6 Bagian Pembangun Kisah Pendek (Tema, Amanat, Penokohan, Alur, Latar, Gaya Bahasa)

 Unsur-bagian Pembangun Cerita Pendek

Adapun unsur yang berada eksklusif di dalam isi teksnya, dinamakan dengan bagian intrinsik, yang mencakup sebagai berikut:

 Adapun unsur yang berada langsung di dalam isi teksnya 6 Unsur Pembangun Cerita Pendek (Tema, Amanat, Penokohan, Alur, Latar, Gaya Bahasa)

1. Tema
Tema yaitu pemikiran yang menjalin struktur isi cerita. Tema sebuah cerita menyangkut segala dilema, baik itu berupa dilema kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema sebuah kisah, dibutuhkan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai bagian karangan itu.

Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, kita mesti terlebih dahulu mengetahui rangkaian insiden yang membentuk alur kisah dalam cerpen itu.

2. Amanat
Amanat ialah pemikiran atau pesan yang mau disampaikan pengarang. Amanat dalam cerpen lazimnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik insiden-peristiwa yang membentuk isi kisah. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas dari tema kisah. Misalnya, jika tema cerita itu wacana perjuangan kemerdekaan, amanat dongeng itu pun tidak jauh dari pentingnya menjaga kemerdekaan.

3. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan menyebarkan huruf tokoh-tokoh dalam kisah. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.
1) Teknik analitik langsung
Alam tergolong siswa yang paling rajin di antara sahabat-temannya. Ia pun tidak merasa angkuh meskipun berkali-kali dia menerima juara bela diri. Sifatnya itulah yang menjadikan beliau banyak digemari teman-temannya.
2) Penggambaran isik dan perilaku tokoh
Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa itu serentak berteriak-teriak! Mereka memerintahkan camat supaya segera keluar kantor. Tak lupa mereka mengacung-acungkan tangannya, meskipun dengan perasaan yang masih juga bimbang. Malah ada di antara mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangannya, biar tidak kelihatan berlawanan dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana di sekeliling kecamatan menjadi riuh. Bukan saja oleh demonstrandemonstran dari desa itu, tetapi juga oleh orang-orang yang kebetulan lewat dan ada di sana.
3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
Desa Karangsaga tidak kebagian anutan listrik. Padahal kampungkampung tetangganya telah pada terperinci semua.
4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Dia bilang, bukan maksudnya mengembangkan provokasi. Tapi apa yang diucapkannya benar-benar menciptakan orang sedesa murka.
5) Pengungkapan jalan asumsi tokoh
Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin dia mendekapnya, mencium amis keringatnya. Dalam pikirannya, hanya anak gadisnya yang masih mau menyambutnya dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada mendapatkan kepulangannya.
6) Penggambaran oleh tokoh lain
Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang dia bertandang ke rumah sambil menenteng aneka brosur barang-barang penawaran khusus. Yang menyebalkan saya, seluruh keluargaku jadi menaruh perhatian kepadanya.

  Contoh Soal Ihwal Sufi Dan Tasawuf (Opsi Ganda & Essay)

4. Alur
Alur merupakan acuan pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan alasannya akhir ataupun bersifat kronologis. Pola pengembangan kisah sebuah cerpen bermacam-macam. Pola-acuan pengembangan kisah mesti menarik, mudah diketahui, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang kala berbelit-belit dan sarat kejutan, juga kadangkadang sederhana.

5. Latar
Latar atau setting mencakup kawasan, waktu, dan budaya yang dipakai dalam sebuah dongeng. Latar dalam sebuah cerita mampu bersifat konkret atau mampu pula yang imajinatif. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas iman pembaca terhadap jalannya sebuah dongeng.
Dengan demikian, jika pembaca telah mendapatkan latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka condong ia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun peristiwa-peristiwa yang berada dalam latar itu.

6. Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau situasi persuasif serta merumuskan obrolan yang mampu memberikan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis memanfaatkan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik atau menyebalkan, objektif atau emosional. Bahasa dapat menyebabkan suasana yang tepat untuk adegan yang menyeramkan, adegan romantis, ataupun peperangan, keputusan, maupun keinginan.

Bahasa dapat pula dipakai pengarang untuk menandai karakter seseorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas lewat kata-kata yang digunakannya. Demikian pula dengan tokoh anak-anak dan akil balig cukup akal, mampu pula dicerminkan dari kosakata ataupun struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.