Alat Musik Sasando – Dalam kesenian musik, terdapat berbagai jenis alat musik, baik alat musik tradisional maupun alat musik terbaru. Salah satu alat musik tradisional yg hadirnya dr Nusa Tenggara Timur, Indonesia berupa alat musik Sasando.
Alat musik tradisional Sasando ini sangat terkenal di kancah budayawan nasional bahkan internasional. Hal ini disokong dgn sejarahnya yg unik, fungsinya yg cukup beragam, bentuk, jenis, & cara memainkannya pun terbilang khas & membutuhkan keahlian.
Nah, semua penjelasan mengenai alat musik Sasando akan kita simak bantu-membantu pada postingan di bawah ini. Makara, tunggu apa lagi? Yuk scroll ke bawah & simak penjelasannya hingga tuntas.
Daftar Isi Artikel
Alat Musik Sasando
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yg pertama diberi nama Sasando. Alat musik jenis ini termasuk ke dlm alat musik petik. Alat musik ini merupakan alat musik khas Nusa Tenggara Timur, tepatnya Pulau Rote.
Dalam bahasa Rote, alat musik jenis ini diketahui dgn istilah Sasandu. Sementara dlm bahasa Kupang dikenal selaku alat musik Sasando. Alat musik jenis ini yakni alat musik berdawai yg dimainkan dgn cara memetik dgn jari-jemari tangan.
Sesuai tradisi masyarakat NTT, Sasando kerap dimainkan untuk mengiringi lagu atau tarian tradisional. Sejak tahun 1960-an, lewat prakarsa Edu Pah, Sasando mengalami adaptasi dr alat musik tradisional menjadi alat musik elektrik. Edu Pah merupakan seorang pakar Sasando di Nusa Tenggara Timur.
Sejarah Alat Musik Sasando
Alat musik Sasando mengalami perjalanan sejarah yg cukup unik. Perjalanan sejarah tersebut dapat dibagi menjadi 3 potongan kisah, yakni permulaan mula alat musik Sasando dgn model pertama & versi kedua, kemudian sejarah perkembangan Sasando Biola menjadi Sasando elektrik. Dimana semua kisah sejarah tersebut dapat disimak selaku berikut:
Awal Mula Alat Musik Sasando Versi Pertama
Terdapat dua versi kisah rakyat. Versi pertama menceritakan bahwa awal mula Sasando didapatkan oleh seorang anak muda yg berjulukan Sangguana. Ia terdampar di Pulau Ndana. Kemudian ia dibawa ke hadapan raja Takalar yg berdiam di istana Nusaklain.
Kebiasaan dr istana tersebut ialah sering diadakan permainan kebak atau kebalai pada malam hari. Permainan ini berbentuktarian massal muda-mudi yg dilaksanakan dgn cara bergandengan tangan membentuk suatu bulat dgn seorang yg berperan sebagai mahamelo atau seorang pemimpin syair yg berada di tengah lingkaran muda-mudi tersebut.
Dalam permainan ini Sangguana yg menjadi sentra perhatian karena ia mempunyai bakat seni, tanpa disadari putri raja jatuh hati pada Sangguana. Kemudian Sangguana berjumpa dgn putri raja, Sangguana diminta untuk membuat alat musik yg belum pernah ada sebelumnya.
Apabila ia berhasil, maka ia berhak mempersunting putri raja. Kemudian, di suatu malam Sangguana berkhayal sedang memainkan satu alat musik yg indah bentuk & suaranya. Dan ternyata, Sangguana sukses membuat alat musik ini diberi nama Sandu yg memiliki makna yg berani bergetar.
Kemudian, sang putri raja memperlihatkan nama alat itu sesuai dgn bahasanya sya, yakni hitu atau tujuh. Hal ini didasarkan pada jumlah dawai yg terdiri dr 7 dawai yg dapat dimainkan dgn lagu yg dimainkan dinamai depo hitu yg diartikan selaku dimainkan ketujuh dawai bergetar. Karena dawai tersebut dibuat dr akar pohon beringin yg kemudian diganti dgn usus binatang yg telah dikeringkan.
