Pakaian Adat Sulawesi Barat – Sulawesi Barat ialah salah satu provinsi di Indonesia yg memiliki aneka ragam budaya. Salah satu budaya tradisional yg berasal dr provinsi beribukota di Mamuju tersebut yaitu pakaian budpekerti Sulawesi Barat.
Nah, pada postingan kali ini kita akan membahas tolong-menolong tentang bagaimana busana adat Sulawesi Barat. Serta apa saja ciri khas & nilai filosofis yg terkandung pada masing-masing busana tradisional tersebut.
Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, mari kita simak klarifikasi lengkapnya pada artikel di bawah ini.
Daftar Isi Artikel
Pakaian Adat Sulawesi Barat
Pakaian budpekerti Sulawesi Barat dapat diartikan selaku pakaian tradisional atau busana budpekerti yg mempunyai keunikan & ciri khas dr Sulawesi Barat. Pakaian tradisional ini selaku identitas suatu kelompok etnis yg mendiami kawasan Sulawesi Barat.
Di Sulawesi barat sendiri dihuni oleh beberapa kelompok etnis, yakni suku Mandar, suku Toraja, & suku Mamasa. Setiap kelompok suku tersebut memiliki akhlak istiadat tertentu yg menjadi kepercayaan mereka, kemudian menciptakan produk budaya berupa pakaian budpekerti. Maka tidak aneh, jika pakaian tradisional tersebut menjadi ciri khas dr daerah Sulawesi Barat.
Pakaian budbahasa Sulawesi Barat biasa dipakai pada aktivitas atau program penting sesuai adab istiadat yg berlaku di tempat tersebut. Salah satunya busana budpekerti dipakai pada upacara pernikahan.
Nama Pakaian Adat Sulawesi Barat
Pakaian akhlak Sulawesi Barat cukup beraneka ragam. Berdasarkan suku di Sulawesi Barat, keberagaman busana akhlak dr kawasan Sulawesi Barat ini dibedakan menjadi tiga jenis.
Ketiga jenis pakaian tersebut meliputi, busana etika suku Mandar, busana etika suku Toraja, busana etika Mamasa. Untuk penjelasan ketiga jenis pakaian tersebut dapat diperhatikan selaku berikut:
No | Macam Macam Pakaian Adat Sulawesi Barat |
1 | Pakaian Adat Suku Mandar |
2 | Pakaian Adat Suku Mandar Wanita |
3 | Pakaian Adat Suku Mandar Pria |
4 | Pakaian Adat Suku Toraja |
5 | Pakaian Adat Suku Mamasa |
6 | Pakaian Adat Suku Mamasa untuk Bangsawan |
7 |
Pakaian Adat Suku Mamasa untuk Masyarakat Umum
|
1. Pakaian Adat Suku Mandar
Suku Mandar yaitu suku asli yg mendiami tanah Sulawesi Barat. Suku ini biasa menggunakan pakaian adab khas suku mereka. Biasanya mereka mengenakan pakaian etika mereka pada dikala melangsungkan upacara akhlak ijab kabul.
Pakaian yg biasa dikenakan suku Mandar cenderung selaku pakaian yg tampaksederhana, tetapi tetap mengandung nilai filosofi yg dlm sebagaimana kepercayaan yg dianut oleh suku asli Sulawesi Barat tersebut.
Pakaian Adat Suku Mandar Wanita
Pakaian budpekerti Sulawesi Barat oleh suku Mandar pula digunakan oleh kaum wanita. Pakaian khas ini yg dipakai oleh perempuan Mandar diketahui dgn busana Pattuqduq Towaine.
Secara biasa , pakaian tradisional ini digunakan pada dikala menari tarian tempat Sulawesi Barat, yakni tari patuqdu. Selain itu, pakaian khas ini pula kerap dikenakan pada saat upacara etika akad nikah.
Busana tradisional ini memiliki ciri serpihan lengan tak sampai pergelangan tangan, atau dgn kata lain busana ini berlengan pendek. Pakaian ini dibuat dgn variasi warna yg cerah seperti warna merah, kuning, & hijau.
