wargamasyarakat.org, Salam Haneut! Dalam pakeman basa Sunda ada peribahasa yg mengatakan, “abong biwir teu diwengku letah teu tulangan”. Apa arti paribasa tersebut?
Pengertian, makna, atau arti paribasa abong biwir teu diwengku letah teu tulangan yakni bicara asal suara, ngomong sekehendak hati tanpa mempertimbangkan kesannya, tak memikirkan bagaimana perasaan orang lain yg mendengarnya.
Secara denotasi, artinya mentang-mentang bibir tak dirangka (mirip tampah) lidah tak bertulang. “Bibir tak dirangka seperti tampah” mengandung siloka bicara tak dikelola atau seenaknya. “Lidah tak bertulang” mengandung siloka yg sama dgn biwir teu diwengku, yakni bicara seenaknya tanpa aturan.
Baca juga: Arti & Contoh Siloka Sunda
Dalam mengatakan, pepatah sunda menyampaikan “nyaur kudu diukur, nyabda kudu diunggang”. Artinya bicara mesti diperhitungkan/ dipikirkan karenanya jangan mencelakakan diri sendiri & jangan melukai perasaan orang lain.
Kata sinden wayang golek, “lamun urang nyieun nyeri niscaya malindes ka diri”. Artinya, jikalau kita menyakiti orang lain akan berbalik pada diri sendiri.
Contoh penerapan dlm kalimat:
Manéh mah nyarita téh sangeunahna abong biwir teu diwengku létah teu tulangan. ‘Kamu itu bicara seenaknya mentang-mentang lidah tak bertulang.’
Arti kata-kata penyusunnya
Abong /a-bong/ – mentang-mentang (silakan baca arti abong dlm kamus bahasa Sunda)
Biwir /bi-wir/ – bibir.
Teu /teu/ asalnya dr henteu – tidak.
Diwengku /di-weng-ku/ kata kerja pasif, asalnya dr wengku – rangka luar mirip rangka tampah bambu.
Létah /lé-tah/ – lidah.
Tulangan /tu-lang-an/ – bertulang, asalnya dr kata tulang ditambah rarangken tamat -an.
Baca juga: 555 Paribasa Sunda & Artinya
Demikianlah, gampang-mudahan berfaedah.