CONTOH NASKAH DRAMA 5 ORANG PEMAIN

5 ORANG TOKOH UTAMA
Ibu Endang
Ibu dgn seorang anak yg sudah duduk di kursi Sekolah Menengan Atas yg hidupnya pas-pasan sebagai buruh pedagang kudapan, dgn gaya hidup sederhana yg irit ia dapat menyisihkan uang hasil buruhannya untuk ditabung. Meskipun sedikit demi sedikit, karena ibu Endang mempuny6ai keinginan supaya kelak anaknya mampu sekolah yg lebih tinggi.
Aulia
Anak Ibu Endang yg patuh pada pesan yang tersirat ibunya. Sejak kecil ia sudah gemar menabung dgn menyisakan duit jajan. Ia pula anak yg tekun mencar ilmu, suka membantu pekerjaan ibunya & mencar ilmu hidup hemat mirip apa yg dicontohkan oleh orang tuanya, karena ia bercita-cita ingin sekolah hingga ke akademi tinggi.
Ibu Narsih
Ibu rumah tangga yg hidupnya boros, suka menghutang barang kreditan & belum pernah menabung. Setipa uang belanja yg diberikan oleh suaminya selalu dihabiskan untuk kepuasan hidupnya, sehingga ketika mendengar kabar suaminya kecelakaan & dirawat di RSCM Jakarta ia kebingungan & sangat panik.
Ibu Alif
Tukang kredit segala keperluan hidup dgn bungan. Dengan rayuan yg manis & iming-iming barang dagangannya semoga laku dikredit ibu alif dgn gigih menghipnotis tetangganya agar kredit pada ia. Apa yg dbutuhkan tetangganya dgn cepat ia mengadakan alasannya berharap mendapatkan bunga yg sangat besar. Ia tak peduli penderitaan tetangganya makin terjerat hutang. Bagi ia tak hutang tidak memiliki barang. (ora utang ora duwe barang)
Pak Wa’ad
Pegawai kecamatan yg bijaksana & menjadi penyelamat keluarga ibu Narsih. Berkat pak Wa’ad pula ibu Narsih diberitahu & diingatkan tentang manfaat menabung. Begitu pula pada Ibu Alif, Ibu Endang, & Aulia yg diberitahu perihal cara menabung yg kondusif di BTN Cermat.
Judul Drama :  “TERWUJUD”
Pesan inti yg dapat dipetik dr cerita yg berjudul Terwujud adalah :
Menabung banyaj keuntungannya salah satunya untuk keperluan jangka panjang (melanjutkan sekolah ke yg lebih tinggi) & untuk kebutuhan yg secara tiba-tiba).
Ibu Endang menggendong & menjinjing bakul yg berisi kacang rebus & tahu berkeliling kampung sambil meneriakkan barang dagangannya.
bu Endang      :   “Kacang rebus, kacang rebus, murah harganya lima ratus boleh terlebih seribu!”
                         “Tahu mendal, tahu mendal tanpa formalin & pengawet yang lain! Beli bu, beli. Siapa yg mau beli?”
Bu Narsih      :   “Kacang rebus, beli! Sini bu!”
                         “Beli kacangnya, bu, Rp. 10.000,- . Tahunya satu berapa bu?”
Bu Endang      :   “Ini yg kecil satu Rp. 250 yg besar Rp. 500, monggo bu pilih yg mana. Mumpung masih hangat. Tahu ini banyak gizinya lho bu… utamanya protein nabati.”
Bu Narsih      :   “Oh… Masa ia bu? Ibu sok tahu aja kayak pakar gizi bicaranya.” (sambil memilih tahu yg akan dibelinya).
Bu Endang      :   “Bukan pakar gizi atau sok tahu bu! Bukannya apa yg setiap kita perdagangkan harus ktia kenal sifat & kandungan gizinya? Dengan demikian kita mencar ilmu mengenal lebih jauh keragaman masakan kita. Dan kita bisa menentukan mana yg terbaik untuk kita. Begitu kan bu?”
Bu Narsih      :   “Iya, tetapi ngomong-ngomong, apakah semua dagangan ini milik ibu Endang semua?”
Bu Endang      :   “Bukan, saya cuma buruh menjualkan nanti mendapat upah dr yg punya barang jualan.”
