wargamasyarakat.org, Salam Haneut! Gaya basa rautan dlm bahasa Indonesia disebut pula majas atau gaya bahasa eufimisme.
Sebelum menerangkan pemahaman & contoh pola-teladan gaya basa rautan, izinkan simkuringmenjelaskan sedikit tentang arti & asal undangan kata rautan & eufimisme.
Kata rautan dlm bahasa Sunda tergolong kecap rundayan, asalnya dr kata raut ditambah akhiran -an. Raut artinya meraut, melicinkan, atau menghaluskan dgn pisau & sebagainya.
Kata dasar ditambah dgn akhiran -an, memperlihatkan hasil yg disebut oleh kata dasarnya. Rautan artinya hasil meraut, hasil menghaluskan, atau hasil melicinkan.
Kata eufemisme berasal dr bahasa Yunani, yakni “eu” (manis) & “phemoo” (berbicara). Eufemisme artinya berbicara dgn istilah yg baik & sopan.
Menurut KBBI edisi III 2001, eufemisme merupakan istilah yg lebih halus selaku pengganti istilah yg dirasakan bernafsu, dianggap dapat merugikan atau tak menyenangkan.
Dafar Isi
Daftar Isi
Arti gaya basa rautan atau gaya bahasa eufimisme
Pengertian majas rautan atau eufimisme yakni gaya bahasa yg digunakan untuk memperhalus kata-kata yg dianggap tabu, kurang sopan, agresif, menyinggung, atau merugikan.
Gaya bahasa rautan atau eufimisme dipakai untuk mengubah kata-kata yg tak berkenan dgn kata-kata yg lebih halus. Dengan begitu, komunikasi menjadi lebih tenteram & memberi kesan sopan.
Contoh kalimat gaya basa rautan atau eufimisme
- Punten badé ngiring ka pengker. Permisi, mau numpang ke kamar kecil. Pengker atau kamar kecil dlm kalimat ini bermakna daerah kencing.
- Dupi ka pengker ka palih mana? Kalau kamar kecil sebelah mana?
- Abdi mah rumaos jalmi teu gaduh. Simkuring merasa diri selaku orang tak memiliki. Frasa teu gaduh atau tak memiliki mengubah kata miskin.
- Pun aki mah tos sepuh janten tos kirang dangu. Kakek simkuringsudah renta jadi telah kurang mendengar. Kirang dangu menggantikan kata torek.
- Bakat tos sepuh mah sagala karaos. Biasa jikalau telah tua segala terasa (sakit-sakitan).
- Pangambung abdi mah kirang mancung. Hidung simkuringkurang mancung (demés).
- Bumi pun bapak mah kirang ageung. Rumah bapak simkuringkurang besar (kecil, sempit).
- Hawatos mang Kabayan nuju teu damang emutan. Kasihan mang Kabayan sedang sakit jiwa.
- Nini mah tos teu teurak neda kurupuk. Nenek sudah tak kuat makan kerupuk (pohang).
- Motor téh bentukna kirang saé. Motor itu bentuknya kurang elok (butut).
Baca juga: 10 Contoh gaya basa ocon atau majas metonimia
Demikian, gampang-mudahan bermanfaat.