Cara mempublikasikan buku menjadi salah satu pekerjaan yg penting. Tidak banyak orang memahami prosesnya, tetapi tak sedikit pula yg meremehkan pekerjaannya.
Tidak semua orang dikaruniai talenta untuk cara mempublikasikan buku & menerbitkannya dgn gampang. Ada serangkaian proses yg tak mudah & perlu ditempuh biar berhasil cara mempublikasikan buku. Setelah berhasil, si penulis akan sadar akan pentingnya proses yg ia jalani. Akan ada imbas besar yg dihasilkan tatkala ia sukses melalui serangkaian proses tersebut. Efek ini mungkin tak hanya dicicipi oleh dirinya sendiri, tetapi pula oleh banyak orang. Si penulis akan sadar pada kesudahannya bahwa pekerjaannya itu sungguh-sungguh penting untuk dilakukan.
Pekerjaan ini menjadi sungguh penting bagi banyak orang. Namun seringkali publik masih awam akan pentingnya cara mempublikasikan buku. Yang tak mengerti prosesnya bahkan bisa meremehkan pekerjaan tersebut dgn cuma mengkritik karya yg dihasilkan si penulis.
Daftar Isi
Pentingnya Menerbitkan Buku
Nah, untuk tahu lebih banyak perihal betapa pentingnya buku untuk ditulis, mari kita ketahui bersama tulisan ini. Akan banyak argumentasi yg dipaparkan untuk menerangkan bahwa cara menerbitkan buku ialah hal yg sungguh penting. Apa saja pentingnya mempublikasikan buku?
1. Menerbitkan buku akan mengabadikan informasi lebih lama
Informasi yg disampaikan lewat lisan sering kali hilang & dilupakan, bahkan jikalau info tersebut bersifat penting. Mengabadikannya lewat tulisan yaitu salah satu jalan biar gosip mampu terekam atau terdokumentasikan lebih lama.
2. Buku yg ditulis dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ilmu pengetahuan & pergantian kultur
Seorang penulis mempunyai peranan yg besar tatkala ia menghasilkan karya. Buku-buku yg ditulisnya akan dibaca oleh banyak orang & bisa mengubah kultur mereka meski dlm waktu yg lama. Cara menerbitkan buku juga penting untuk pertumbuhan ilmu wawasan, apalagi kalau si penulis mendapatkan hal-hal baru yg belum pernah diulas sebelumnya.
Penulisan buku menjadi salah satu cara penting membangkitkan semangat pembaruan & menghidupkan ilmu. Penulisan buku bahkan sering dijadikan sebagai penggagas revolusi di suatu negara, salah satunya Indonesia. Sukarno adalah salah satu pola nyata yg memakai buku selaku aktivis revolusi. Tulisannya dlm bentuk buku dibaca oleh banyak orang & bisa mengumpulkan semangat kebangsaan.
3. Menerbitkan buku menjadi fasilitas penggugah kesadaran penduduk
Dengan cara menerbitkan buku, masyarakat, utamanya golongan akademik mampu melaksanakan tanggung jawab moralnya untuk mengembangkan ilmu & pengetahuan pada orang lain. Sudah selayaknya mereka yg bergerak di dunia keilmuan mengamalkan ilmunya untuk menolong penduduk luas mendapatkan pengetahuan gres, atau lebih baik lagi menangani duduk perkara dlm berbagai aspek kehidupan mereka.
4. Menerbitkan buku sama halnya dgn menjembatani dunia akademisi & penerbitan
Tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tentunya bukan cuma menjadi peran pemerintah. Segenap bagian masyarakat hendaknya turut ikut serta dlm upaya pencapaian tujuan negara ini. Dalam pelaksanaannya, para intelektual mampu menggandeng penerbit untuk menulis & mempublikasikan buku bagi masyarakat luas.
Mulai saat ini, para akdemisi tak perlu takut untuk menunjukkan naskahnya ke penerbit. Jika naskah pun ditolak, anggaplah hal itu selaku cambuk semangat. Kemudian akademisi sebaiknya tak berpikir bahwa naskah yg ditolak penerbit itu jelek. Penolakan naskah hendaknya menyebabkan penerbit lebih ulet lagi untuk menerbitkan buku yg lebih bermutu & menentukan penerbit lain yg mau menerbitkannya.