Awal Mula Alat Musik Sasando Versi Kedua
Selain kisah versi pertama di atas, terdapat pula kisah model kedua yg menceritakan tentang kisah dua orang kawan dekat yaitu Lunggi Lain & Balok Sama Sina. Kedua teman dekat ini kesehariannya melakukan pekerjaan selaku gembala domba & penyadap tuak.
Suatu tatkala mereka sedang bikin haik (wadah penampung air tuak) yg yang dibuat dr daun lontar di antara jari-jari dr daun lontar terdapat semacam benang (bahasa rote fifik) tanpa disengaja fifik atau benang itu dikencangkan kemudian dipetik menimbulkan bunyi yg berlawanan, namun benang atau fifik ini mudah putus, & muncullah pandangan baru untuk bikin alat musik Sasando.
Dengan adanya insiden ini mendorong Lunggi Lain & Balok Sama Sina untuk mengembangkannya, mereka ingin dgn adanya alat musik yg dapat menirukan nada-nada yg ada pada gong.
Akhirnya mereka sukses membuat bunyi-bunyian atau nada-nada yg ada pada gong dgn mencukil tulang-tulang dr lembaran daun lontar yg diganjal dgn batang kayu.
Kemudian mereka mengalami kelemahan sebab nada-nada yg dihasilkan senantiasa berganti-ubah & suaranya terdengar sangat kecil. Sehingga lembaran daun lontar diganti dgn bambu yakni dgn cara mencungkil kulit bambu sebanyak jumlah nada yg ada pada gong yg kemudian diganjal dgn batangan kayu. Ide ini terus berlanjut, kemudian dawai-dawainya diganti dr serat pelepah daun lontar & ruang resonansinya dibikin dr haik.
Perkembangan Sasando Tradisional ke Sasando Elektrik
Awal pembuatan Sasando elektrik adalah dgn adanya kerusakan Sasando Biola yg terbuat dr peti kayu milik ibu mertua dr Arnoldus Edon pada 1958. Kemudian ia memperbaiki & menjadi baik. Dari situlah asal muasalnya Arnold Edon mendapatkan wangsit & mulai bereksperimen membuat Sasando elektrik.
Edon berpikir bahwa kalau memetik Sasando dgn posisi Sasandonya tertutup dgn daun lontar yg lebar & bunyinya hanya bisa didengar oleh segelintir orang saja & petikan serta kelentikan jari-jemari tak mampu dirasakan atau dilihat oleh orang lain sebab tertutup & terhalangi daun lontar.
Alangkah indahnya jikalau Sasando itu dipetik & didengar dgn suara yg besar, dapat dinikmati oleh banyak orang dr kejauhan & petikan jari-jemari yg lemah gemulai dapat dilihat keindahannya, alasannya Sasando dipetik dgn menggunakan 7 sampai 8 jari.
Pada tahun 1958, Arnold Edon menciptakan Sasando elektrik, eksperimen demi eksperimen ia kerjakan untuk mendapatkan bunyi yg sempurna & sama dgn bunyi asli dr Sasando Biola tradisional.
Tahun 1959, Arnoldus Edon pergi ke Nusa Tenggara Barat selaku seorang Kepala Sekolah di Mataram. Dengan bekal ilmu pengetahuan sebagai seorang guru IPA/Fisika, maka pada tahun 1960 Sasando Elektrik ini sukses dirampungkan & mendapatkan bunyi yg tepat sama dgn bunyi Sasando aslinya.
Bentuk sasando elektrik ini dibuat dgn sebanyak 30 dawai. Inilah awalnya Arnoldus Edon bikin sasando listrik yg alhasil pertamanya pribadi dibawa ke Jakarta. Makara, alat musik Sasando elektrik di buat pertama kali pada waktu Arnoldus Edon masih berada di Mataram.
