Pantun Adat – Tinggal di Indonesia, sudah pasti mengenal dgn apa itu pantun. Salah satu bentuk kesusastraan asli Nusantara ini sudah menjadi salah satu bab pelajaran wajib pada kursi sekolah.
Bahkan tak jarang, kebudayaan asli daerah pun mengajarkan perihal pantun budpekerti yg sudah ada dengan-cara turun temurun. Sayangnya, keberadaan pantun semakin tergeser dgn pertumbuhan budaya yg ada.
Sebagai salah satu sastra yg berakar dr akhlak & budaya masyarakat, pantun dipandang antik – atau meminjam istilah anak kini, jadul. Apalagi tak ada orisinalitas dr pantun, yg dr zaman dahulu bersifat anonim & bisa dgn mudah ditiru & disebarkanluaskan.
Meskipun demikian, melalui pelajaran bahasa yg diajarkan dr tingkat dasar hingga menengah atas, pantun masih punya sedikit ruang gerak. Dengan masuknya pantun selaku salah satu bentuk sastra dr Indonesia, seolah menjadi bukti bahwa sastra dr budpekerti kebudayaan penduduk ini masih hidup.
Daftar Isi Artikel
Apa yg Dimaksud dgn Pantun Adat?
Jika ditanya apa yg membedakan pantun etika dgn bentuk pantun lainnya adalah isi yg terkandung di dalamnya. Seperti namanya, pantun ini mempunyai isi berbentukpetuah tentang adat & budaya setempat. Gaya bahasa yg dipakai pun mengusung kearifan setempat orisinil pantun tersebut berasal.
Kondisi itulah yg menciptakan jenis pantun ini menjadi sangat unik. Hal ini dikarenakan, setiap kawasan akan mempunyai pantunnya sendiri, sesuai dgn adab & kebudayaan setempat yg ada. Ditambah lagi dgn heterogenitas suku bangsa yg ada di Indonesia, maka mampu dibayangkan ada begitu banyak jenis pantun ini.
Selain berisikan perihal budbahasa & kebudayaan setempat, tak ada karakteristik khusus yg membedakan jenis pantun ini dgn lainnya. Secara lazim, aturan dlm pantun masih tetap disertai, mulai dr sajak, jumlah baris, serta jumlah suku katanya.
Baca Juga: Pantun Bahasa Inggris
Contoh Pantun Adat dr Berbagai Daerah Lengkap dgn Maknanya
Membicarakan ihwal pantun akhlak, memang akan sedikit membingungkan. Apalagi bila cuma menjelaskan ihwal definisinya dgn menekankan bahwa yg disampaikan yakni ihwal kearifan setempat. Untuk itu, agar pengertian wacana pantun ini lebih mengena, simak acuan-contohnya berikut ini:
1. Pantun Adat Minangkabau
Cukup sulit untuk mencari referensi pustaka perihal pantun Minangkabau. Hal ini dikarenakan pantun-pantun yg ada diteruskan dr verbal ke verbal lewat cerita, pidato, nyanyian, & sejenisnya.
Penggolongan jenisnya pun beragam, mulai dr adab, nasehat, jenaka, & lainnya. Berikut acuan kutipan pantun pesan yang tersirat yg dituturkan dlm dialek Minangkabau:
Baburu ka padang data
Dapeklah ruso belang kaki
Baguru kapalang aja
Bak bungo kembang tak jadi
Pantun di atas pasti sudah sering didengar dlm versi Bahasa Indonesia-nya. Pesan yg dimiliki yakni menyisipkan sebuah nasehat untuk tak tanggung-tanggung dlm belajar.
Selain pantun nasehat, ada pula jenis pantun Minangkabau lainnya. Misalnya saja, mirip kutipan pantun yg kental dgn akhlak budaya berikut ini:
Berek-berek turun ke semak
Dari semak tuam ke padi
Dari niniak turun ke mamak
Dari maniak turun ke kami
Di samping dibedakan menurut isinya seperti dua pantun yg sudah disebutkan di atas, pantun Minangkabau pula ada yg berkait. Ciri dr pantun berkait ini yakni baris pertama & ketiga merupakan pengulangan dr baris kedua & keempat pada bait sebelumnya. Begini contohnya:
Mandaki ka gunuang-gunuang
Manurun ka lurah sapek
Kok ingin Tuan di buruang
Buruang urang kok indak dapek
Manurun ka lurah sapek
Mudiakkan banda babelok
Buruang urang kok indak dapek
Dicari gatah nan elok
Mudiakkan banda babelok
Piladang di tetapi ladang
Dicari gatah nan elok
Tabang rang da kayu gadang
Piladang di tapi ladang
Takukiah katah ampelah
Kok tabang ra kayu gadang
Dicari badia nan dareh
Contoh dr pantun berkait di atas merupakan pecahan dr cerita Si Umbuik Mudo pada penggalan percakapan Ibu dr Umbuik dgn Ibu dr Puti Galang Banyak.
