Pakaian Adat Gorontalo – Gorontalo sebelumnya merupakan belahan dr provinsi Sulawesi Selatan, namun tepatnya pada tahun 2000 Gorontalo ini resmi berdiri selaku provinsi sendiri.
Meski bisa dikatakan Gorontalo adalah provinsi gres, tapi tetap Gorontalo pula mempunyai beragam kebudayaan, salah satunya ialah pakaian budbahasa. Lantas apa saja Pakaian budbahasa Gorontalo ini? Yuk simak penjelasannya berikut ini!
Daftar Isi Artikel
Pakaian Adat Gorontalo
Seperti pada klarifikasi diatas, bahwa Gorontalo merupakan provinsi gres tetapi tetap mempunyai beragam kebudayaan yg sangat unik untuk dibahas. Salah satunya yakni pakaian etika Gorontalo yg dijadikan sebagai produk yg menarik.
Bukan cuma itu, pakaian budbahasa Gorontalo pula bisa dikatakan unik, alasannya adalah busana mempunyai 7 jenis warna dgn filosofi yg ada pada tiap warna masing-masing. Bukan hanya itu, terdapat pula banyak sekali macam aksesoris yg mampu memperbesar kesan indah pada pemakai dr busana adat tersebut.
Nama Pakaian Adat Gorontalo
Pakaian ada Gorontalo mempunyai bermacam-macam jenis dgn filosofi nya masing-masing, dimana pakaian akhlak ini pula dibedakan menurut warnanya. Lalu apa saja sih macam-macam busana budbahasa Gorontalo? Yuk intip klarifikasi berikut ini!
No | Macam Macam Pakaian Adat Gorontalo |
1 |
Pakaian Adat Gorontalo Makuta (Pakaian Pengantin Pria)
|
2 |
Pakaian Adat Gorontalo Biliu & Payungga (Pakaian Pengantin Perempuan)
|
3 |
Pakaian Adat Gorontalo Boqo Takowa (Pakaian Adat Akad Nikah atau Akaji)
|
4 |
Pakaian Adat Gorontalo Pakaian Madipungu (Pakaian Adat Akad Nikah atau Akaji)
|
5 | Pakaian untuk Upacara Adat Gorontalo |
1. Pakaian Adat Gorontalo Makuta (Pakaian Pengantin Pria)
Pakaian adab Mukuta merupakan busana budbahasa Gorontalo yg hanya akan dipakai oleh pria. Dimana busana budbahasa ini digunakan cuma pada saat upacara pernikahan.
Baju adab mukuta mempunyai bentuk rancangan yg sederhana, dgn aksesoris yg dipakai pula tak sampai lima buah jenis aksesoris. Biasanya pada kepingan kepala pengantin pria akan memakai tudung makuta dgn bentuk berupa tutup kepala yg menjulang tinggi & pula menyerupai buku unggas.
Apabila dilihat dr bentuknya, maka tudung makuta pula mempunyai bentuk yg unik & pula bisa mencerminkan akan tempat Gorontalo. Bukan hanya tudung Kakuta biasanya pengantin laki-laki pula akan memakai kalung berwarna emas yg berjulukan Bako, dimana bako ini sudah dipercayai oleh penduduk Gorontalo sebagai seorang laki-laki & pula perempuan yg sudah terikat dlm satu ikatan pernikahan.
Pada serpihan baju mukuta pula terdapat banyak sekali macam aksesoris yg disebut dgn pasimeni. Pasimeni merupakan lambang dr kehidupan berumah tangga antara suami & pula istri yg serasi tanpa adanya percekcokan atau sesuatu hal yg bisa membuat retaknya rumah tangga.
2. Pakaian Adat Gorontalo Biliu & Payungga (Pakaian Pengantin Perempuan)
Pakaian adab Biliu & Payungga merupakan pakaian etika Gorontalo yg hanya dipakai oleh pengantin putri. Dimana baju adat biliu ini mempunyai penampilan yg begitu glamor dgn aneka macam hiasan rumit & selaras dgn fungsinya, yakni dipakai dlm acara pernikahan.