Ada perbedaan dlm memakai busana budpekerti untuk wanita Mandar. Berdasarkan kegunaannya, tatkala pakaian Mandar digunakan pada dikala menari tarian tradisional maka aksesoris yg terdapat pada busana tersebut berjumlah 18 buah, sedangkan tatkala pakaian Mandar dipakai untuk upacara budbahasa pernikahan maka aksesorisnya berjumlah 24 buah.
Aksesoris yg kerap disertakan pada saat mengenakan busana budpekerti perempuan Mandar ini mencakup hiasan kepala, ikat pinggang, serta perhiasan gelang.
Perhiasan gelang itu dibedakan menjadi beberapa macam gelang. Adapun daftar macam-macam gelang khas Mandar Sulawesi Barat yakni sebagai berikut:
- Gallang Balleq ialah sepasang gelang yg digunakan di kedua tangan, yakni kanan & kiri. Gelang ini mempunyai ukuran 15 hingga 20 cm.
- Poto adalah gelang kecil yg digunakan selaku pengait gelang dgn ukuran lebih besar. Gelang ini pula dipakai di kedua pergelangan tangan.
- Jima Salleto yakni gelang dgn ukuran yg cukup lebar & dikaitkan di kepingan bahu perempuan.
- Teppang yakni gelang yg dipakai dibawah gelang Jima Salleto.
- Jima Maborong ialah gelang yg digunakan para ningrat. Gelang ini adalah pengganti dr gelang Jima Salleto.
- Sima-simang yaitu gelang yg memiliki 8 buah bulir yg berskala cukup besar.
Pakaian Adat Suku Mandar Pria
Bagi para kaum pria suku Mandar, pakaian yg biasa mereka kenakan terdiri dr busana atas yg berupa jas hitam, kemudian untuk bawahan mereka padu padankan dgn celana hitam beserta kain sarung tenun khas Mandar.
Kain tenun tersebut didedikasikan sebagai ikat pinggang, yakni dgn cara melingkarkan kain sarung di pinggang menjuntai sampai ke batas lutut laki-laki dewasa. Kain tenun ini cenderung berwarna kontras dr warna hitam busana atasan & bawahan sebelumnya, sehingga menjadikan busana adat laki-laki Mandar terlihat berkelas & menarik.
Penggunaan pakaian adat Sulawesi Barat ini diperlukan bahwa setiap laki-laki suku Mandar berkarakter sigap & cekatan dlm segala kesibukan & pekerjaan.
Pakaian tradisional ini tak lengkap tanpa adanya aksesoris ekstra, yakni biasanya para pria Mandar mengenakan aksesoris berupa epilog kepala yg kerap diketahui dgn istilah songkok tabone.
Sementara itu pakaian akhlak laki-laki Mandar pula dipadankan dgn aksesoris seperti perhiasan liontin yg disematkan di saku jas serpihan sisi kiri. Tidak lupa para pria pula memakai sepatu pantofel atau sandal kulit sebagai alas kaki mereka.
2. Pakaian Adat Suku Toraja
Suku Toraja merupakan kelompok etnis yg banyak mendiami dua provinsi Sulawesi, yakni provinsi Sulawesi Barat & Sulawesi Selatan. Suku Toraja dapat ditemukan di kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Pakaian adab suku Toraja mampu dibedakan menjadi dua, yakni pakaian yg dikenakan oleh perempuan maupun laki-laki Toraja. Sebagaimana dapat disimak klarifikasi lengkapnya perihal kedua jenis tersebut di bawah ini.
Pakaian Adat Suku Toraja Wanita
Pakaian adat suku Toraja untuk wanita biasa diketahui dgn sebutan Pokko. Pakaian tradisional ini memiliki perbedaan wujud dr busana yg dikenakan.
Ciri khusus dr busana adab wanita Toraja ialah busana yg mempunyai lengan pendek dgn dilengkapi berbagai aksesoris sebagai penghias penampilan sang perempuan.
Pakaian tradisional ini telah dipakai para PNS perempuan di saban hari Sabtu. Hal ini dikerjakan sebagai bentuk upaya pelestarian budaya khas Sulawesi Barat.