                         “Lumayan lah bu dr pada menganggur. Meskipun buruhan kami sedikit tetapi kami berusaha menabung dgn menyisakan duit kami yg sedikit ini, kami berharap dr yg sedikit ini akan menjadi banyak.”
Bu Narsih      :   “Memang berapa sih, penghasilan ibu Endang saban hari? Sampai-sampai dapat menabung segala seperti orang kaya!”
Bu Endanng    :   “ Penghasilan saya memang lebih kurang Rp. 20.000 setiap hari, namun kami bertekad menyisihkan Rp. 5.000 dr penghasilan kami untuik ditabung. Bukan hanya orang kaya saja yg boleh menabung bu, kita yg berpenghasilan sedikit pula bisa menabung.”
Bu Narsih      :   “Memang ada bank yg dapat menerima simpanan jumlah sedikit?”
Bu Endang      :   “Ada bu, misalnya simpanan BTN Cermat setoran permulaan cuma Rp. 10.000, tanpa biaya administrasi & ibu mampu menyetorkan duit ke bank saban hari sekurang-kurangnyaRp. 5.000”
Bu Narsih      :   “Rp. 5.000 ?” “Aduh bu Endang kapan dong tercapainya keinginan kita untuk memiliki barang mirip kulkas, televisi, meja, kursi bagus & piranti rumah tangga yg bagus-bagus lainnya. Enggak lah capai gue menunggunya, mending kredit pada bu Alif meski dgn bunga yg tinggi barang yg kita harapkan lebih cepat didapat. Apalagi bu Alif menyediakan segala jenis barang untuk dikredit termasuk uang.”
Bu Endang      :   “Memag cepat bu, barang yg kita inginkan dgn cara kredit, namun bunga mahal/tinggi sekali. Mendingan ibu menabung dulu meskipun bertahap lama-lama akan menjadi banyak duit kita. Baru kita belikan barang-barang yg kita kehendaki.”
Bu Narsih      :   “Ya, sudah! Aku beli kacang Rp. 20.000 & tahunya Rp. 30.000 kebetulan besok suamiku pulang dr rantau. Biar puas ia makan kacang & tahu.”
Dari kejauhan tiba bu Alif memperlihatkan barang kreditannya
Bu Alif          :   “Baju…baju…, baju bagus dr korea orisinil, silahkan kredit alasannya kalau tak kredit ibu tak akan punya barang. Ya, silakan dipilih tak usah bayar kontan namun diangsur saban hari.”
Ibu Narsih    :   “Ibu Alif, Sini! Aku mau kredit baju, kebetulan suamiku besok pulang gue ingin tampil manis dgn baju Korea itu.”
Bu Alif          :   “Oh, ya b! silakan dipilih, tetapi lunasi dahulu hutang ibu yg kemarin gres boeh kredit lagi!”
Bu Narsih      :   “Nih, gue beri Rp. 100.000 dulu kekurangannya besok kalau suamiku sudah puang. Bagaimana boleh atau tidak? Kalau boleh gue kredit baju 2 atau 3 lagi!”
Bu Endang      :   “Banyak benar duit bu Narsih hari ini, berbelanja kacang & tahu hingga Rp. 50.000, setoran kreditan Rp. 100.000”
Bu Narsih      :   “Iya, gue kalau punya uang tak pelit-pelit gue belanjakan untuk semua kebutuhanku. Karena gue yakin pepatah orang jawa ana dina ana upa benarkan bu? Kaprikornus buat apa menabung, toh Allah SWT selalu memberi riski pada kita.”
Bu Alif          :   “Benar tuh, bu! Kata bu Narsih. Menurut gue kita tak akalan punya barang kalau tak utang (ora utang ora duwe barang) Benar kan bu Endang?”
Bu Endang heran sambil geleng-geleng kepala. ia pun memberi pesan yang tersirat pada kedua tetangganya itu
Bu Endang      :   “Menurutku tak begitu, ana dina ana upa itu tujuannya kita wajib berusaha untuk memperoleh sesuatu mustahil Allah SWT menjatuhkan uang dr langit begitu saja dgn kita berdiam diri. Ora utang ora duwe barang itu pula pepatah yg salah, karena satu barang kreditan harganya dua kali lipat bila kita berbelanja dengan-cara kontan.”
Bu Alif kelihatan murka sama bu Endang.