Hal yg paling mencolokdlm baju adab ini yaitu pada penggunaan aksesoris yg bisa meraih 8 jenis, dimana setiap aksesoris tersebut pula mempunyai beragama filosofi tersendiri & bisa menciptakan baju lebih tampak elegan.
Pada kepingan kepala biasanya pengantin putri akan menggunakan ikat kepala selaku lambang tentang adanya ikatan pernikahan antara seorang wanita dgn pria yg telah menjadi suami istana mesti tetap patuh pada kewajibannya.
Kemudian ada pula aksesoris yg berjulukan tuhi-tuhi, dimana aksesoris tersebut masih berafiliasi dgn hiasan kepala yg mempunyai 7 buah gafah. 7 gafah ini melambangkan akan nilai-nilai kekerabatan dgn 7 kerajaan yg ada di Gorontalo.
Para perempuan pula akan menggunakan kalung dgn warna emas atau perak, dimana kalung tersebut menyimbolkan akan ikatan kekeluargaan yg sudah terjalin antara kekuatan pengantin wanita & pula pengantin pria.
Aksesoris kacebo yg melambangkan akan kekuatan dr seorang istri nantinya dlm menghadapi aneka macam macam lika-liku kehidupan. Tak lupa pula ada aksesoris yg berjulukan entago, dimana aksesoris tersebut pula mempunyai karakteristik sederhana & pula patuh dgn anutan agama Islam.
Bukan hanya perhiasan tangan biasanya para wanita pula akan memakai gelang dgn warna emas yg mempunyai filosofi sebagai bentuk santunan diri dr adanya banyak sekali sifat-sifat tercela atau sifat yg melanggar ketentuan adat.
Pengantin perempuan pula akan menggunakan saluran berupa cincin, dimana cincin ini melambangkan akan sifat ketelitian dr seorang wanita yg akan menjalani aneka macam macam aktivitas sehabis resmi menjadi seorang istri.
Bukan hanya aksesoris yg banyak, melainkan pakaian etika Gorontalo biliu ini pula mempunyai nilai filosofis, sehingga pakaian adat ini makin terlihat sakral.
3. Pakaian Adat Gorontalo Boqo Takowa (Pakaian Adat Akad Nikah atau Akaji)
Pakaian budpekerti Boko Takowa merupakan pakaian budpekerti Gorontalo yg digunakan dengan-cara bersama-sama dgn penggunaan celana panjang atau talala & pula dilengkapi dgn aneka macam aksesoris yang lain pada dikala dilakukan upacara pernikahan atau akaji. Dimana baju adat ini mempunyai bentuk yg sama dgn kemeja berlengan panjang pada umumnya.
Dimana perbedaannya hanya terletak pada penggalan kerahnya yg berdiri tegak. Bagian depan baju ini pula terdapat kancing dgn tiga buah saku, dimana masing-masing saku tersebut terletak pada bagian sebelah kiri atas & pula pada bagian bawah kiri & pula kanan baju.
Sementara serpihan bawahnya akan memakai celana panjang yg mempunyai corak khas keemasan atau disebut dgn phi. Dimana warna dr celana & baju akan diubahsuaikan dgn opsi mempelai perempuan, warna tersebut bisa berupa kuning, merah, hijau, ungu & pula merah hati.
Mempelai laki-laki pula nantinya akan menggunakan payung sebagai epilog kepala yg pula dihiasi dgn berbagai macam kain warna-warni & pula beberapa aksesoris atau dekorasi lainnya. Aksesoris tersebut bisa berupa etago (ikat pinggang dr emas sepuhan) & pula Patatimbo (keris pusaka) yg akan disisipkan pada pinggang cuilan depan.
