√ Terumbu Karang

Ekosistem pantai merupakan ekosistem yg unik lantaran merupakan wilayah peralihan antara ekosistem daratan (terrestrial) & ekosistem laut (oseanik). Pengaruh kedua ekosistem tersebut membentuk karakteristik gres yg unik, yg berlainan dr kedua ekosistem yg mempengaruhinya. Ekosistem pantai tropis biasanya terdiri dr beberapa ekosistem penunjang di dalamnya yg saling terkait. Ekosistem tersebut adalah ekosistem terumbu karang, mangrove & lamun.

Terumbu-Karang

Ekosistem terumbu karang menempati barisan terdepan, disusul ekosistem lamun & mangrove. Ekosistem terumbu karang mempunyai karakteristik yg spesifik & sangat bergantung pada keadaan perairan disekitarnya. Wilayah Indonesia memiliki perairan pantai sepanjang lebih dr 81.000 km. perairan pantai sepanjang lebih dr 81.000 km (Sunarto, 2006).


Pengertian Terumbu Karang

Terumbu karang yaitu ekosistem laut yg dangkal tropis yg paling kompleks maupun produktif. Terumbu karang pula dlm hal ini merupakan ekosistem yg rentan terhadap suatu pergantian lingkungan, tetapi tekanan yg dialaminya pun kian dapat meningkatkan seiring dgn penambahan jumlah penduduk & acara dlm penduduk di wilayah pesisir.


Yang dengan-cara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melaksanakan pemijahan, penularan, pembesaran anak, makan & mencari makan “feeding & foraging”, terutama bagi sejumlah spesies yg memiliki nilai hemat penting.


Banyaknya spesies makhluk hidup laut yg mampu didapatkan diterumbu karang menjadikan ekosistem ini sebgai gudang keragaman hayati laut. Untuk ketika ini, peran terumbu karang sebagai gudang keanekaragaman hayatu membuatnya sebagai sumber penting bagi berbagai materi bioaktif yg diharapkan dibidang media & farmasi.


Dalam hal ini kata pertama terumbu yg mampu kita artikan sebagai endapan kerikil kapur, yakni kalsium karbonat yg dihasilkan oleh hewan karang & biota-biota lain, & kata kedua ialah karang yg mana dapat kita artikan sebagai sejenis hewan yg berasal dr ordo scleractinia yg mampu bisa untuk menyekresi kalsium karbonat.


Proses Terbentuknya Terumbu Karang

Pada dasarnya terumbu karang terbentuk dr endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yg dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbun(karang hermartipik) dr filum Cnidaria, ordo Scleractinia yg hidup bersimbiosis dgn zooxantellae, & sedikit pemanis dr algae berkapur serta organisme lain yg menyekresi kalsium karbonat. Hewan  karang tergolong kelas Anthozoa, yg mempunyai arti hewan berbentuk bunga (Antho artinya bunga; zoa artinya hewan). Hewan  karang selaku binatang-tumbuhan (animal plant). Baru pada tahun 1723, hewan karang diklasifikasikan sebagai binatang ( Sudiono, 2008).


Terumbu karang tropis yg paling bermacam-macam & struktural kompleks dr semua penduduk kelautan. Terumbu karang pinggiran seperenam dr garis pantai dunia & menyediakan habitat bagi puluhan ribu ikan & organisme lainnya. Terumbu karang paling besar di dunia, The Great Barrier Reef, membentang lebih dr 2000 km (1200 mil) dr New Guinea selatan di sepanjang pantai timur Australia.


Karang bangunan karang memerlukan hangat, terperinci, dangkal, air bersih & substrat perusahaan yg mereka dapat melampirkan. Karena suhu air tak harus pergi di bawah 18C & suhu optimal yaitu 23-25 C, pertumbuhan mereka dibatasi ke perairan tropis antara 30N & 30S & cara dr arus coldwater. Kebanyakan karang Karibia didapatkan dlm 50 m atas (150 ft) air menyala. ( Sverdrup dkk, 2008).


Fungsi Terumbu Karang

Ada beberapa fungsi & manfaat terumbu karang yg diantara yakni:


  1. Pelindung Ekosistem Pantai

Terumbu  karang  akan  menahan  dan  memecah  energi  gelombang  sehingga  mencegah terjadinya pengikisan & kerusakan di sekitarnya.


  1. Terumbu Karang  Sebagai Penghasil Oksigen

Terumbu karang memiliki kesanggupan untuk memproduksi oksigen sama mirip fungsi hutan di daratan, sehingga menjadi habitat yg nyaman bagi biota laut.


