√ Cara Membuat Buku bersama Penyebar-Ilmu Buku: Mengatur Kerangka Pikiran

Cara membuat buku memakan waktu cukup lama dlm menulis buku sebelum dikirim ke penerbit buku yaitu mengurutkan kerangka anggapan.

Cara menciptakan buku bersama penerbit buku menyantap proses yg tak sebentar. Bagai menciptakan bangunan, cara menciptakan buku pula diawali dgn suatu pondasi dasar mudah-mudahan bangunan itu tetap solid. Setiap pondasi pula memiliki macam-macam jenisnya. Pondasi ini digunakan pula dikala ingin menulis buku mudah-mudahan buku tersebut terang arahnya.

Ketika membangun suatu bangunan, tak mungkin kita membangun atapnya dulu terus tiba-tiba dasarannya, lalu peletakan tiang, & alhasil flooring. Agar kita dapat mengetahui kalau itu ‘bangunan’ untuk sebagai kawasan tinggal, ibadah, berguru, penampungan, & sebagainya.

Cara membuat buku dgn mengendalikan urutan kerangka berpikir itu sifatnya penting tatkala kita ingin menulis buku. Meski begitu, penulis tetap diperbolehkan menulis bebas. Maksudnya mengurutkan bukan semata-mata – penulis harus menulis sesuai urutan yg berlaku, namun lebih pada penempatan posisi tatkala pemikiran pokok setiap komponen goresan pena tela terbentuk.

Misalnya, penulis ingin membuat observasi tentang perkawinan silang antara ayam dgn kalkun & yg ada dipikiran penulis adalah kandungan gizi telurnya. Tulis saja! Yang paling penting yaitu tatkala sudah mendapatkan setiap belahan gagasan pokok tersebut, penulis paham bagaimana cara mengurutkannya.

Manusia pada dasarnya dengan-cara alamiah memiliki urutan jalan pikirnya – termasuk dlm melakukan cara membuat buku. Jalan fikiran ini sifatnya tak bisa diubah karena mengubahnya hanya akan menciptakan hancur topik yg dibahas. Berikut ini asas-asas umum urutan jalan asumsi manusia, tergolong seorang penulis:

  √ Kenali 4 Strategi Kebutuhan Konsumen

 

1. Urutan Alamiah

Urutan alamiah yakni urutan yg otomatis tertanam di dlm asumsi insan. Urutan tersebut terjadi menurut hukum ruang & waktu yg ada. Dalam kata lain, urutan tersebut dibagi menjadi: urutan setempat (ruang), & urutan kronologis (waktu).

  • Urutan setempat, yakni urutan yg dipakai dlm tulisan yg bersifat deskriptif sehingga urutan ini bersifat penting. Secara alamiah, insan akan mengikuti alur urutan dr kiri ke kanan, dr timur ke barat, dr bawah ke atas, & sebagainya maupun sebaliknya. Hal yg dimaksud yaitu aspek linear yg terbangun. Tidak mungkin bila dengan-cara alamiah manusia dr atas tiba-tiba serong kiri belakang, karena tak linear. Contohnya: survey ihwal kesiapan MEA dimulai dr satu RT, ke RW, kemudian ke kelurahan, lalu ke kecamatan, kabupaten, hingga provinsi.
  • Urutan Kronologis, ialah urutan yg didasari menurut waktu. Urutan ini masih dibagi menjadi dua: urutan obyektif dan

Urutan obyektif, ialah urutan insiden-peristiwa yg terjadi di luar penulis. Maksudnya kejadian tersebut diketahui oleh khalayak biasa , & disusun berturut-turut berdasarkan waktunya terjadi. Urutan ini lazim digunakan tatkala menulis sejarah.

Urutan subyektif, yaitu urutan insiden berdasarkan batin si penulis. Urutan tersebut sifatnya tak mampu diketahui jika penulis tak mengutarakannya (pribadi). Urutan ini lazimnya menampung pertimbangan , cerapan batin, & sebagainya, serta lazim dipraktekkan dlm karangan ulasan atau opini.

 

2. Urutan Logis

Urutan logis adalah urutan yg berdasarkan dialektika pikiran dgn mencari relasi antara satu kejadian dgn kejadian-peristiwa yg lain – antara kenyataan dgn kenyataan lain, antara kebenaran dgn kebenaran lain, antara pernyataan dgn pernyataan lain, & lain sebagainya.

Baca juga: 6 Teknik Menulis Kriteria Kalimat Efektif

Kesimpulanya, urutan logis ialah urutan yg inheren atau melekat pada ciri fikiran kita sendiri, yg menginginkan mudah-mudahan segala sesuatu berkaitan dengan-cara logis & masuk akal.

  • Urutan sebab akibat (kasual), yakni urutan yg digunakan tatkala penulis ingin mengambil sudut pandang kejadian yg telah terjadi. “Ada alasannya ada akhir”, begitulah kata pepatah. Berdasarkan hal itu, urutan pertama yg terjadi tentu saja yakni alasannya yg menjadi pemicu insiden tersebut. Lalu, akhir tiba di selesai langkah-langkah.
  • Urutan fasilitas tujuan (final), adalah urutan yg kerap digunakan tatkala menulis buku tutorial. Misalnya buku wacana pembudidayaan lele. Pastinya ada tatkala dimana kapan benih mesti disebar, lele diberi makan, lele itu berkembangbiak, & lele dipanen. Proses menuju panen inilah tujuan akhir dr urutan.
  • Urutan khusus biasa (induktif), adalah urutan yg digunakan saat melaksanakan pemetaan yg bersifat generalisasi. Misalnya: menyelenggarakan pengelompokan-pengelompokan terhadap dunia binatang para jago mulai meneliti binatang-binatang dengan-cara individu, kemudian menggabungkannya menjadi keluraga, species, & sebagainya.
  • Urutan umum khusus (deduktif), yakni urutan yg digunakan dikala melakukan penelitian khusus terhadap pemetaan generalitatif. Misalnya: melakukan observasi terhadap lunturnya budaya adab Jawa, kemudian masuk pada kelompok tertentu, & karenanya menjajal memperoleh penyelesaian dr intisari setiap elemen yg berkaitan.
  • Urutan biasa hebat, yakni urutan yg menguraikan hal-hal yg biasa, lumrah, dikenal lazim, diterima untuk lazim untuk hingga pada hal-hal yg luar biasa, ajaib, unik, & mengagetkan. Urutan ini lazimnya digunakan untuk meyakinkan pembaca atas suatu kebenaran menjadi kebenaran yg unik & lain daripada yg lain. Urutan ini adalah salah satu trik khusus untuk menulis buku bersifat persuasif.

Pada akibatnya, tetap ada kaidah tanpa sadar yg mesti penulis jaga jika ingin bukunya laku. Semua hal yg ada di luar & di dlm diri penulis selalu mampu menjadi inspirasi. Jangan kubur intelektual Anda lantaran tak mau menulis buku!

Tanamkan semangat bahwa ilmu yg bermanfaat ialah ilmu yg mampu dibagikan pada sesama. Semoga postingan ihwal Cara Membuat Buku bersama Penyebar Ilmu Buku: Mengatur Kerangka Pikiran ini berguna & selamat menulis buku! Semoga secepatnya berjumpa dgn penerbit buku yg sesuai dgn cita-cita Anda. [Mas Aji Gustiawan]

 

Referensi:

A. Widyatarmaka BA, 1996, Kreatif Mengarang, Yogyakarta: Penyebar Ilmu Kanisius..