4. Pakaian Adat Gorontalo Pakaian Madipungu (Pakaian Adat Akad Nikah atau Akaji)
Pakaian akhlak Madipungu merupakan busana asah Gorontalo yg pula dipakai untuk acara ijab kabul atau akaji. Dimana pada wanita biasanya akan memakai pakaian etika Madipungu, Boqo Tunggohu, atau bisa pula Baju Galenggo. Apa sih perbedaan dr ketiganya?
Jadi perbedaan dr ketiga baju tersebut terletak pada pecahan panjang & pendeknya lengan dr baju. Dimana baju Madipungu merupakan baju blus berlengan panjang & lehernya membentuk model V, bahan yg dipakai pula menggunakan kain satin, brokat, beludru atau banyak sekali macam materi kain yang lain.
Sedangkan bawahannya biasanya akan menggunakan rok atau sarung panjang yg akan digunakan pada belahan luar baju. Baju adab ini pula dilengkapi dgn aneka macam macam aksesoris ekstra lainnya, sehingga baju semakin lebih indah.
5. Pakaian untuk Upacara Adat Gorontalo
Pakaian budbahasa Gorontalo yg dipakai untuk upacara merupakan baju budpekerti yg mempunyai bentuk mirip busana pengantin, namun tanpa adanya tambahan aksesoris atau dekorasi yang lain. Bukan hanya itu, perbedaannya pula terletak pada warna yg digunakan, yakni bisa berupa warna kuning emas, merah, hijau & pula warna ungu.
Aksesoris Pakaian Adat Gorontalo
Seperti yg sudah kita tahu, bahwa busana adab Gorontalo tak akan lengkap jikalau tak disertakan aneka macam macam aksesoris lainnya. Dimana aksesoris tersebut nantinya bisa dibuat untuk menunjang penampilan & pula bisa menjadikan busana akhlak terlihat semakin berkelas & pula glamor.
Aksesoris yg digunakan untuk pakaian adat Gorontalo ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni ada akses pakaian adat Gorontalo Makuta & pula busana akhlak Gorontalo Biliu & Payungga. Untuk lebih jelasnya, eksklusif saja simak penjelasannya di bawah ini!
Aksesoris Pakaian Adat Gorontalo Makuta
Berikut ini merupakan jenis-jenis aksesoris yg akan dipakai oleh busana akhlak Gorontalo Makuta, atau yg akan dipakai oleh pengantin pria!
Tudung Makut
Tudung Makuta merupakan aksesoris yg sering disebut dgn Laapia Bantali. Dimana aksesoris ini akan dipakai selaku dekorasi kepala dgn bentuk buku unggas yg menjulang tinggi keatas dgn belahan belakang yg terkulai.
Tudung Makuta ini mempunyai filosofi yakni seorang pria atau suami diperlukan akan kedudukannya yg tinggi selaku pemimpin, bukan hanya itu, tetapi suami pula diperlukan akan mempunyai sikap & pula Budi pekerti yg lemah lembut sebagaimana bulu unggas.
Baju Raja/Baju Takuwa
Baju Raja atau Baju Takuwa merupakan aksesoris yg akan dipasangkan dgn penggunaan baju budbahasa Makuta, atau yg dikenal dgn nama Bo’o Takuwa Daa. Boo diartikan sebagai baju, sedangkan takuwa merupakan kata Takwa pada yg maha esa.
Dimana dekorasi ini berupa dua buah tali yg akan dililitkan pada serpihan leher & pula menempel ke arah bawah baju raja. Dimana baju raja ini akan dirancang dengan-cara serempak dgn pergantian Paluwala menjadi Makuta.
Celana Raja
Celana raja merupakan aksesoris berupa celana dgn hiasan seutas tali lurus dr serpihan atas ke bawah di samping kanan & pula kiri digunakan sebagai perlambang bahwa raja harus mempunyai perilaku yg jujur pada rakyat.