  1. Rumah Bagi Banyak Jenis Mahluk Hidup

Terumbu karang  menjadi  tempat bagi  hewan dan  tanaman yg berkumpul   untuk  mencari makan, meningkat biak, membesarkan anaknya, & berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu  karang  mempunyai  potensial  perikanan  yang  sungguh  besar,  baik  untuk  sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yg sehat dapat menciptakan  25  ton  ikan  per  tahunnya.  Sekitar  300  juta  orang  di  dunia  menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang.


  1. Sumber Obat-Obatan

Pada  terumbu  karang  banyak  terdapat  materi-materi  kimia  yang  diperkirakan  bisa  menjadi obat  bagi  insan.  Saat  ini  sudah  banyak  dilakukan  berbagai  penelitian  mengenai  bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati aneka macam penyakit.


  1. Objek Wisata

Terumbu  karang  yang  bagus  akan  menarik  minat  turis  pada  kegiatan  diving,  lantaran variasi  terumbu  karang  yang  berwarna-warni  dan  bentuk  yang  memikat  merupakan  atraksi tersendiri  bagi  turis  baik  asing  maupun  domestik.  Diperkirakan  sekitar  20  juta penyelam,  menyelam  dan  menikmati  terumbu  karang  per  tahun. Hal  ini  dapat  menunjukkan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar.


  1. Daerah Penelitian

Penelitian akan menghasilkan keterangan penting & akurat sebagai dasar pengelolaan yg lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan & organisme laut serta zat-zat yg terdapat di tempat terumbu karang yg belum pernah dikenali manusia sehingga perlu penelitian yg lebih intensif untuk mengetahuinya.


  1. Mempunyai Nilai Spiritual

Bagi banyak masyarakat, laut adalah kawasan spiritual yg sungguh penting. Laut yg terjaga karena terumbu karang yg baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.


Menurut Moberg and Folke (1999) dlm Cesar (2000) menyatakan bahwa fungsi ekosistem terumbu karang yg mengacu pada habitat, biologis atau proses ekosistem selaku penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yg terkait dgn sumberdaya pulih seperti bahan kuliner yakni ikan, rumput laut & tambang seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dr ekosistem terumbu karang dibedakan :

  • Jasa struktur fisik sebagai pelindung
    pantai.
  • Jasa biologi sebagai habitat & dan suport mata rantai kehidupan.
  • Jasa biokimia selaku fiksasi nitrogen.
  • Jasa keterangan selaku pencatatan iklim.
  • Jasa sosial & budaya selaku nilai keindahan, rekrasi & permainan


Manfaat Terumbu Karang

Terumbu karang mengandung aneka macam manfaat yg sangat besar & bermacam-macam, baik dengan-cara ekologi  maupun  ekonomi.  Jenis-jenis  faedah  yang  terkandung  dalam  terumbu  karang  mampu diidentifikasi menjadi dua yakni faedah pribadi & manfaat tak langsung :

  • Pemanfaatan  secara  langsung  oleh  manusia  yakni  pemanfaatan  sumber  daya  ikan (kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), watu  karang,  pariwisata,  penelitian  dan  pemanfaatan  biota  perairan  lainnya  yg terkandung di dalamnya.
  • Pemanfaatan  secara  tidak  eksklusif  ialah  mirip  fungsi  terumbu  karang  sebagai penahan abrasi pantai, keragaman hayati & lain sebagainya.


Menurut Suprihayono (2000) beberapa kegiatan pemanfaatan terumbu karang yakni :


  1. Perikanan Terumbu Karang

Masalah perikanan merupakan belahan dr ekosistem bahkan keanekaragaman karang dapat mencerminkan keragaman jenis ikan. Semakin bermacam-macam jenis terumbu karang akan kian beraneka ragam pula jenis ikan yg hidup di ekosistem tersebut. Oleh lantaran itu masalah perikanan tak bisa diabaikan pada pengelolaan ekosistem terumbu karang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk saaat ini maka jumlah acara penangkapan ikan di ekosistem terumbu karang pula meningkat.


Apabila hal ini dikerjakan dengan-cara intensif, maka kondisi ini memungkinkan terjadinya penurunan stock ikan di ekosistem terumbu karang. Keadaan ini akan menyantap waktu lama untuk bisa pulih kembali. Pengelolaan yg efektif harus didasarkan pada pengetahuan biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan yg tepat dapat diputuskan. Pengelolaan terumbu karang ini condong lebih banyak ditekankan pada pengambilan karang atau acara manusia seperti pengeboman ikan karang, & yg lainnnya dengan-cara tak eksklusif dapat menghancurkan karang.


