Rumah Adat Jawa – Sebagai warga negara Indonesia kita memang sudah selayaknya bersyukur akan kekayaan yg kita miliki. Tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, kekayaan budaya Indonesia memang sudah tak diragukan lagi & sudah di akui dunia.Salah satu bentuk kekayaan Budaya Indonesia adalah rumah etika.
Setiap daerah memiliki rumah adatnya masing-masing. Rumah adab jawa dgn ciri khasnya sangat menarik untuk dipelajari. Rumah adab jawa pada lazimnya merupakan rumah yg didirikan oleh masyarakat yg tinggal di daerah jawa tengah & jawa timur.
Arsitektur rumah budpekerti jawa memiliki hukum hierarki yg secara umum dikuasai mirip yg tercermin pada bentuk atap rumah. Masing-masing rumah budbahasa jawa memiliki tata letak yg sama, namun bentuk atap ditentukan oleh status sosial & ekonomi dr pemilik rumah. Proses pembuatan rumah adab jawa pula tak sembarang pilih. Harus ada di-peteng (di perhitungkan) apalagi dahulu sebelum membangun rumah.
Letak,arah ,bentuk kerangka, posisi pintu, ukuran dr bangunan mesti diperhitungkan apalagi dahulu. Dalam perkembangannya, bentuk rumah adab jawa dipengaruhi oleh kemajuan zaman.Berdasarkan tinjauan terhadap perubahan atapnya, rumah budpekerti jawa dibedakan menjadi lima macam, yaitu bentuk rumah Panggangpe, Joglo, Limasan, Tajug & Kampung.
Daftar Isi
1. Rumah Joglo
Umumnya rumah Joglo merupakan rumah etika yg dibangun oleh penduduk yg tinggal di daerah Jawa Tengah & Jawa Timur. Keunikan bentuk rumah Joglo terletak pada bentuk atap ruang yang tinggi & disangga oleh empat tiang yg disebut “soko guru”.
Bentuk & ukuran rumah Joglo memang terlihat lebih besar dibandingkan dgn rumah adat jawa yg lain. Nama Joglo diambil menurut bentuk atapnya yg berbentuk Joglo. Rumah Joglo merupakan bangunan yg paling terkenal di antara rumah adat jawa yg lain.
Rumah Joglo biasanya dimiliki oleh penduduk kalangan menengah keatas, baik itu aristokrat atau priayi. Hal ini dapat dgn mudah diketahui mengingat untuk membangun rumah Joglo membutuhkan bahan bangunan yg lebih banyak & lahan yg lebih luas.Fakta inilah yg mungkin mensugesti mitos penduduk jawa bahwa rakyat jelata tak patut untuk mendirikan rumah Joglo.
Bentuk atapnya yg rumit menjadi ciri khas rumah Joglo. Bentuk atap Joglo sering dikaitkan dgn tempat tinggal kaum bangsawan. Namun, ketika ini kepemilikan rumah Joglo sudah tak terbatas, masyarakat bebas membangunnya sesuai keperluan & kenyamanan pemiliknya. Rumah adab jawa idealnya memiliki 3 bagian utama yaitu Omah, Pendapa, & Peringgitan, akan namun ada 2 komplemen seperti dalem & senthong. Berikut ulasannya:
a. Pendopo
Pendopo atau paviliun merupakan bangunan yg terletak di depan kompleks. Bangunan ini dipergunakan untuk menyambut tamu, pagelaran adab atau kegiatan sosial lainnya.Pendopo memakai atap Joglo & hanya dimiliki oleh orang kaya saja.
b. Peringgitan
Peringgitan merupakan bangunan yg menghubungkan Pendopo dgn Omah. Bagian ruang peringgitan digunakan sebagai tempat ringgit yg artinya wayang atau bermain wayang.Peringgitan mempunyai bentuk atap kampung atau limasan.
c. Omah
Omah merupakan penggalan utama kompleks. Kata omah berasal dr kata Astro indonesia yg berarti rumah. Omah merupakan bangunan persegi yg memakai atap Joglo atau limasan dgn lantai yg ditinggikan.
d. Dalem
Dalem merupakan bangunan tertutup yg bagi menjadi beberapa pecahan. Pada rumah kampung atau limas Dalem digunakan untuk membedakan antara belahan depan da potongan belakang. Namun pada rumah joglo terdapat pembagian yg rumit antara depan,tengah & belakang.
e. Senthong
Senthong merupakan potongan belakang Omah yg terdiri dr 3 ruangan tertutup. Bagian barat Senthong dipakai untuk menyimpan beras atau hasil panen yang lain. Sementara pecahan timur digunakan sebagai tempat menyimpan perlengkapan pertanian. Bagian tengah sering dipakai selaku tempat tidur pasangan baru.