Ikat Pinggang & Pending
Ikat pinggang merupakan aksesoris yg pula akan dipakai pada pakaian budpekerti Gorontalo Biliu, dimana penggunaan ikat pinggang ini sama dgn penggunaan Bintolo & pula Etango.
Pedang Gorontalo
Tentunya senjata tradisional tak boleh ketinggalan dlm pengguna busana adat Gorontalo. Dimana pedang atau jambiya ini digunakan sebagai lambang akan pertanggungjawaban dr seorang raja dlm membela & pula mempertahankan kerajaan dengan-cara bantu-membantu dgn para rakyatnya.
Pada potongan pedang pula terdapat sepotong kain merah yg terikat, dimana hal tersebut melambangkan bahwa seorang raja mesti berani & pula mempunyai jiwa patriotisme.
Bako
Bako merupakan aksesoris berupa kalung dgn warna kuning keemasan. Dimana Bako ini menyimbolkan akan suatu ikatan pernikahan yg dimiliki oleh seorang pria & pula wanita, serta ikatan berupa kekeluargaan antara dua keluarga dr mempelai
Pasimeni
Pasimeni merupakan aksesoris yg digunakan selaku lambang akan keadaan dlm berbagai macam kehidupan berumah tangga. Dimana rumah tangga harus selalu hidup dengan-cara serasi & pula tenang tanpa adanya pertengkaran hingga menimbulkan suatu keretakan.
Sibi
Sibii merupakan aksesoris yg mempunyai filosofi bahwa sifat dr seorang suami atau pemimpin keluarga harus sesuai dgn akhlak Gorontalo, dimana para suami mesti mempunyai sifat yg berwibawa & pula mempunyai hati yg lembut.
Aksesoris Pakaian Adat Gorontalo Biliu & Payungga
Pakaian etika Gorontalo Biliu & Payungga ini pula dilengkapi dgn berbagai macam aksesoris. Berikut ini merupakan macam-macam dr aksesoris busana budbahasa Biliu & Payungga.
Baya lo Boute
Baya Lo Boute merupakan aksesoris yg dipakai sebagai ikat kepala. Dimana ikat kepala ini khusus dipakai pada rambut pengantin perempuan sebagai simbol pengikat antara hak & pula kewajiban menjadi seorang istri dlm waktu dekat.
Baya Lo Boute pula bisa diartikan perihal satu tanggung jawab yg sudah mengikat sang ratu. Maksudnya disini yakni bahwa segala sesuatu pemikiran mesti menurut kematangan dadi pertimbangan & pula akal, bukan hanya itu, biasanya pula digunakan untuk kepentingan orang-orang banyak atau penduduk sekitar.
Tuhi-Tuhi (Tutuhi)
Tuhi-tuhi merupakan aksesoris yg mempunyai bentuk 7 buah galah panjang yg lebih besar ketimbang lainnya. Dimana aksesoris ini dipakai sebagai simbol kedua kerajaan besar yg ada, yakni Gorontalo & juga Limboto.
Bukan hanya itu, aksesoris ini pula dipakai selaku simbol akan kesatuan dr lima kerajaan yg saling akrab antar setiap suku yg ada di Gorontalo, misalnya yakni Kerajaan Tuwawa, Limutu, Hulontalo, Bungalo & pula Atinggola.
Ponge-Mopa
Ponge Mopa merupakan aksesoris berupa 6 buah tangkai rendah yg digunakan selaku simbol 6 orang Bubato atau pemangku adat pada kerajaan Gorontalo.
Keenam tersebut diantaranya ialah seorang Bate-bate (ketua budpekerti), Tuntungiyo atau wu’u (pengatur) & pula 4 orang Kimalaha (pelaksana akhlak) serta kepala kampung & pula koordinator pemerintah.