Selain digunakan selaku baju kedinasan, busana adab Sulawesi Barat ini pula kerap dikenakan pada saat upacara adat pernikahan maupun tarian tempat. Para wanita Toraja kerap melaksanakan aktivitas dgn mengenakan baju Pokko dgn dipadukan beberapa aksesoris.
Pakaian Adat Suku Toraja Pria
Nama busana adat suku Toraja untuk kaum pria ialah Seppa Tallung Buku. Pakaian etika Sulawesi Barat ini sudah digunakan oleh PNS selaku pakaian kedinasan di instansi pemerintah tempat Sulawesi Barat. Pakaian ini biasa dikenakan di saban hari Sabtu.
Warna secara umum dikuasai pada busana etika Sulawesi Barat ini adalah warna merah, kuning, & putih. Keunikan lain pada pakaian tradisional ini yakni ukuran panjang dr baju ini menjuntai sampai lutut laki-laki sampaumur.
Pemakaian pakaian akhlak suku Toraja pria biasa dikombinasikan dgn berbagai aksesoris ekstra. Salah satunya yakni aksesoris tersebut berupa manik-manik yg dirangkai & membentuk suatu perhiasan khas untuk ikat kepala, ikat pinggang, & aksesoris di serpihan dada. Aksesoris manik-manik ini biasa diketahui dgn Kandaure.
Kemudian ditambahkan aksesoris berupa Lipa’ yg berupa sarung sutra dgn motif yg beraneka ragam khas Sulawesi Barat. Tidak lupa pula dikenakan senjata tradisional bendo Gayang yg diselipkan di serpihan bawah sarung.
Aksesoris Kandaure
Kandaure merupakan salah satu aksesoris penting pada busana akhlak Sulawesi Barat khas suku Toraja. Aksesoris Kandaure digunakan bersama-sama dgn busana akhlak Seppa Tallung Buku maupun pakaian adat Pokko.
Kandore merupakan aksesoris berupa manik-manik yg dirangkai hingga membentuk motif mirip gesekan khas Sulawesi Barat. Motif dr manik-manik ini disusun oleh manik-manik dgn beraneka ragam warna.
Aksesoris khas Sulawesi Barat ini kerap dipakai untuk menghiasi pecahan dada, gelang, ikat kepala, maupun ikat pinggang.
Diceritakan dlm sejarah bahwa dahulu Kandaure dipercaya mengandung kekuatan & nilai magis yg kuat, sehingga Kandaure dapat digunakan untuk ritual mendatang hujan & sebagai santunan diri dr marabahaya.
Di sisi lain, aksesoris Kandaure dapat memperlihatkan identitas suku Toraja & status sosialnya. Pasalnya, dulu Kandaure hanya mampu dikenakan oleh para bangsawan Toraja lantaran harga aksesoris ini cukup mahal.
Harga aksesoris ini didasarkan pada usianya, yakni semakin antik & masak bahan manik-manik yg digunakan, maka harganya pun akan makin mahal.
Tenun Toraja
Salah satu produk budaya suku Toraja berupa kain tradisional khas Toraja, kain tersebut dikenal dgn sebutan kain tenun Toraja. Kain tradisional ini merupakan kain yg dilengkapi ciri khas & nilai filosofis yg tinggi.
Kain tenun Toraja merupakan kain yg melambangkan keterkaitan antara insan, alam, & lingkungannya. Serta, penduduk Toraja meyakini bahwa kain tenun tersebut yaitu simbol kejayaan & kesejahteraan bagi suku Toraja.
Produk budaya khas Toraja ini mengalami proses pengerjaan yg cukup lama & rumit, yakni diawali dgn pemintalan serat menjadi benang, kemudian ditenun dengan-cara tradisional hingga menjadi kain.
Bahan dasar untuk pembuatan kain tenun khas Sulawesi Barat ini adalah serat kapas & serat nanas. Karena serat nanas yg sudah mulai langka didapatkan, hingga dikala ini kain tenun Toraja lebih sering berbahan dasar serat kapas.