  1. Aktivitas Pariwisata Bahari

Untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hayati kawasan-wilayah wisata laut, maka di Indonesia sudah dibuat suatu kolaborasi pengembangan kepariwisataan (Touris Development Cooperation) yg modalnya berasal dr para investor setempat, pemerintah setempat & regional & penduduk Badan Kerjasama Pariwisata mampu dijumpai di Nusa Dua Bali & Manado. Adapun tugas badan ini diantaranya yaitu

  • Menjaga pesona penduduk terhadap pengembangan pariwisata.
  • Membantu pebisnis menempati kebijaksanaan pemerintah.
  • Pengadaaan dana pinjaman untuk pembangunan infra struktur.
  • Pemanfaatan taman laut untuk tujuan rekreasi pada biasanya diperoleh melalui biro- biro pariwisata & scuba diving. Namun kedua agen atau arganisasi tersebut lebih mementingkan profit dibandingkan dengan keinginan konservasi yaitu pelestarian sumberdaya alam laut. Sebagai akhirnya kegiatan mereka sering menimbulkan hal hal yg tak diinginakan atau bertentangan dgn nilai estetika atau carrying capacity lingkungan laut.


  1. Aktivitas Pembangunan Daratan

Aktivitas pembangunan di daratan sangat memilih baik buruknya kesehatan terumbu karang. Aktivitas pembangunan yg tak direncanakan dgn baik di kawasan pantai akan memunculkan pengaruh terhadap ekosistem terumbu karang. Beberapa aktivitas seperti pembukaan hutan mangrove, penebangan hutan, intensifikasi pertanian, bersama-saa dgn pengelolaan kawasan anutan sungai (DAS) yg buruk lazimnya akan meningkatkan kekeruhan & sedimentasi di kawasan terumbu karang.


  1. Aktivitas Pembangunan Di Laut

Aktivitas pembangunan di laut, seperti pembangunan darmaga pelabuhan, pengeboran minyak, penambangan karang, pengambilan pasir & pengambilan karang & kerang untuk cinderamata dengan-cara pribadi maupun tak langsung akan memebahayakan kehidupan terumbu karang. Konstruksi pier & pengerukan alur pelayanan mengoptimalkan kekeruhan demikian pula dgn eksploitasi & bikinan minyak lepas pantai, disamping itu tumpahan minyak tanker pula membahayakan terumbu karang mirip yg terjadi di jalur lintasan international.


Jenis-Jenis Terumbu Karang

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis terumbu karang, teriri atas:


  1. Berdasarkan Letaknya

Terdiri atas:


a) Terumbu Karang Tepi

Terumbu-Karang-Tepi

Terumbu  karang  tepi  atau  karang  penerus  berkembang  di  mayoritas  pesisir  pantai  dr pulau-pulau besar.  Perkembangannya  bisa  mencapai kedalaman  40  meter dengan  pertumbuhan ke  atas  dan  ke  arah  luar  menuju  laut  lepas.  Dalam  proses  perkembangannya,  terumbu  ini berbentuk  melingkar  yang  ditandai  dengan  adanya  bentukan  ban  atau  pecahan  endapan  karang mati  yang  mengelilingi  pulau.  Pada  pantai  yang  curam,  pertumbuhan  terumbu  jelas  mengarah dengan-cara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).


b) Terumbu Karang Penghalang

Terumbu-Karang-Penghalang

Terumbu karang ini terletak pada jarak yg relatif   jauh dr pulau, sekitar 0.52 km ke arah  laut  lepas  dengan  dibatasi  oleh  perairan  berkedalaman  hingga  75  meter.  Terkadang membentuk  lagoon (kolom air) atau celah perairan yg lebarnya meraih puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang berkembang di sekitar pulau sungguh besar atau benua & membentuk formasi  pulau  karang  yang  terputus-putus.  Contoh:  Batuan  Tengah (Bintan,  Kepulauan  Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).


c) Terumbu Karang Cincin

Terumbu-Karang-Cincin

Terumbu  karang  yang  berupa   cincin  yang  mengelilingi  batas  dari  pulau-pulau vulkanik  yang  tenggelam  sehingga  tidak  terdapat  perbatasan  dengan  daratan.  Menurut  Darwin, terumbu  karang  cincin  merupakan  proses  lanjutan  dari  terumbu  karang  penghalang,  dgn kedalaman  rata-rata  45  meter.  Contoh:  Taka  Bone  Rate (Sulawesi),  Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua).


d) Terumbu Karang Datar atau Gosong Terumbu

Terumbu-Karang-Datar

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut pula sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini berkembang dr bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dlm kurun waktu geologis, menolong pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan meningkat dengan-cara horizontal atau vertikal dgn kedalaman relatif dangkal. Contoh:  Kepulauan Seribu (DKI Jakarta),  Kepulauan Ujung Batu (Aceh).