Lai-lai
Lai-lai merupakan aksesoris berupa buku unggas yg digunakan pada ikat kepala, tepatnya berada di atas ubun-ubun. Aksesoris ini menunjukkan makna bahwa Budi pekerti dr seorang ratu hendaknya selalu menyempatkan sifat yg halus, sehalus bulu unggas.
Pangge
Pangge merupakan aksesoris berupa 4 buah tangkai atau penghias yg digunakan pada sisi belakang ikat kepala Biliu. Dimana hal tersebut mempunyai makna bahwa sang ratu mesti bisa mendapatkannya aneka macam macam pertimbangan-pertimbangan pertimbangan & pula pesan tersirat dr 4 orang raja di bawahnya.
Huli
Huli merupakan aksesoris yg akan disematkan pada segi belakang Biliu. Dimana hiasan ini berupa dua tangkai dr daun-daunan yg menancap pada ujung kanan-kiri Balanga.
Pemakaian aksesoris ini melambangkan akan dua jalur pegawanegeri akhlak, yakni mencakup Pegawai Syara’ & pula satuan hero keamanan (Talenga), Pulibala yg ada di Limboto.
Duungo-Bitila
Duungo-Bitila merupakan aksesoris yg berupa helaian dr daun Bitila (sukun) dimana daun tersebut dibuat dgn memakai serpihan emas & kemudian akan ditancapkan pada kepingan belakang Balanga. Aksesoris ini mempunyai makna bahwa sang ratu mesti mempunyai sikap yg mengayomi pada seluruh rakyatnya.
Huwo’o
Huwo’o merupakan aksesoris yg biasanya disebut dgn rambut, dimana aksesoris ini mempunyai bentuk lima potong kepingan dgn menggunakan rantai selaku penghubungnya.
Taya
Taya atau Titimenga merupakan aksesoris berupa Dacing atau timbangan. Dimana aksesoris ini biasanya akan dipasangkan pada belahan kanan & pula kiri segi depan mata, aksesoris ini diartikan selaku seorang ratu mesti selalu berlaku adil pada setiap masyarakatnya.
Rumbai-Rumbai Penghias Baya lo Bo’ute
Rumbai-rumbai penghias baya lo bo’ute merupakan aksesoris yg menggambarkan bahwa segala sesuatu hal dlm kehidupan rakyat & pula cita-cita mereka itu tergantung pada pertimbangan & pula budi dr seorang pemimpin atau sang ratu.
Bo’o Tunggohu/Bo’o Galenggo (Baju Kurung)
Bo’o tunggohu/bo’o galenggo merupakan aksesoris pelengkap atau ekstra berupa baju kurung.
Kucubu lo Duhelo (Lotidu)
Kucubu lo duhelo (lotidu) merupakan kain dgn dekorasi ornamen yg dipakai untuk melapisi serpihan dada bo’o tunggohu. Dimana aksesoris ini mempunyai dua makna, yakni sang ratu harus mampu menahan nafsu amarah pada dikala memimpin pemerintahan.
Hiasan-hiasan bintang emas yg melambangkan akan pancaran sinar & pula kasih sayang serta cinta pada rakyat & pula negerinya. Aksesoris ini pula bisa melambangkan akan kekuatan yg mesti dimiliki oleh mempelai dr wanita untuk menghadapi banyak sekali macam kerasnya hidup & pula rintangan dlm rumah tangga.
Kucubu lo Ulu’u (Petu)
Kucubu Lo ulu’u (petu) merupakan aksesoris berupa pembalut ujung lengan (pergelangan) pecahan kanan & kiri. Dimana aksesoris ini mempunyai makna bahwa karya-karya yg dipakai untuk kemakmuran banyak orang akan diwujudkan dr tangan sang satu.
Kemudian potongan bawah peru biasanya mempunyai dekorasi berupa sepasang gelang lebat keemasan (pateda), dimana bagian ini mempunyai makna bahwa seorang ratu mesti jauh dr segala bentuk langkah-langkah yg mampu menyusahkan para rakyatnya.