Didasari karena proses pengerjaan & bahan dasarnya, maka tidaklah heran jika busana budpekerti Sulawesi Barat ini cukup mahal. Sehingga cuma beberapa kelompok darah biru yg dapat membeli & memiliki kain tradisional ini.
3. Pakaian Adat Suku Mamasa
Suku Mamasa merupakan salah satu kelompok suku yg banyak mendiami provinsi Sulawesi Barat. Bahkan nama suku ini pula telah menjadi nama salah satu kabupaten di Sulawesi Barat, yakni Kabupaten Mamasa.
Suku Mamasa tergolong selaku kelompok suku yg unik & memiliki ciri khas dr akhlak istiadatnya, seperti salah satunya ialah pakaian budaya dr suku Mamasa ini. Pakaian tradisional dr suku Mamasa yaitu pakaian yg dibedakan menurut status sosial masyarakatnya.
Bagi para pemangku etika, pejabat pemerintahan, atau para bangsawan suku Sulawesi Barat tersebut mempunyai busana khas yg diketahui dgn nama pakaian Tana’ Bulawan. Sementara bagi masyarakat biasa suku Mamasa kerap mengenakan busana tradisional Pellembangan.
Kedua jenis pakaian budbahasa suku Mamasa biasa dikenakan pada saat aktivitas seremonial yg bersifat penting, mirip pada dikala upacara ritual etika, perayaan kemerdekaan, upacara budpekerti akhir hayat, maupun upacara budpekerti akad nikah.
Pakaian etika Sulawesi Barat ini pula tak lengkap tanpa adanya dekorasi berupa aksesoris yg digunakan untuk mempercantik pakaian serta menjadi keunikan tersendiri busana tradisional suku Mamasa.
Kedua jenis pakaian adab suku Mamasa memiliki beberapa perbedaan yg penjelasan dengan-cara rinci dapat diperhatikan berikut ini.
Pakaian Adat Suku Mamasa untuk Bangsawan
Pakaian budbahasa suku Mamasa untuk Bangsawan disebut dgn pakaian akhlak Tana’ Bulawan. Nama Tana’ Bulawan sendiri mampu diartikan sebagai “kasta emas”.
Sehingga tak heran jikalau pakaian akhlak Sulawesi Barat ini cuma didedikasikan khusus bagi para bangsawan kaya yg dianggap layak menjadi pemimpin. Kepercayaan ini lahir dr persepsi masyarakat Mamasa yg meyakini bahwa seorang pemimpin haruslah seseorang yg mempunyai wibawa & tak akan mencuri, alasannya adalah keadaan ekonominya sudah berkecukupan.
Para darah biru biasa mengenakan busana adat Tana’ Bulawan di banyak sekali suasana & kondisi, bahkan pada dikala upacara resmi maupun tak sekalipun. Acara resmi yg biasa dihadiri sosok penting ini adalah program peringatan hari kemerdekaan, penyambutan pejabat pemerintah, pertemuan para kepala adab, serta upacara ijab kabul dgn skala besar.
Kategori acara tak resmi seperti menghadiri rapat biasa, menghadiri ijab kabul penduduk umum, serta program syukuran budpekerti Mamasa yang lain.
Pakaian ini terdiri dr busana atasan yg berupa baju dgn bentuk kemeja berwarna putih. Baju ini biasa diketahui dgn sebutan bayu pongko’. Serta dikombinasikan dgn bawahan celana pendek khas suku Mamasa. Celana khas ini dikenal dgn nama talana toraya Mamasa.
Pakaian akhlak Sulawesi Barat ini pula dilengkapi dgn sarung berwarna merah yg dikenal dgn istilah samban lea. Serta terdapat pula penutup kepala berwarna putih yg disebut passapu.
Tana’ Bulawan merupakan busana akhlak Sulawesi Barat yg mampu dikenakan oleh para laki-laki Mamasa maupun perempuan suku Sulawesi Barat tersebut. Keduanya memiliki ciri khas yg sama.