2. Pantun Adat Melayu
Suku bangsa Melayu merupakan salah satu ras dominan yg ada di Indonesia. Sampai sekarang, budayanya masih banyak yg melestarikan, termasuk dlm berpantun.
Pantun turut tumbuh dlm kemajuan budaya Melayu. Tercatat, ada 5 jenis pantun Melayu yg dikenal masyarakat berdasarkan isinya yakni budpekerti, bau tanah, muda, suka, & sedih. Simak salah satu contonya berikut ini:
Adat menyuluh sarang lebang
Kalau berisi tak bersambang
Adat penuh tak melimpah
Kalau berisi tidaklah kurang
Padat tembaga jangan dituang
Kalau dituang melepuh jari
Adat forum jangan dibuang
Kalau dibuang binasa negeri
Lebat kayu pantang ditebang
Sudah berbuah kemudian berdaun
Adat melayu jangan dibuang
Sudah pusaka turun temurun
Rangkaian pantun di atas merupakan pantun Melayu yg berisikan petuah adat istiadat. Isinya mengajarkan biar generasi muda tak mencampakkan nilai-nilai budaya Melayu sebagai sebuah identitas diri. Pantun tersebut merupakan suatu pesan moral yg tak sepatutnya ditinggalkan.
Kalau ada selasih dulang
Kami menumpang ke Jawa saja
Buah hati kekasih orang
Kami menumpang ketawa saja
Hilang kemana bintang kartika?
Tidak nampak di awan lagi
Hilang kemana adik saat itu juga
Tidak nampak berjalan lagi
Pisang serendah masaknya hijau
Ditunggu layu tak mau layu
Tinggi rendah mata meninjau
Ditunggu lalu tak ingin kemudian
Jika pantun Melayu yg pertama berisikan perihal petuah akhlak, maka teladan yg kedua merupakan pantun muda. Jenis pantun ini lazimnya berisikan tentang cinta yg sering dikaitkan dgn dunianya anak muda yg tengah kasmaran.
3. Pantun Adat Jambi
Sama halnya dgn dua poin yg sudah dijelaskan sebelumnya, masyarakat Jambi yg masih termasuk dlm rumpun Melayu pula memiliki budaya berpantun.
Kerap kali budaya berpantun Jambi ini dipertontonkan dlm berbagai upacara adat. Yang paling sering ialah upacara lamaran & akad nikah, penyambutan tamu, & sebagainya. Berikut beberapa acuan pantun dr Jambi ini:
Cerah nian tampaknya pagi
Bersinar terang matahari
Riang nian nampaknya hati
Senyum riang tak tersembunyi
Kalaulah boleh saya membuatkan
Berbagi pantun adat nan lamo
Kalaulah boleh saya menyapa kanti
Sapo bapantun budaya lamo
Elok nian rumah itu
Berpagar keliling teralis besi
Elok nian perjaka itu
Siang malam senantiasa mengaji
Indah terlihat mawar berduri
Tersusun rapi di depan rumah
Indah ruma si anak Jambi
Sebab akhlak nan mulia
Elok nian gentala arasy
Hilir pulang kampung orang menyeberang
Elok nian si gadis Jambi
Tutur sapo masih digunokan
Sedikit berlainan dgn pola-pola pantun yg disebutkan sebelumnya, kelima bait pantun Jambi ini tidaklah serangkaian.
Melainkan, masing-masing bait bangun sendiri & tak berhubungan dgn bait lainnya. Yang menyamakan kelimanya ialah maksud dr pantun hendak menuturkan perihal keelokan sifat & perilaku yg dimiliki oleh muda-mudi di Jambi.
Baca Juga: Pantun Assalamualaikum
4. Pantun Adat Batak
Satu lagi adat-istiadat yg tak melepaskan pantun begitu saja, yakni Batak. Bagi orang Batak, berpantun merupakan salah satu jati diri.