Buohu Wulu Wawu Dehu (Kalung Bersusun)
Buohu wulu wawu dehu (kalung bersusun) dimana aksesoris ini berupa lilitan kalung keemasan yg digunakan pada lingkar leher. Dimana aksesoris ini mempunyai makna untuk memperingatkan sang ratu perihal berbagai hukuman tiang dgn gantungan berupa tali lilitan terhadap perbuatan terlarang.
Loubu
Loubu merupakan aksesoris berupa dekorasi kuku dgn warna keemasan pada jari manis & pula kelingking pada asisten & pula tangan kiri. Dimana jadi manis ini menunjukan akan keluhuran Budi.
Sedangkan pada bagian kelingking akan dipakai selaku pengingat bahwa seorang ratu mesti selalu memperhatikan kepentingan dr rakyat kecil. Bukan cuma itu, ternyata aksesoris pada kelingking ini pula menyimbolkan bahwa seorang perempuan harus senantiasa teliti dlm menjalankan sesuatu.
Lu’ohu atau Kula
Lu’ohu atau kula merupakan aksesoris yg berupa sebuah cincin dimana aksesoris ini mempunyai letak & pula makna yg sama dgn loubu.
Alumbu atau Bide (Sarung atau Rok)
Alumbu atau bide (sarung atau rok) merupakan aksesoris yg disusun dengan-cara teratur pada segi kanan & pula kiri bide sampai kebawah. Dimana pengaturan dekorasi ini harus mengikuti aturan dr tempat para Huhulo’a lo bubato lo lipu atau pejabat kerajaan.
Pada kepingan depan mempunyai rancangan yg terbuka & dilapisi dengan kain oyilomuhu atau buluwa lo rahasiya yg bermakna peti diam-diam. Dimana aksesoris ini mempunyai makna bahwa seorang ratu mesti bisa mengemban aneka macam diam-diam dr jabatannya.
Bintolo & Etango (Ikat Pinggang & Pending)
Bintolo & etango (ikat pinggang & pending) merupakan aksesoris yg mempunyai motif ibarat Kecubu, dimana motif tersebut mempunyai makna bahwa seorang istri mesti mempunyai sifat & pula sikap yg sederhana & pula gampang menerima.
Bukan hanya itu, aksesoris ini pula dijadikan sebagai pengingat bahwa apabila sedang makan, maka hendaknya makan secukupnya, yakni tak terlalu kenyang sehingga bisa menimbulkan putusnya ikat pinggang.
Maksudnya disini yaitu makanlah makanan halal & senantiasa camkan para rakyat kecil yg tengah dilanda kelaparan. Dimana pending atau etango ini melambangkan akan langkah-langkah menjauhi berbagai macam kuliner haram.
Makna Filosofi Warna Pakaian Adat Gorontalo
Seperti pada penjelasan sebelumnya, bahwa terdapat 7 warna yg ada dlm busana etika Gorontalo. Dimana setiap warna pula mempunyai filosofi tersendiri. Penasaran apa saja filosofi atau makna yg terkandung dr setiap warna? Yuk simak penjelasannya berikut ini!
Merah
Warna merah yg ada pada busana budpekerti Gorontalo ini melambangkan akan tanggung jawab & pula keberanian. Dimana masyarakat Gorontalo yg memakai warna merah ini pula diperlukan bisa mempunyai jiwa yg senantiasa bertanggung jawab kepada wilayah Gorontalo & pula mempunyai semangat juang & pula keberanian yg tinggi.
Hijau
Warna hijau yg ada dlm busana akhlak ini mempunyai simbol akan kedamaian, kesejahteraan, kesuburan & pula kerukunan. Dimana masyarakat Gorontalo yg memakai busana etika dgn warna hijau dibutuhkan bisa senantiasa menjaga kerukunan antar sesama, sehingga akan terciptanya kesejahteraan & pula kedamaian yg ada di wilayah Gorontalo.