Bu Alif          :   “Ya sudah, kalau bu Endang tidak ingin hutang ya tak apa-apa, tak usah mengguruiki! Biar bu Narsih saja yg hutang padaku. Padahal nih, kalau bu Endang mau gue mampu meminjamkan uang untuk ongkos kuliah Lia.”
Belum sempat bu Alif pergi, tiba-tiba Aulia tiba membawa simpanan dgn girang mendekati ibunya
Aulia             :   “Ibu…ibu…, Alhamdulillah simpanan Lia sudah banyak bu! Sudah cukup untuk biaya kuliah nanti. Terima kasih atas pesan tersirat ibu yg menyarankan Lia menabung sejak SD. Terwujud sudah impian Lia untuk kuliah, sekali lagi terima kasih ya bu! Dan mohon doa restu ibu!”
Sambil memeluk ibunya, Lia menangis haru. Begitu pula dgn bu Endang. Bu Narsih & Bu Alif termenung sambil menghina pada keduanya. Tiba-tiba HP bu narsih berdering ada telepon masuk
Bu Narsih      :   “Hallo?”   “Wa’alaikum salam wr.wb.”
                         “Ya benar, saya sendiri.”
                         “Apa….suami saya kecelakaan? Di Rumah sakit Cipto Mangun kusumo Jakarta? Ruang mana? Kelas berapa?
                         “Ruang Dahlia kelas II.. Ya terima kasih pak!”         
Terasa cemas & gundah bu Narsih bicara sendiri sambil mondar-mandir
Bu Narsih      :   “Bagaimana ini, uang saya sudah habis untuk belanja & bayar hutang, suami kecelakaan, uang tabungan tidak memiliki.”
                         “Duh Gusti!! Bagaimana ini, tolong gue Gusti!”
Bu Alif          :   “Ya sudah bu Narsih! Pinjam uangku saja bunganya hanya 50% gampang tanpa agunan pribadi cair.”
Melihat kesedihan bu Narsih, Lia tak tega ia berimaksud meminjamkan duit tabungannya pada bu Narsih yg sebelumnya ia minta izin pada ibunya
Aulia             :   “Bu, kasihan bu Narsih ya? Bagaimana kalu duit Lia dipinjamkan pada bu Narsih, kita tak usah menghendaki bunga/jasa apapun dr bu Narsih”
Belum lagi bu Endang menjawab pertanyaan anaknya, bu Alif marah-murka ia merasa tersinggung.
Bu alif           :   “Lia!! Kamu ini bagaimana sih? Ada orang menawarkan kreditan duit kok ananda mengganggu saja. Jangan sok kaya yah kamu! Baru punya duit sedikit saja sudah sok jadi hero.”
Aulia             :   “Lia bukannya sok pahlawan bu Alif! Tapi Lia merasa kasihan pada bu Narsih, sudah tertimpa musibah tak ditolong, malah diiming-imingi uang rentenir. Nanti bagaimana? Kasihan ka? Tidak menyelesaikan masalah malah memperbesar masalah.
Bu Alif          :   “Alaaaaaah…kau ini ya orang miskin tapi lagaknya mirip orang kaya, mau meminjamkan uangmu yg sedikit itu Bagaimana bu Narsih? Kaprikornus pinjam uangku atau tidak?”
Belum lagi bu Narsih menjawab, dr jauh pak Wa’ad melalui didepan mereka. Melihat kericuhan tersebut pak Wa’ad tak jadi melanjutkan perjalanannya
Pak Wa’ad      :   “Ada apa ini ribut-ribut? Mengapa bu narsih menangis?”
Bu Narsih      :   “Ya, pak. Bagaimana gue tak menangis suami kecelakaan, kini di RSCM Jakarta, sementara uangku sudah habis untuk belanja & mencicil kreditan di beberapa daerah. Aku sendiri tak memiliki tabungan uh…. uh…. uh…. uh….
Pak Wa’ad      :   “Memangnya bu Narsih pinjam kreditan di berapa tempat?”
Bu Narsih      :   “ada 10 orang, setorannya ada yg setiap hari, ada yg setiap mingguan. Kalau dihitung seluruhnya dlm satu ahad saya mesti setor Rp. 130.000, belum lagi untuk keperluan sehari-hari, saya bingung pak, bagaimana solusinya?”
                         “Tolong saya pak!”