Bahkan ada ungkapan marumpama umpasa yg dlm Bahasa Indonesia artinya berbalas pantun. Biasanya marampuma umpasa ini terdiri dari nasehat & petuah. Berikut beberapa contoh pantun Batak:
Bona ni rambutan marparbeu godang
Godang gantung dipakkal ni ratting
Molo marunding dohot jolma na bijak
Hadangolan pe mago
Pantun tersebut terdiri dari nasehat bahwa saat ada masalah yg sulit dipecahkan, maka rundingkanlah dgn orang yg dianggap bijak. Dengan berunding bareng orang bijak, maka problem yg ada akan bisa mendapatkan pemecahannya.
Sada silompa gadong dua silompa ubi
Sada pe namanghatahon Sudema dapotan Uli
Pitu kerikil martindi sada do sitaon nadokdok
Unang maharaptu tu dongan
Untuk pantun Batak yg kedua, memiliki pesan semoga tak bergantung siapa pun kecuali diri sendiri. Alasannya karena, jika menggantungkan impian pada orang lain akan berujung kecewa. Dengan mengandalkan diri sendiri, maka akan mampu menyingkir dari rasa kecewa & tak menumpuk ekspektasi berlebih.
Binahen pe umpasa
Nidok pasu pasuan
Tangian mai diDebata
Asa denggan hamu dihanggoluan
Pantun yg ketiga ini merupakan suatu pengingat biar berdoa cuma pada Tuhan. Seperti yg kita tahu, orang Batak memang terkenal memegang teguh kepercayaan yg mereka anut. Itulah mengapa, pantun dgn nuansa ketuhanan seperti ini pun bisa dgn mudah didapatkan.
Satu keunikan yg dimiliki oleh pantun Batak ini terletak pada bagian ‘penutupnya’. Biasanya, sehabis marumpama-umpasa sudah ‘tamat’ disuguhkan, maka para hadirin pun mesti menjawab “Emmatutu” yg berarti baiklah. Maksudnya yaitu orang-orang yg hadir menyepakati dgn isi yg disampaikan dlm pantun.
Baca Juga: Pantun Bahasa Banjar
5. Pantun Adat Betawi
Dibandingkan Jawa atau Melayu, Betawi tergolong suku yg kecil. Meski demikian, eksistensinya tak boleh disangsikan. Terlebih lagi, budaya betawi sering diangkat ke layar – baik layar lebar maupun layar beling, khususnya pada dekade 70-an sampai 80-an. Kaprikornus, sudah bukan sesuatu yg gila bila mendengar orang Betawi berpantun.
Pantun kerap digambarkan sebagai potongan keseharian bagi masyarakat betawi. Pantunnya pun tak melulu soal percintaan ataupun akhlak istiadat. Kerap kali, pantun yg dilontarkan adalah hal-hal jenaka selaku satire kepada kehidupan. Berikut beberapa pantun asli Betawi:
Dari mane datangnye lintah
Dari sawah turun ke kali
Daripada urusannye mentah
Mending santai sambil ngopi
Dari sawah turun ke kali
Di kali banyak pohon pepaye
Sore emang enaknya ngopi
Apalagi ada temennye
Ikan cere matinya direndem
Ambil topi sama songkok di belakang
Sore-sore suasanenye adem
Sambil ngopi sama rokok sebatang
Penutup
Ketiga bait pantun di atas merupakan pantun dgn dialek khas Betawi yg terdiri dari ihwal keengganan masyarakat untuk menyusahkan diri. Lebih baik menikmati hidup dgn kopi & rokok, ketimbang memusingkan duduk perkara yg tak dimengerti penyelesaiannya.
Maksud lain yg mampu ditangkap yaitu bahwa hidup itu untuk dinikmati, bukan untuk dibuat sulit. Sebagai sastra orisinil Indonesia, eksistensi pantun memang sudah sepatutnya dilestarikan. Apalagi adanya pantun selalu berhubungan dekat dgn budaya & adab-istiadat lokal dr banyak sekali kawasan di Indonesia.
Tak jarang, suatu upacara ritual yg kental dgn budpekerti budaya tak pernah meninggalkan pantun selaku bagian yg mesti ada. Tak cuma pantun akhlak atau pantun yang lain yg sudah ada & diturunkan dengan-cara lisan dgn turun-temurun.
Fleksibilitas yg dimiliki pantun pun memungkinkan adanya penemuan yg lebih impromptu & mampu diadaptasi dgn tempat & kondisi yg ada. Dengan begitu, pantun pun bisa menjadi salah satu identitas bangsa & bisa dibanggakan.