Kuning Emas
Warna kuning emas dlm busana akhlak mempunyai arti perihal kejujuran, kemuliaan, kesetiaan & pula kebesaran. Dimana bagi masyarakat Gorontalo yg memakai busana adat dgn warna kuning atau emas ini diharapkan bisa mempunyai sifat-sifat baik tersebut, utamanya bagi para pemimpin budbahasa atau pemimpin pemerintahan.
Ungu
Warna ungu dlm busana budbahasa ini mempunyai arti akan kewibawaan bagi para laki-laki & pula keanggunan bagi para wanita yg menggunakannya. Dimana kedua tersebut pula sering dihubungkan dgn banyak sekali sifat dr seorang pemimpin, khususnya akan sifat kewibawaannya.
Hitam
Warna hitam dlm pakaian adat ini melambangkan korelasi dgn Tuhan yakni sebagai sebuah ketakwaan & pula keteguhan pada-Nya. Warna ini pula bekerjasama dgn ketuhanan yg selaras dgn Gorontalo, dimana Gorontalo pula disebut selaku serambi Madinah karena banyak sekali tradisi & pula kebudayaan yg dipengaruhi oleh agama Islam.
Coklat
Warna coklat dlm pakaian akhlak ini mempunyai lambang bahwa warna tanah yg mempunyai arti bahwa setiap insan yg hidup pasti akan kembali ke tanah. Sehingga dibutuhkan bagi penduduk Gorontalo yg mengubah warna ini bisa selalu ingat untuk tak angkuh & pasti manusia akan menjemput ajalnya.
Putih
Warna putih merupakan warna yg mempunyai simbol akan kesucian & pula bisa digunakan sebagai simbol kedukaan. Dimana biasanya busana budpekerti dgn warna putih pula digunakan untuk menghadiri upacara etika pemakaman.
Keunikan Pakaian Adat Gorontalo
Setiap busana etika pastinya pula mempunyai beragam keunikan yg bisa dipakai sebagai pembeda dgn busana etika yg berasal dr daerah lainnya. Begitu pula dgn pakaian etika Gorontalo, berikut ini merupakan keunikan-keunikan yg ada pada busana budbahasa Gorontalo.
- Pakaian budbahasa Gorontalo ini terdiri dr 3 warna umum, yakni ada warna kuning keemasan, ungu & pula hijau.
- Masyarakat Gorontalo biasanya cuma akan menggunakan empat warna utama dlm menghadiri upacara pernikahan budbahasa Gorontalo, yakni merah, hijau, kuning, emas & pula ungu.
- Warna gelap yg menjadi favorit penduduk yakni warna hitam & pula warna putih.
- Biasanya warna putih hanya akan dipakai pada dikala mendatangi tempat perkabungan, kedukaan & pula tempat ibadah.
- Banyak penduduk yg tak menggemari warna coklat dikarenakan warna coklat yaitu warna lambang dr tanah.
- Biasanya penduduk sering menggunakan warna biru muda pada saat adanya perayaan 40 hari duka, & warna biru renta yg akan digunakan pada dikala memperingati 100 hari sedih.
Penutup Pakaian Adat Gorontalo
Demikianlah klarifikasi mengenai busana budpekerti Gorontalo. Semoga postingan ini bisa memiliki kegunaan bagi para pembaca sekalian serta bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yg berafiliasi dgn pakaian adab dr provinsi Gorontalo, gampang-mudahan pula postingan ini bisa dipahami dgn baik oleh para pembaca sekalian!
Pakaian Adat Gorontalo
sumber tumpuan:
@https://tambahpinter.com/busana-adat-gorontalo/
@https://www.celebes.co/busana-adab-gorontalo
@https://www.selasar.com/pakaian-budbahasa/gorontalo/
@https://berbol.com/busana-akhlak-gorontalo/