Tahun 1972, Arnoldus Edon bersama keluarga kembali ke Kupang & di Kota Kupang Sasando elektrik mulai dikenal & meningkat . dr informasi ke info tentang pengerjaan sasando elektrik ini tersiar sehingga banyak sobat khususnya pemain sasando mulai berdatangan untuk meminta dibuatkan sasando elektrik pada Arnold Edon.
Perlahan-lahan banyak pembeli yg mulai berdatangan dr Indonesia bahkan sampai mancanegara mirip Belanda, Australia, Amerika, Canada, & Jepang. Alat musik Sasando elektrik mulai mendapatkan perhatian & pihak pemerintahan tempat NTT, apalagi lagi pada masa kepemimpinan Gubernur NTT (dr. Ben Mboi) pada tahun 1978-1988.
Fungsi Alat Musik Sasando
Sasando memiliki bunyi bervariasi & khas. Alat musik ini biasa dimainkan untuk musik tradisional, pop, & genre musik yang lain kecuali musik elektrik. Selain itu, alat musik Sasando pula memiliki bermacam-macam kegunaan lainnya. Adapun fungsi alat musik Sasando yaitu sebagai berikut:
Budaya Kebanggaan Indonesia
Alat musik Sasando merupakan alat musik tradisional khas Nusa Tenggara Timur yg tak cuma diketahui sebagai budaya lokal, melainkan pula sudah diketahui hingga mancanegara mirip gitar & harpa.
Dengan demikian, tak diragukan lagi bahwa dgn memainkan Sasando ini kita turut melestarikan budaya bangsa kita sendiri.
Media Terapi
Menurut sejarah yg beredar bahwa alat musik Sasando dulu dipakai sebagai alat musik terapi penyembuhan kusta yg banyak menyebar & diidap penduduk di Pulau Rote.
Media Hiburan
Sebagai instrumen kesenian musik, maka tak jauh-jauh kegunaan alat musik Sasando pula banyak dimainkan sebagai media hiburan penduduk . Bahkan alat musik tradisional NTT ini pula kerap dijadikan selaku media rekreasi bagi masyarakat setempat maupun pendatang.
Pengiring Upacara Adat
Sebagai alat musik tradisional, alat musik Sasando kerap dimainkan sebagai pengiring upacara budpekerti. Biasanya, instrumen petik ini dimainkan untuk mengiringi upacara budbahasa penyambutan tamu, upacara akhlak akad nikah, & program penting kedaerahan lainnya.
Fungsi Finansial
Selain bernilai seni yg khas & unik, alat musik Sasando pula bernilai bisnis. Kenapa tidak? Alat musik yg sudah terkenal bahkan hingga ke mancanegara ini kerap dijadikan selaku salah satu media untuk memperbesar pundi-pundi & devisa negara.
Para pengrajin mampu memproduksi & memasarkan Sasando ke pasar. Sementara para pemain Sasando mampu mengajarkan kesanggupan bagaimana memainkan alat musik tersebut, bahkan pula dapat menampilkan musik Sasando di berbagai acara.
Bentuk Alat Musik Sasando
Alat musik Sasando mempunyai bentuk yg cukup unik, yakni terdapat tabung panjang yg terbuat dr bambu khusus. Dan di cuilan bawah & atasnya terdapat cara memasang & mengencangkan dawai.
Sementara di potongan tengah bambu Sasando, terdapat penyangga atau senda untuk merentangkan dawai. Senda ini dipakai untuk menertibkan tangga nada. Tangga & nada ini akan membedakan petikan dawai satu dgn dawai yg yang lain.
Sasando pula dilengkapi dgn wadah yg terbuat dr anyaman daun lontar atau haik. Kegunaan wadah ini adalah untuk menciptakan resonansi getaran yg mampu mengakibatkan suara yg mampu didengar.
Macam Macam Alat Musik Sasando
Alat musik Sasando dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yakni alat musik Sasando Gong, Sasando Biola, & Sasando Elektrik. Ketiga jenis instrumen ini akan kita bahas gotong royong di bawah ini.
