3 Bukti bahwa Manusia Lebih Hina dari Binatang

Apa yg membuat kita sombong? Hanya lantaran diciptakan dgn muka bagus & otak yg pintar? Atau hanya karena terlahir dr keluarga kaya & mampu hidup mengikuti kemajuan zaman yg bahwasanya mempunyai arti kemunduran?

Ketahuilah, tiga bukti ini memperlihatkan bahwa arogansi tidaklah memiliki kegunaan, kecuali menjadi sumber kehinaan. Tiga bukti ini berkata terang; manusia-manusia itu lebih hina dr binatang!

Pertama, perhatikanlah kandidat binatang, telor ayam. Siapa yg tak mengenali kemanfaatan telor untuk kesehatan? Telor yg sehat bisa dimakan dlm kondisi mentah tanpa adonan, dicampur materi lain, atau dimasak dlm aneka macam ragamnya; ceplok mata sapi, dadar campur bumbu, bahkan disemur dgn kuah yg menggoda.

Bandingkan calon ayam ini dgn kandidat insan; air mani atau janin. Siapa yg doyan? Siapa yg tak jijik ketika menyaksikannya? Adakah yg menggemarinya? Bahkan menyentuhnya saja tiada yg berkenan! Ada yg doyan mengonsumsinya? Haram hukumnya. Air mani pula menjadi salah satu karena diwajibkannya mandi besar.

Jika demikian, apa yg menciptakan para insan itu berlaku arogan?

Kedua, kotoran binatang lebih dihajatkan & amat memiliki kegunaan jikalau dijadikan selaku pupuk. Sapi, misalnya. Betapa kotoran binatang memamah biak ini bisa dikumpulkan dlm jumlah besar, lalu dimasak atau hanya didiamkan sampai menjadi pupuk yg mampu memperbesar tingkat kesuburan tanah. Jika diberikan pada tumbuh-tumbuhan, hasil panennya pun akan semakin menlimpah.

Lalu, apa yg mampu insan banggakan dr kotorannya? Ada yg berkenan? Siapa yg tahan dgn bacin & tampilannya? Bahkan, dilihat pun tidak. Apalagi pada tahapan menyentuh & mengolahnya. Hanya menjadi buangan alasannya adalah amat menjijikkan & tak bisa dimasak menjadi pupuk.

  Video “Makkah Tercipta karena Seorang Wanita” Ini Bikin Ustadz Yusuf Mansur Menangis

Jika kotoran insan saja tak lebih mulia dr kotoran sapi, apakah pantas bagi makhluk bernama insan untuk bersombong diri?

Ketiga, tindakan asusila yg dijalankan oleh hewan lebih dihormati bahkan dibanggakan. Hal ini kita dapati contohnya pada seekor kambing jantan. Di kampung-kampung, seekor kambing jantan kerap diedarkan dr satu sangkar ke sangkar lain. Kambing jantan itu sungguh dihajati untuk ‘memerkosa’ kambing betina hingga hamil & melahirkan anak.

Betapa tindakan ‘pemerkosaan’ yg dikerjakan oleh kambing jantan menjadi berkah bagi empunya peternakan kambing? Bahkan, tindakan itu mampu menjadi kebanggan bagi pemilik kambing jantan.

Akan namun, bila langkah-langkah ini dilakukan oleh seorang laki-laki dgn berzina, maka ianya menjadi suatu langkah-langkah memalukan, menjijikkan, & menjadi sebab turunnya laknat, kesulitan, kegelapan, serta datangnya siksa di dunia berupa sanksi masyarakat & kesukaran hidup serta azab yg pedih di alam baka.

Tidakkah kita berpikir? [Pirman/Wargamasyarakat]