2. Berdasarkan Zona

Terdiri atas:


a) Terumbu yg Menghadap Angin

Terumbu yg menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef) Windward merupakan segi yg menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh lereng terumbu yg menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter & lazimnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yg mempunyai kelimpahan karang keras yg cukup tinggi & karang berkembang dgn subur.


Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di pecahan atas teras terumbu terdapat penutupan alga koralin yg cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat imbas gelombang yg kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu yg sungguh dangkal.


b) Terumbu yg Membelakangi Angin

Terumbu yg membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yg membelakangi arah datangnya angin. Zona ini lazimnya mempunyai hamparan terumbu karang yg lebih sempit ketimbang windward reef & mempunyai bentangan goba (lagoon) yg cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dr 50 meter, tetapi kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang lantaran kombinasi aspek gelombang & sirkulasi air yg lemah serta sedimentasi yg lebih besar.


3. Berdasarkan Pada Kemampuan memproduksi Kapur

Terdiri atas:


a) Karang Hermatipik

Karang hermatifik adalah karang yg dapat membentuk bangunan karang yg diketahui menghasilkan terumbu & penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis. Karang hermatipik mempunyai sifat yg unik yaitu perpaduan antara sifat hewan & tanaman sehingga arah pertumbuhannya senantiasa bersifat fototeopik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yg cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut.


b) Karang Ahermatipik

Karang ahermatipik tak menciptakan terumbu & ini merupakan kalangan yg tersebar luas diseluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik & karang ahermatipik adalah adanya simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dgn zooxanthellae, yakni sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodi niummicroadriatum, yg terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang & melaksanakan fotosistesis. Hasil samping dr kegiatan ini adalah endapan kalsium karbonat yg struktur & bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.


Parameter Lingkungan yg Mempengaruhi Keberadaan Terumbu Karang

Berikut ini terdapat beberapa parameter lingkungan yg mensugesti eksistensi terumbu karang, terdiri atas:


► Suhu

Suhu perairan berperan penting bagi pertumbuhan & perkembang karang. Terumbu karang tak berkembang pada suhu minimum tahunan di bawah 18 oC, & paling optimal terjadi di perairan rata rata suhu tahunannya 25 oC – 29 oC.  Batas minimum & maksimum suhu berkisar antara 16 – 17oC & sekitar 36 oC. terumbu karang ditemukan di perairan dangkal daerah tropis, dgn suhu perairan rata-rata tahunan > 18 oC. Umumnya menyebar pada 32 garis tropis antara Cancer & Capricorn. Hal ini berkaitan dgn kebanyakan karang yg kehilangan kesanggupan menangkap makanan pada suhu di atas 33,5 Oc & di bawah 16 oC (Sudiono, 2008).


► Salinitas

Salah satu parameter ekologi yg kuat terhadap organisme di laut yakni salinitas. Salinitas merupakan konsentrasi seluruh garam yg terdapat dlm air laut. Kadar garam atau salinitas yg diperoleh pada ke empat stasiun observasi ialah sama yakni sebesar 31 ppt. Salinitas pada ke empat stasiun ini tergolong salintas yg baik untuk pertumbuhan terumbu karang. Salinitas optimum bagi kehidupan karang berkisar antara 30–35 ppt, oleh lantaran itu karang jarang didapatkan hidup pada muara-muara sungai besar, bercurah hujan tinggi, & perairan dgn kadar garam yg tinggi ( Marsuki dkk, 2007).


Salinitas berpengaruh besar terhadap produktivitas terumbu karang. Debit air tawar dr sungai yg besar sungguh berpengaruh pada salinitas perairan pantai, yg pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang, khususnya karang tepi. Salinitas air laut rata-rata di kawasan tropis adalah sekitar 35‰, & binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-36% (Sudiono, 2008).


► Kecerahan

Bedasarkan hasil pengukuran kecerahan bahwa kecerahan pada tiap stasiun yaitu sama yakni kecerahan 11 m. Penetrasi cahaya masih mampu menembus perairan hingga ke dasar laut. Hal ini menunjukkan tingkat kecerahan yg baik untuk pertumbuhan terumbu karang, lantaran cahaya adalah salah satu aspek yg paling penting yg membatasi terumbu karang sehubungan dgn laju fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dlm jaringan karang. Tanpa  cahaya yg cukup yg masuk dlm tubuh air laju fotosintesis akan berkurang.


Kima mirip halnya terumbu karang dlm pertumbuhannya memerlukan cahaya. Hal ini terkait dgn suplai kuliner, selain mendapat masakan dr sekitarnya pula menerima kuliner dr simbionnya. Pada mantel kima hidup alga bersel satu yg disebut zooxan
thellae
yang memberi suplai makanan pada kima parameter ekologi yg mensugesti pertumbuhan & kelangsungan hidup karang yakni faktor cahaya, suhu, salinitas, kekeruhan air & pergerakan massa air ( Marsuki dkk, 2007).