Sekarang ini bukan hal yg sulit lagi mempublikasikan buku-buku, terlebih yg sungguh diperlukan di dunia pendidikan. Banyak penerbit terpercaya yg bersedia mempublikasikan naskah & pembantu para penulis & akademisi untuk menerbitkan karyanya. Penyebar Ilmu bahkan memperlihatkan kerjasama yg tak hanya menguntungkan dirinya, namun pula memberi keuntungan bagi penulis supaya terus bergairahdlm berkarya.
5. Menerbitkan buku adalah sarana meningkatkan mutu penerbitan buku di negeri sendiri
Dengan banyaknya kaum intelektual yg aktif menulis & berbagi ilmu, akan lebih banyak buku yg dihasilkan untuk khalayak umum. Terlebih mereka yg mempunyai latar belakang akademik yg mumpuni, pastinya mutu buku yg dihasilkan pula tak terlalu buruk. Untuk meningkatkan mutu, mereka masih bisa belajar & berlatih supaya lebih terampil dlm mempublikasikan buku yg bermutu.
Bayangkan saja jikalau tiap-tiap orang dr kelompok akademik menulis & menerbitkan satu judul buku saja. Pastinya akan ada jutaan buku yg mampu dibaca oleh penduduk . Di samping itu, kalangan akademisi pula tak cuma pandai berteori, tetapi pula mengamalkan ilmunya sehingga berfaedah untuk banyak orang. Kemudian mereka pula tak akan mengambinghitamkan penerbit buku lagi, alasannya mereka akan menjawab duduk perkara sulitnya dunia perbukuan.
Kendala Menerbitkan Buku
Cara mempublikasikan buku menjadi pekerjaan komunal yg penting, yg tak hanya bisa dijalankan oleh kalangan akademisi saja. Mereka yg punya kemampuan menulis yg baik & sesuai kaidah dapat menulis & mempublikasikan bukunya sendiri untuk membantu menanggulangi aneka macam problem dunia wawasan di Indonesia. Masih banyak dilema yg membuat banyak orang belum mengerti ihwal pentingnya menerbitkan buku, seperti:
1. Rendahnya minat baca
Minat baca yg rendah mempunyai efek pada minat cara mempublikasikan buku yg rendah pula. Jika para intelektual malas menulis, bagaimana dgn masyarakat lazim?
2. Menjadikan cara mempublikasikan buku sebagai pekerjaan yg membebani
Pekerjaan penting mirip ini masih dianggap selaku hal yg membebani bagi pada umumnya orang. Di perguruan tinggi bahkan, penulisan masih dianggap sebagai momok yg menghalangi selesainya studi. Padahal penulisan akademik sangat penting, baik selaku dokumentasi & pengetahuan, atau selaku ilmu yg mampu diterapkan dlm kehidupan kasatmata.
3. Rendahnya transfer ilmu wawasan atau pengalaman melalui tulisan
Pola pikir pragmatis ini menjadi salah satu hambatan yg menciptakan kebanyakan orang belum sadar bahwa menulis pada dasarnya yakni kewajiban moral.
4. Kurangnya percaya diri
Rasa takut dicemooh, takut tak bisa menghasilkan karya yg bagus, takut kritikan, & takut dibajak orang menjadi hambatan lain yg menghalangi kesadaran seseorang untuk cara menerbitkan buku. Ketakutan-ketakutan tersebut menjadi alasan bagi orang-orang untuk mengurungkan niatnya cara mempublikasikan buku.
Jika kita pahami bareng , mempublikasikan buku intinya bukanlah tugas individu, melainkan kewajiban komunal untuk tolong-menolong meningkatkan kualitas perbukuan di Indonesia. Cara mempublikasikan buku pula menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan bagi khalayak biasa . Hal ini seharusnya sudah menjadi tanggung jawab moral bagi kaum intelektual untuk berafiliasi dgn aneka macam bagian, utamanya penerbit buku, untuk turut membuatkan ilmu & pengetahuan.
Referensi:
- Lasa HS., “Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi”, ditulis untuk Workshop Strategi & Teknik Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi, Surakarta, 2006.
Anda punya RENCANA MENULIS BUKU
atau NASKAH SIAP CETAK?
Silakan daftarkan diri Anda selaku penulis di penerbit buku kami.
Anda pula bisa KONSULTASI dgn Customer Care yg siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan.
Anda TAK PERLU RAGU untuk secepatnya MENDAFTAR.
Silakan ISI FORM di laman ini. 🙂