Baca Juga: Rumah Adat Sulawesi Selatan
2. Rumah Kampung
Bentuk rumah kampung merupakan bangunan persegi panjang, bertiang dgn dua buah atap persegi panjang pada sisi samping atas ditutup dgn tutup keyong. Atap rumah kampung diidentikkan dgn pemiliknya yg merupakan rakyat biasa.
Secara struktural, bentuk atap rumah kampung merupakan bentuk yg paling sederhana. Pada rumah Kampung terdapat empat tiang tengah & dua lapis tiang pengikat yg berfungsi selaku tempat bersandar atap puncak rumah.
Rumah ini dimiliki oleh kebanyakan masyarakat yg tinggal di pedesaan. Dahulunya bentuk rumah kampung merupakan rumah yg paling banyak didapatkan. Sehingga ada anggapan bahwa rumah kampung merupakan bagi masyarakat dgn status sosial & ekonomi rendah.
3. Rumah Limasan
Limasan yaitu salah satu jenis arsitektur tradisional Jawa. Rumah tradisional ini sudah ada sejak zaman nenek moyang orang Jawa. Hal ini terbukti dgn adanya relief yg menggambarkan keadaannya.Dalam membangun rumah Limasan pula tak asal membangun. Rumah Limasan memiliki falsafah yg sarat makna & nilai-nilai sosiokultural.
Limasan merupakan rumah keluarga jawa yg berkedudukan lebih tinggi & mempunyai struktur yg lebih rumit dr pada rumah Kampung. Denah dasar tiang rumah diperluas dgn menambah sepasang tiang di salah satu ujung atapnya.
Bangunan rumah Limasan dicirikan dgn pemakaian konstruksi atap yg kuat & berupa lengkungan-lengkungan yg terpisah pada satu ruang dgn ruang lainnya. Sebuah rumah limasan terbangun dr empat tiang utama.
Dinamakan Limasan, alasannya jenis rumah adat jawa satu ini mempunyai denah empat persegi panjang atau berbentuk limas. Rumah ini terdiri dr empat buah atap, dua buah atap berjulukan kejen atau cocor serta dua buah atap yg disebut bronjong yg berupa jajar genjang sama kaki.
Bentuk kejen ialah segitiga sama kaki seperti atap keyong & memiliki fungsi masing-masin. Setelah mengalami pengembangan, terdapat penambahan atap emper pada sisi-sisinya tersebut.
Baca Juga: Rumah Adat Kalimantan Timur
4. Rumah Panggangpe
Rumah Panggangpe merupakan bentuk yg paling sederhana. Panggangpe adalah bentuk bangunan dasar pula merupakan bangunan pertama yg digunakan orang untuk berlindung dr gangguan angin,hujan,dingin ada panas matahari.
Bangunan rumah Panggangpe yg sederhana mempunyai bentuk pokok berupa tiang atau “saka” berjumlah 4 atau 6 buah. Pada bagian sisi sekelilingnya diberi dinding yg cuma berfungsi selaku pelindung dr hawa lingkungan sekitar.Bangunan hanya dgn atap sebelah sisi saja, biasanya panggangpe ini digunakan selaku warung, pos jaga atau pos kamling.
Baca Juga: Rumah Adat Jawa Barat
5. Rumah Tajug
Bentuk rumah Tajug merupakan rumah budbahasa jawa yg difungsikan selaku rumah ibadah.Keunikan rumah Tajug terdapat pada langgar tanpa penanggap (bertemu-beradu).Denah rumah ini berupa bujur sangkar & masih dipertahankan dr bentuk aslinya hingga ketika ini.
Tajug atau Masjid merupakan bangunan dgn bentuk atap berupa piramidal. Dalunya bentuk Tajug ini cuma berupa “Punden/Cungkup” yg artinya tempa memudhi atau memuja para arwah leluhur.
Rumah Tajug yakni bentuk masjid khas penduduk Jawa & berlawanan dgn bentuk masjid pada lazimnya yg mempunyai kubah. Desain tersebut merupakan hasil kerja sama lingkungan, tradisi & budaya masyarakat lokal.Secara umum Tajug memiliki bentuk yg sama dgn Joglo yaitu dgn sketsa ruangan bujur sangkar serta beratap brunjung yg tinggi menjulang serta berciri khas mempunyai konstruksi “Tumpang Sari”.
Yang membedakan Rumah Tajug dgn Joglo yakni atap brunjung pada dua sisinya berupa trapesium sedangkan pada Tajug keempat sisi atap Brunjungnya berbentuk segitiga & lancip. Bentuk tersebut melambangkan keabadian & keesaan Tuhan.
Manusia modern boleh saja mempunyai arsitektur terbaru. Namun, warisan arsitektur dr nenek moyang kita tetap mesti kita jaga. Rumah budpekerti jawa ialah karya arsitektur yg luar biasa, penuh perkiraan dlm proses pembangunannya. Sangat cocok bagi wilayah tropis, sehingga tak jarang banyak insan modern yg membangun rumah budbahasa jawa yg sedikit di modernisasi untuk kepentingan kenyamanan.