► Cahaya Matahari

Keberadaan cahaya matahari sangat penting bagi terumbu karang untuk melaksanakan proses fotosintesa. Mengingat binatang karang (hermatypic atau Reef33 build corlas) hidupnya bersimbiose dgn ganggang (zooxanthellae) yg melakukan fotosintesa. Keadaam awan di suatu tempat akan mempengaruhi pencahayaan pada waktu siang hari. Kondisi ini mampu menghipnotis pertumbuhan karang. Kebanyakan terumbu karang mampu meningkat pada kedalaman 25 meter atau kurang.


Pertumbuhan karang sangat menyusut ketika tingkat laju produksi primer sama dgn respirasinya (zona kompensasi) yaitu kedalaman dimana keadaan intensitas cahaya menyusut sekitar 15 – 20 persen dr intensitas cahaya di lapisan permukaan air. Sebaran terumbu karang berdasarkan kedalaman yg sangat berlawanan dikarenakan bentuk atau tipe-tipe terumbu karang itu sendiri (Sudiono, 2008).


Penyebab Kerusakan Terumbu Karang

Secara biasa penyebab kerusakan terhadap terumbu karang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kerusakan yg disebabkan oleh kegiatan insan (anthropogenic causes) & permasalahan yg disebabkan oleh alam (natural causes).


  • Kerusakan akhir insan

Apabila dikelompokkan dr mengembangkan kegiatan manusia yg berakibat kerusakan ekosistem terumbu karang baik dengan-cara pribadi maupun tak langsung dibagi menjadi empat, yakni :

