5 FAKTA UNIK TENTANG IMAM SIBAWAIH YANG HARUS ANDA TAHU
Bagi Anda yg menekuni ILMU NAHWU (gramatikal Arab) niscaya kenal ulama besar satu ini IMAM SIBAWAIH. Nama aslinya ‘AMR BIN UTSMAN BIN QANBAR. Hidup antara tahun 760-796 M/148-180 H. Beliau yaitu murid IMAM KHALIL BIN AHMAD AL-FARAHIDI.
SIBAWAYH ialah seorang yg jago di bidang gramatika yg paling populer dlm perkembangan bahasa & sastra. Meskipun ia berasal dr Persia, Khilafah Harun Ar Rasyid pernah menampakkan kekagumanya terhadap sibawayh & memberikan hadiah kepadanya.
Kitab besar karya sibawayh ialah” KITAB AL-SIBAWAYH” atau disebut ” ALKITAB” yakni karya wacana ilmu bahasa yg terdiri dr 2 jilid, tebalnya 1000 halaman, & dinilai sungguh membuat puas bagi genarasi2 yg datang selanjutnya
Dalam kajian nahwu, usulan Imam Sibawaih menjadi acuan penting. Beliau mewakili mazhab Basrah yg sering bertikai usulan dgn mazhab Kufah yg dipimpin oleh Imam al-Kisai. Pendapat2 Imam Sibawaih banyak dikutip dlm aneka macam kitab.
Ada 5 segi unik yg perlu Anda tahu wacana Imam Sibawaih. Berikut uraiannya.
1. Selamat di Alam Kubur alasannya Ilmu Nahwu
Abdul Hamid asy-Syarwani meriwayatkan dlm Hawasyi asy-Syarwani (I/8), ada teman Imam Sibawaih yg memimpikan dia sehabis wafatnya. Orang itu kemudian mengajukan pertanyaan, “Apa ya Allah perbuat kepadamu?”
Imam Sibawaih menjawab, “Allah karuniakan banyak kebaikan sebab gue telah mencetuskan usulan bahwa nama-Nya yaitu isim paling ma’rifat.” Mimpi ini paling tak menggambaran kepakaran Imam Sibawaih dlm bidang nahwu. Wong, Allah sendiri yg mengakui kepakarannya.
2. Berwajah Sangat Tampan & Harum Aroma Tubuhnya
Ulama Nahwu satu ini bermuka sangat ganteng. Lebih istimewa lagi tubuhnya beraroma harum khas apel. Karena itulah ia dijuluki Sibawaih, yg berdasarkan bahasa wilayahnya memiliki arti amis apel. Saking tampannya, Imam Khalil, guru Sibawaih, tidak mau memandang wajah muridnya ini tatkala mengajar.
Beliau cukup membelakanginya
3. Kitab-kitabnya Dibakar Istri
Masih dikutip dr Hasyiyah Ibnu Hamdun. Imam Sibawaih pernah menikah dgn seorang perempuan dr Basrah. Sayangnya, meskipun wanita itu sangat mencintainya, ia justru sibuk sendiri menggeluti ilmu & menulis kitab. Sang istri merasa cemburu dgn kitab2 itu.
Hingga sebuah di saat, saat Imam Sibawaih pergi ke pasar untuk sebuah kebutuhan, sang istri membakar seluruh kitab2 Imam Sibawaih. Begitu pulang & melihat kitabnya sudah hancur, pingsanlah sang imam. Saat sadar, ia eksklusif menceraikan istrinya itu. Mungkin sebab insiden inilah, cuma sedikit karya Imam Sibawaih yg tersisa.
4. Perdebatan Ilmiah yg Mengecewakan
Saat berumur 35 tahun, Imam Sibawaih terlibat perdebatan dgn al-Kisai. Hal itu terjadi di hadapan Amir Abu Ja’far dr dinasti Abbasiyah & Perdana Menteri Yahya bin Khalid.
Perdebatan itu membicarakan perihal perkataan “QAD KUNTU AZHUNNU ANNA AL-‘AQRAB ASYADDU LIS’ATAN MIN AZ-ZUNBÛR FAIDZA HUWA HIYA (sungguh gue menduga bahwa kalajengking itu sengatannya lebih besar lengan berkuasa daripada kumbang zanbur. Ternyata memang demikian).”
Menurut Sibawaih, hiya mesti dlm bentuk dhamir rafa’ & tak boleh nashab (iyyaha). Sementara itu, berdasarkan al-Kisai, boleh rafa’ (hiya) pula boleh dgn dhamir nashab menjadi iyyaha. Perdebatan sengit itu ditengahi oleh Perdana Menteri Yahya dgn menghadirkan salah satu kabilah Arab yg berdekatan dgn kota Kufah atas proposal dr al-Kisai.
Singkat cerita, kabilah itu membenarkan usulan Imam al-Kisai. Imam Sibawaih merasa ada kecurangan alasannya kabilah itu cuma sekadar menyetujui pertimbangan al-Kisai saja tetapi enggan untuk menirukan ungkapan yg diperselisihkan
Dengan menjinjing kekecawaan mendalam, Sibawaih pulang ke desa kelahirannya, al-Baidha, wilayah bernama Syiraz di kawasan Persia (Iran).
Perdana menteri Yahya tatkala itu memberinya kado 10.000 dirham. Sejak peristiwa itu ia tak pernah lagi muncul di Basrah. Imam Sibawaih meninggal tak lama sesudah itu dlm umur 36 tahun di desa kelahirannya. Kisah ini pula diangkut dlm Hasyiyah Ibnu Hamdun.
5. Kitab Monumental Tanpa Judul
Sebagaimana diterangkan oleh Harun Abdussalam dlm prolog editannya atas al-Kitab. Karya paling monumental milik Sibawaih adalah al-Kitab. Karyannya ini menjadi referensi banyak ulama Nahwu setelahnya. Begitu pentingnya sampai dijuluki sebagai “QUR’AN AN-NAHWI (Qurannya Nahwu)”. Al-Kitab berjumlah 4 jilid.
Uniknya, sejak awal kitab ini bergotong-royong tak dinamai apa pun oleh penulisnya. Sehingga para ulamalah yg menamai karya Sibawaih itu dgn al-Kitab. Selanjutnya, ungkapan “al-Kitab” dlm kitab-kitab nahwu tujuannya ialah kitab Imam Sibawaih tersebut.