masa Penuh Bahagia

Jika kamu tanya
Di manakah kebahagiaan
Tentu aku menjawab
Di periode kecil yang telah terkenang.

Karena di sanalah dahulu
Kita bermain penuh tawa
Setiap apa yang kita lakukan
Akhirnya tersimpan dalam ingatan.

Berlari di bawah hujan
Bermain di lumpur sawah
Mengejar layangan

Segalanya ialah
Masa-masa penuh kebahagiaan.

3. Nostalgia Masa Kecil

Nostalgia? Mari kita bernostalgia akan abad kecil dahulu. Tuangkan saja lewat puisi. Atau sekedar rangkaian kata.

Meskipun tak pernah seindah kenangan era kecil, puisi ini akan menenteng pada satu makna: bahwa era kecil sangatlah berguna.

Tak mungkin pula kita mengulanginya. Begitu pula dengan periode kini. Sesulit apapun, bahu-membahu masa sekarang juga akan terkenang.

3.1 Obrolan Bersama Ayah

Duduk sendiri di senja hari
Pikiran melayang ke era silam
Terkenang bareng ayah
Obrolan kecil di senja indah.

Di bawah gubuk saya teringat
Sentuhan tangannya begitu hangat
Mengusap-usap sarat kelembutan
Terasakan cinta dan kasih sayang.

Lalu ia pun mengajukan pertanyaan
Tentang apa yang kurasakan
Tentang abad depan nanti
Yang mesti aku lalui.

  Puisi Ayah Singkat Sarat Ide

Oh Ayah
Betapa aku rindu
Padamu.

3.2 Masa Kecilku

Aku merindukanmu
karena kamu yakni keindahan
di mana aku bermain sepenuh hati
tanpa takut kehilangan kebahagiaan.

Tak banyak yang kubutuhkan
Hanya hujan yang turun deras
Tanah lapang untuk bermain
Dan sawah untuk berpetualang.

4. Ingin Kembali Ke Masa Kecil

Ada dikala di mana orang akil balig cukup akal ingin kembali ke era kecil. Merasakan kebebasan bermain, hangatnya persahabatan, ataupun sekedar berpetualang di sekeliling rumah.

4.1 Ingin Aku Kembali

Ingin aku kembali
Ke kurun kecil di waktu itu.
Bermain sepenuh hati
Hanya senja yang membatasiku.

Aku ingin kembali
Ke periode kecil bersama ibu.
Membantunya mengerjakan
Pekerjaan sawah yang berlumpur.

Aku ingin kembali
Masa kecil bersama sobat.
Belajar bersama ihwal ilmu
Puas bermain tanpa merasa jemu.

4.2 Jika Bisa

Seandainya saja
Aku mampu kembali
Ke lorong waktu
Pasti kan kususuri.

Kembali lagi ke kurun kecil
Bermain lagi ke sekolahku dulu
Duduk di bangkunya,
Bermain di kelasnya,
Atau dimarahi Bu Guru.

Jika mampu saya melipat waktu
Ingin kulihat diriku
Di abad kecil dulu.

Ingin kulihat wajahku sendiri
Yang kotor sarat bubuk
Rambut wangi matahari