Pak Wa’ad      :   “Yaah, nasi sudah menjadi bubur, sudah terlanjur terjadi. Menurut pertimbangan saya ubahlah poa hidup bu Narsih, jangan hidup boros, belilah keperluan hidup seperlunya, jangan suka ambil barang kreditan dgn harga yg mahal pula jangan suka pinjam uang ke rentenir. Nanti berakibat fatal tak menuntaskan persoalan malah memperbesar problem, ibu jadi terjerat hutang. Bila dikirimi uang oleh suami ibu sisihkan sedikit untuk ditabung, jangan menabung di rumah. Tabunglah di simpanan BTN Cermat. Selain aman tabungan ibu akan mendapat  bunga.
Bu Narsih      :   “Saya ingin  memiliki perjuangan kecil, bisakah saya mengajukan kredit perjuangan kecil pada waktu saya mulai menabung?”
Pak Wa’ad      :   “Tentu bisa, sebab dgn rajin menabung ibu bisa menertibkan pemasukan serta pengeluaran duit harian. Uang ibu yg ditabung tak akan habis sekaligus, alasannya ibu nanti mampu memakai duit tersbut untuk keperluan- kebutuhan penting yg memerlukan ongkos yg cukup besar mirip bayar uang sekolah anak, bayar cicilan hutang, ongkos berobat atau modal untuk perjuangan. Ibu bisa mengajukan kredit usaha kecil ke bank sehabis ibu memperlihatkan prestasi kerajinan menabung & sudah mencapai jumlah saldo dlm waktu tertentu, sehingga layak menerima kredit yg diajukan. Hal ini dikerjakan oleh bank untuk memastikan bahwa ibu nantinya sanggup melunasi kredit.”
Bu Endang      :   “Pak, kalau saya lupa menabung apakah saya kena denda?sebab uang penghasilan saya sedikit.”
Pak Wa’ad      :   “Ibu tak akan dikenakan denda atau potongan biaya apapun kalau lupa menabung. Jika penghasilan ibu sendiri kurang dr Rp. 10.000 masih bisa menabung di hari selanjutnya, atau disisihkan dahulu selang dua tiga hari atau setiap ahad.”
Bu Alif          :   “Menabung yg aman itu seperti apa & bagaimana caranya?”
Pak Wa’ad      :   “Menabung yg aman sebenarnya sungguh gampang dilakukan. Ibu tinggal pergi ke bank atau kantor pos terdekat, mengisi formulir pembukuan simpanan, serta membawa kartu identitas (KTP/SIM) & duit yg akan disetorkan.”
Aulia             :   “Jika kartu tabungan saya hilang, masih bolehkah saya menabung & bagaimana caranya saya bisa mendapat kartu gres?”
Pak Wa’ad      :   “Lia masih mampu lanjut menabung. Setelah Lia melaporkan peristiwa kehilangan kartu tabungan ke petugas bank semoga secepatnya diganti dgn kartu yg baru.”
Bu Alif          :   “Apakah dgn menabung di bank saya diberi keemudahan untuk mendapatkan kredit?”
Pak Wa’ad      :   “Ya, kalau ibu sukses menunjukkan prestasi  menabung yg baik yakni menabung dengan-cara bersungguh-sungguh saban hari, bukan hal yg tak mungkin nanti bank akan membeeri akomodasi dlm memperoleh kredit pada ibu. Fasilitas kredit yg diberikan  oleh bank ini berlawanan dgn kredit yg diberikan rentenir. Kredit daribank didedikasikan bagi ibu/bapak yg membutuhkan modal untuk usaha, cicilan rumah tinggal milik sendiri, kepemilikan kendaraan bermototr (jangka panjang) sedangkan kredit dr rentenir umumnya diberikan untuk keperluan konsumsi sesaat (jangka pendek) bukan untuk kebuthan jangka panjang, bunga yg dikenakan bank pun jauh lebih ringan dr bunga kredit rentenir.”
Bu Narsih      :   “Oh, ya pak. Terima kasih atas penjelasannya saya mohon doa pada bapak & ibu serta Lia agar suami saya cepat sembuh, & pula saya mohon pamit akan menengok suami saya di RSCM Jakarta.”

Pak Wa’ad, Bu Alif, Bu Endang, & Lia mengangguk sambil mengucapkan selamat jalan pada bu Narsih disertai berjabat tangan. Mereka pun bubar melanjutkan aktifitasnya.