  1. Penambangan & pengambilan karang. Penambangan & pengambilan karang merupakan kegiatan merusak terumbu karang yg banyak dilaksanakan oleh masyarakat pesisir pada lazimnya . Penyebab utama penambangan karang yakni tak tersedianya bahan bangunan, khususnya watu pada suatu wilayah, sehingga alternatif termudah ialah mengambil dr terumbu karang. Jenis yg biasa diambil yaitu karang watu (stony coral; Porites spp) & tak jarang karang yg diambil tersebut masih hidup. Karang yg diambil dipergunakan untuk menciptakan bangunan/rumah, jalan, lapangan bola, (banyak kasus di Maluku, Kalimantan Timur). Di Sulawesi Selatan, ribuan meter kubik karang watu & sebagian besar merupakan karang hidup digunakan untuk membuat tanggul-tanggul tambak yg diambil dr terumbu karang pada kepingan depan tambak. Di Lombok (Mataram), karang yg ditambang digunakan selaku bahan baku dlm pembuatan kapur. Pada wilayah-wilayah yg tak memiliki materi galian seperti kerikil yg mampu dipakai dlm pengerjaan bangunan atau untuk memperoleh bahan-bahan bangunan tersebut sangat jauh, maka penambangan karang merupakan alternatif yg terbaik & termudah yg dapat dikerjakan, meskipun banyak sekali penduduk yg sadar bahwa kegiatan mereka mampu menghancurkan ekosistim terumbu karang.
  2. Penangkapan ikan dgn alat & materi yg merusak. Kasus kerusakan terumbu karang akibat dr penangkapan ikan dgn menggunakan alat & bahan yg menghancurkan banyak terjadi di hampir periaran Indonesia. Kegiatan tersebut antara lain : penangkapan ikan dgn memakai materi peledak, muroami, bubu, jangkar, tokang & aktivitas penancangan tiang budidaya rumput laut. Penggunaan materi peledak dlm perjuangan penangkapan ikan ini banyak dilaksanakan oleh penduduk . Hal ini dilaksanakan lantaran kegiatan ini dianggap oleh sebagian masyarakaat sangat efektif & tak tergantung pada musim. Salah satu argumentasi masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut ialah lantaran kegiatan tersebut mampu dikerjakan setiap ketika dgn mudahnya & hasil yg diperoleh relatif besar. Selain itu, waktu yg diharapkan untuk melakukan kegiatan ini relatif lebih singkat dibandingkan dgn kegiatan penangkapan ikan dgn menggunakan peralatan lainnya seperti jaring, pancing dn sebagainya. Pada biasanya kegiatan pengeboman dijalankan di tempat-tempat yg ikannya relatif banyak, seperti di taket-taket (patch reef) yakni suatu tempat dimana terdapat banyak terumbu karang. Ledakan yg ditimbulkan oleh pengeboman inilah yg menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang. Penangkapan ikan dgn memakai jaring muroami biasanya dilaksanakan di perairan kawasan Barat Indonesia. Jaring Muroami merupakan suatu teknik penangkapan ikan yg dikerjakan dengan-cara berkelompok (melibatkan 30-35 orang) dgn menggunakan jaring khusus yg disebut muroami, biasanya menggunakan perahu sebanyak tiga buah. Kasus pemasangan bubu banyak terjadi Kawasan Indonesai belahan Timur terutama di P. Ambon & Pulau-pulau sekitarnya. Di kawasan tersebut bubu yg terbuat dr Bambu, biasanya dipasang di tubir pada tempat-tempat yg disangka selaku jalur lalu lintasnya ikan. Pada alat tangkap bubu diikatkan seutas tali ke darat, kemudian bubu ditarik ke darat pada saat tertentu (2-3 hari sesudah dipasang). Peristiwa rusaknya ekosistem terumbu karang pada acara ini yaitu pada ketika penarikan bubu ke darat. Pada saat penarikan tersebut biasanya turut tersarut pula karang-karang hidup. Adapula bubu yg dipasang, dimana pada cuilan atasnya ditutupi oleh patahan karang hidup (Acropora table), sehingga bubu tak tampak. Jika ada banyak bubu seperti ini dipasang, maka dapat dibayangkan betapa besar kerusakan yg diderita karang hidup.
  3. Pencemaran & sedimentasi. Tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir & lautan Indonesia pada saat ini sudah berada pada kondisi yg sungguh memprihatinkan. Berbagai kegiataan industri yg tumbuh seiring dgn pertumbuhan ekonomi pada masa orde baru banyak menunjukkan potensi efek negatif berupa pencemaran & sedimentasi baik dengan-cara eksklusif maupun tak langsung mampu menurunkan kualitas & kuantitas lingkungan. Ekosistem terumbu karang yg merupakan ekosistem utama di kawasan pesisir & lautan mempunyai potensi yg sangat besar untuk terkena dampak tersebut. Banyak kegiatan-kegiatan industri yg potensial menimbulkan pencemaran, antara lain : buangan minyak (sumur-sumur minyak, tanker, & kapal lainnya), buangan yg berasal dr industri, buangan rumahtangga.
  4. Pembangunan. Pantai/Pesisir Perencanaan pembangunan tempat pesisir yg tak tepat & tak adanya tata ruang yg baik di wilayah pesisir mempunyai dampak sungguh serius terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti halnya pula kegiatan industri, kegiatan pembangunan pantai pula berkontribusi terhadap kerusakan terumbu karang, seperti pembangunan pelabuhan/dermaga; penyediaan kemudahan rekreasi mirip pontoon; pembangunan pemukiman di wilayah pantai; beragam penambangan mirip pasir, coral, & sebagainya; pembangunan pelabuhan udara & pangkalan militer, pembangunan kota-kota pantai seperti reklamasi. Macam pengaruh yg ditimbulkan berupa sedimentasi, pencemaran bahan-materi kimia, sampah penduduk, & sebagainya. Dampak inilah yg kemudian terbawa ke laut & menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang.
  5. Pembangunan di darat selain pembangunan pantai, pembangunan di darat dengan-cara tak eksklusif menunjukkan donasi sebagai penyebab kerusakan terumbu karang. Kegiatan pembangunan di darat tersebut diantaranya konversi lahan, pembabatan hutan, pengkonversian fungsi hutan untuk kegunaan lainnya, & pemukiman. Dampak yg ditimbulkan berupa erosi & sedimentasi (materi organik & an-organik) yg dibawa melalui arus sungai yg pada akhirnya bermuara di laut & pengaruh ini pulalah yg pula mengakibatkan terjadinya kerusakan kosistem yg berasosiasi dgn lautan, termasuk di dalamnya terumbu karang.
  6. Aktivitas kegiatan industri di lepas pantai. Berbagai acara industri yg terdapat di lepas pantai pula banyak
    memiliki pengaruh bagi kerusakan ekosistem terumbu karang Indonesia. Berbagai kegiatan tersebut antara lain: 1. Penambangan MIGAS lepas pantai, dimana pengaruh yg ditimbulkan oleh kegiatan ini ialah: kerusakan dengan-cara fisik, sedimentasi, & pencemaran bahan-bahan kimia. 2. Penambangan Pasir, dimana efek yg ditimbulkan oleh kegiatan ini adalah sedimentasi. 3. Kecelakaan tumpahan minyak, dimana pengaruh yg ditimbulkannya adalah sedimentasi & pencemaran bahan-materi kimia. 4. Penggalangan kapal, dimana dampak yg ditimbulkan oleh kegiatan ini ialah kerusakan dengan-cara fisik. 5. Pembuangan limbah padat, dimana efek yg ditimbulkan oleh kegiatan ini yaitu pencemaran materi kimia.
  7. Permintaan jenis ikan hias/ karang meningkat. Faktor penyebab meningkatnya eksploitasi sumberdaya ikan hias/karang salah satunya adalah karena adanya ajakan jenis-jenis ikan tertentu, baik di pasaran dlm negeri maupun di pasaran dunia, yg condong meningkat, seperti pola permintaan ikan maming/kerapu hidup yg tinggi di pasaran (Hongkong), usul ikan Napoleon Wrase di pasaran internasional. Kecenderungan berakibat pada penangkapan berlebih (over-eksploitasi).