Setiap busana tempat selalu dihiasi dgn banyak sekali aksesoris untuk mempercantik pakaian tradisional tersebut, serta memperlihatkan ciri khas tersendiri bagi sang pemakai pakaian. Hal ini pula terjadi pada baju budbahasa Tana’ Bulawan, adapun aksesoris dr pakaian adat Sulawesi Barat tersebut mencakup:
- Sempa sepu’ adalah tas tradisional Mamasa. Tas Sempa Sepu’ ini dipakai selaku tempat dokumen, tempat meletakkan sirih, & aturan etika lokal.
- Gayang ialah senjata tradisional keris khas suku Mamasa. Keris jenis ini disimbolkan selaku tameng pelindung diri serta pertanda bahwa zaman dahulu suku Mamasa memiliki hobi berburu.
- Sassang ialah aksesoris jumbai. Aksesoris khas Mamasa ini dibuat dr manik-manik & dipasangkan di serpihan dada serta kepingan depan pinggang.
- Ponto Naga yakni sebutan untuk gelang khas Mamasa. Gelang Ponto Naga ini berbentuk naga dgn bahan gabungan dr logam emas.
- Ponto lola ialah salah satu jenis gelang. Gelang khas Sulawesi Barat yg hanya dipakai para aristokrat dgn materi gabungan dr logam emas.
- Rara ialah perhiasan sejenis gelang. Perhiasan gelang dgn materi gabungan emas yg mempunyai ukuran lebih besar dr ponto lola.
- Manikrarak yaitu aksesoris kalung. Perhiasan kalung tradisional yg dengan-cara turun-temurun diwariskan pada anak cucu suku Mamasa. Perhiasan khas Mamasa ini diyakini sebagai benda pusaka.
- Sapu’ yaitu aksesoris epilog kepala yg yang dibuat dr kain berwarna putih, kain tradisional ini cara memakainya dgn cara dililitkan di atas kepala.
- Sarong yaitu aksesoris topi khas Mamasa. Aksesoris ini berbentuk bulat & berskala lebar dgn dekorasi berbentuk bulatan di potongan atasnya.
Pakaian Adat Suku Mamasa untuk Masyarakat Umum
Pakaian budbahasa suku Mamasa jenis kedua adalah baju Pellembangan. Busana tradisional tersebut didedikasikan bagi penduduk biasa Mamasa di Sulawesi Barat. Masyarakat lazim suku Mamasa diketahui dgn istilah kasta palem, yg diartikan selaku golongan bukan penguasa maupun pemimpin.
Masyarakat umum ini dapat bangun sendiri atau independen, namun bukan pula disebut hamba sahaya. Masyarakat ini mampu diamati dgn pakaian budbahasa yg mereka kenakan.
Salah satu ciri khas dr pakaian yg mereka kenakan yakni dominasi penggunaan warna pada pakaian adab Pellembangan yg mereka kenakan, yakni cuma boleh berwarna selain warna putih. Karena warna putih ialah warna sakral & hanya diperuntukkan bagi busana budpekerti para bangsawan suku Mamasa.
Bukan cuma pada baju atasan saja, melainkan pula pada aksesoris penutup kepala yg dikenakan masyarakat biasa Mamasa pula tak diperkenankan berwarna putih. Sehingga akan terlihat jelas status sosial penduduk suku Sulawesi Barat tersebut.
Penutup Pakaian Adat Sulawesi Barat
Itulah penjelasan lengkap tentang pakaian budpekerti Sulawesi Barat yg sukses Wargamasyarakat rangkum buat kamu.
Semoga dgn menuntaskan bacaan artikel ini, makin memperbesar wawasan kita kepada budaya bangsa, serta kian menumbuhkan rasa cinta kita pada tanah air & bangsa kita, Indonesia.
Pakaian Adat Sulawesi Barat
sumber tumpuan:
@https://www.selasar.com/pakaian-etika/sulawesi-barat/
@https://tambahpinter.com/busana-adab-sulawesi-barat/
@https://pariwisataindonesia.id/jelajah/intip-baju-adat-dari-sulawesi-barat/
@https://blogkulo.com/busana-budpekerti-sulawesi-barat/