  • Kerusakan Akibat Alam

Selain dengan-cara fisik, kerusakan ekosistem terumbu karang pula mampu digolongkan selaku kerusakan akibat oleh proses-proses alam.  Kerusakan biologi/alami mampu berupa kerusakan yg disebabkan oleh hewan predator atau karena benar-benar merupakan keajaiban alam mirip bencana El-Nino, Pemanasan Global (global warming), La-Nina, Topan (storm), gempa (earth quake) & banjir (floods).  Secara biasa , kerusakan biologis/alami ekosistem terumbu ialah selaku berikut :

  1. Torn of CrownSea Star (Acanthaster Plancii). Bintang laut berduri merupakan hewan pemangsa karang yg cukup ganas. Beberapa ratus ekor bintang laut ini mampu mematikan berhektar-hektar terumbu karang dlm kurun waktu yg cepat. Di perairan Maluku, binatang ini biasanya blooming (dalam kepadatan yg sungguh tinggi : 25-50 ekor/m2) sehabis musim hujan. Penyebab blooming dari hewan ini belum dimengerti dgn terperinci. Kerusakan terumbu yg disebabkan binatang ini perlu mendapat perhatian yg serius pada acara Coremap, dgn melakukan pemantauan jumlah, utamanya pada masa-masa blooming.
  2. El-Nino. Kerusakan karang balasan gejala alam ini bersifat global, & diduga akibat terjadi pergeseran suhu yg cukup tinggi, sehingga menimbulkan karang mati & menjadi putih yg dikenal dgn proses “Bleeching”. Kerusakan karang yg cukup luas akibat bleeching di perairan Indonesia terjadi pada tahun 1997,  namun tanda-tanda ini tak terlihat di perairan Maluku.


Akibat Kerusakan Terumbu Karang

Ancaman utama yg tercatat akhir pencemaran terumbu karang yaitu: pembangunan daerah pesisir, polusi laut, sedimentasi & pencemaran dr darat, overfishing (penangkapan sumberdaya berlebih), destruktif fishing (penangkapan ikan dgn cara merusak), & pemutihan karang ( coral bleaching ) akhir pemanasan global. Dalam bertahun-tahun terakhir tekanan terhadap terumbu karang makin bervariasi & pula makin meningkat dengan-cara kuantitas maupun mutu.


Kejadian gempa bumi yg melanda lautan Indonesia pada 2004 pula menjadikan kerusakan pada terumbu namun tak dapat dibandingkan dgn kerusakan yg disebabkan oleh manusia. Dampak langsung dr pergeseran iklim pula semakin banyak terjadi pada banyak terumbu karang. Dari analisis diperkirakan pada 2015, sekitar 50% populasi dunia hidup di sepanjang pesisir, suatu ancaman yg sungguh besar terhadap masa depan terumbu karang. Peningkatan kebutuhan pangan, komersialisasi aktifitas perikanan, & krisis ekonomi global akan berujung pada penangkapan berlebih & penurunan stok perikanan utamanya di negara-negara miskin.


Cara Mengatasi Kerusakan Terumbu Karang

Cara untuk bisa membantu mengkonservasi terumbu karang dgn sederhana:

  • Terapkan prinsip 3 R (reduce-reuse-recycle) & irit energi. Terumbu karang yaitu ekosistem yg sangat peka terhadap pergeseran iklim. Kenaikan suhu sedikit saja mampu memicu pemutihan karang (coral bleaching). Mass coral bleaching mampu dibarengi oleh akhir hayat massal terumbu karang, seperti yg terjadi di hampir seluruh tempat tropis 97-98, di Australia, 2002, & di Karibia, 2006. Kaprikornus apapun yg mampu kita lakukan untuk mengurangi pengaruh global warming, akan sangat membantu terumbu karang.
  • Buang sampah pada tempatnya. Hewan laut sering terkait pada sampah-sampah sehingga mengusik gerakannya. Sampah plastik yg transparan banyak dibuktikan termakan oleh penyu lantaran tampak mirip ubur-ubur. Sampah plastik ini akan mengusik pencernaanya. Dibanyak lokasi terumbu pula ditemui karang & biota laut yang lain yg bersifat bentik, sessile (tidak mampu berpindah) yg mati akibat tertutup lembaran-lembaran plastik.
  • Apabila berlibur, pilih & tentukan operator/agen/tour menerapkan prinsip ramah lingkungan.
  • Bergabung dgn jejaring keterangan , milist-milist lingkungan, berbagi ilmu, informasi, pertimbangan , & saling berdiskusi, ajak orang lain untuk terlibat, membangun demam isu & gerakan, pola hidup yg ramah lingkungan.
  • Bergabung dgn gerakan-gerakan sukarelawan, atau terlibat aktif dlm kegiatan pelestarian lingkungan. Ada berbagai kegiatan yg bisa rekan-rekan ikuti, mirip jaringan sukarelawan survei terumbu karang (JKRI), trip-trip observasi, reboisasi, magang di forum pelestarian lingkungan & lain-yang lain.


Persebaran & Kondisi Terumbu Karang

Indonesia adalah negara kepulauan paling besar di dunia, dgn panjang garis pantai lebih dr 95.000 km, serta lebih dr 17.000 pulau. Terumbu karang yg luas melindungi kepulauan Indonesia. Diperkirakan  luas  terumbu  karang  di  Indonesia  sekitar  51.000  km2.  Ini  belum  meliputi  terumbu karang di wilayah terpencil yg belum dipetakan atau yg berada di perairan agak dalam.


Terdapat 18%  dari  terumbu  karang  di  dunia  berada  di  perairan  Indonesia.  Indonesia  juga  memiliki keragaman hayati yg tertinggi di dunia  meliputi  590 jenis karang batu, 2500 jenis  Molusca, 1500 jenis udang-udangan dan  lebih dr 2500 jenis ikan. Terumbu karang di Indonesia memperlihatkan laba  pendapatan  sebesar  US$1,6  milyar/tahun. Dengan  keadaan  alam  dan  keragaman hayati  yang  begitu  banyak yang  dimiliki  Indonesia,  semestinya  bisa  dimanfaatkan  dengan  sebaik mungkin. Terumbu karang  di  Indonesia yang  sangat beragam dan  bernilai,  mengalami ancaman  yg sangat  besar.


Ketergantungan  yang  tinggi  terhadap  sumber daya  laut  telah  menyebabkan  eksploitasi besar-besaran  dan  kerusakan  terumbu  karang,  utamanya  yang  berdekatan  dengan  pusat  pemukiman penduduk. Selama  50  tahun  terakhir,  proporsi  penurunan  kondisi  terumbu  karang  Indonesia  sudah meningkat  dari  10%  menjadi  50%.  Hasil  survei  P2O  LIPI  pada  tahun  2006  menyebutkan  bahwa cuma 5,23% terumbu karang di Indonesia yg berada di dlm keadaan yg sangat baik. Penangkapan ikan dengan-cara ilegal  sudah meluas ke banyak pulau di Indonesia, bahkan di wilayah yg dilindungi. Hal ini bukan hanya menyebabkan kerugian ekonomi yg sangat besar tetapi pula kerusakan lingkungan yg sungguh parah.


Keberadaan  pengelolaan  dan  institusi  khusus  untuk melindungi  terumbu  karang  Indonesia sangatlah  sedikit.  Hingga  tahun  1999,  tidak  ada  institusi  pemerintah  yang  memfokuskan  diri  pada pengelolaan  sumber daya  pesisir.  Pemerintah  Indonesia  tidak  dapat  menyanggupi  target  pengelolaan yg dijadwalkan, lantaran tak adanya kerjasama serta kondisi politik yg bergejolak.


Eksploitasi berlebihan pada sumber daya hayati sekarang ini menjadi informasi kritis, & menjadi persoalan  besar  dalam  manajemen  keanekaragaman  hayati  khususnya keanekaragaman  biota  laut. Apalagi kerusakan terumbu karang (coral reef) yg banyak menguras perhatian, karena perannya yg sentral dlm ekosistem laut.


Demikianlah pembahasan mengenai Terumbu Karang – Pengertian, Proses, Fungsi, Manfaat, Jenis, Penyebab, Akibat, Cara, Persebaran & Kondisi semoga dgn adanya ulasan tersebut dapat memperbesar wawasan & pengetahua anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂


Baca Artikel Lainnya:

  1. Filum Porifera
  2. Faktor Penyebab Kerusakan Laut
  3. Komponen Dan Manfaat Ekosistem Pantai Dalam Biologi
  4. Contoh Sumber Daya Laut
  5. Biotik Dan Abiotik

  √ Pemahaman, Struktur Dna, Dan Replikasi Dna