No | Alat Musik Sasando |
1 | Alat Musik Sasando Gong |
2 | Alat Musik Sasando Biola |
3 | Alat Musik Sasando Elektrik (Electric Sasando) |
1. Alat Musik Sasando Gong
Jenis pertama dr alat musik Sasando yaitu alat musik Sasando Gong. Alat musik jenis ini biasa dimainkan dgn irama gong & dinyanyikan dlm bentuk syair untuk mengiringi tari, menghibur keluarga yg berduka & untuk mengadakan pesta.
Alat musik Sasando Gong menghasilkan nada pentatonik. Alat musik jenis ini mempunyai tujuh dawai yg kemudian menjelma sebelas dawai. Sejak kala ke-7, Sasando Gong lebih banyak meningkat di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
2. Alat Musik Sasando Biola
Alat musik Sasando jenis kedua ialah Sasando Biola. Sasando jenis kedua ini menggunakan putaran dawai (senar) atau sekrup dawai yg terbuat dr kayu yg dibentuk menyerupai biola.
Sejak abad ke-18, Sasando mengalami perkembangan & inovasi sehingga menjadi Sasando Biola. Sasando Biola lebih berkembang di Kupang. Sasando Biola mempunyai nada diatonis & memiliki bentuk menyerupai Sasando Gong tetapi bentuk bambu diameternya lebih besar dr Sasando Gong & jumlah dawainya lebih banyak. Setidaknya terdapat 30,32, & 36 dawai yg melengkapi alat musik Sasando Biola ini.
Berdasarkan bentuknya, Sasando Biola dibedakan menjadi dua, yakni Sasando dgn bentuk ruang resonansinya terbuat dr daun lontar & Sasando dgn bentuk ruang resonansinya yang dibuat dr kotak atau peti papan.
Namun, Sasando Biola yg terbuat dr kotak tak mengalami pertumbuhan signifikan. Hal ini dikarenakan dianggap kurang mudah, seperti pada saat pengeteman nada mengalami kesusahan, sekrup kayu harus diputar & diketok untuk bisa menerima nada-nada yg pas & indah.
Kemudian, putaran dawai Sasando Biola diganti dgn sekrup besi yg lebih gampang diputar dgn memakai kunci Sasando pada dikala pengeteman nada. Sasando Biola menggunakan daun lontar lebih mengalami kemajuan signifikan dibandingkan Sasando dr kotak, karena Sasando Biola dgn materi daun lontar lebih terkesan unik & natural.
Maka tidaklah heran, Sasando jenis ini diketahui selaku Sasando tradisional. Ciri khas dr Sasando Biola ini yaitu terdapat hiasan mahkota daun lontar yg berjumlah 7 mahkota di pecahan kepala Sasando. Mahkota ini bermula dr Sasando Gong yg mempunyai 7 dawai. Dan alat musik Sasando Biola ini banyak ditemui di Kupang.
3. Alat Musik Sasando Elektrik (Electric Sasando)
Alat musik Sasando jenis ketiga diketahui dgn istilah Sasando elektrik. Sasando jenis ini merupakan hasil kemajuan dr Sasando Biola tradisional yg kemudian menjadi Sasando terbaru.
Sasando elektrik ini pertama kali diperkenalkan oleh Arnoldus Edon. Ia membuat kemajuan dr kelemahan yg didapati pada Sasando tradisional yg dimana daun lontar mudah pecah & pada ketika musik hujan sering timbul jamur di atas permukaan daun.
Hal ini sehingga mensugesti pergantian bunyi & tatkala dipetik suaranya menjadi makin mengecil. Sasando jenis elektrik ini diciptakan Arnoldus Edon dgn tak dilengkapi wadah dr daun lontar atau bahan tradisional lainnya.
Hal ini dikarenakan Sasando elektrik tak lagi memerlukan ruang resonansi yg berfungsi selaku wadah penampung suara. Bunyi yg dihasilkan dawai Sasando langsung dapat diperbesar lewat alat pengeras suara.
Cara Memainkan Alat Musik Sasando
Secara umum alat musik Sasando dimainkan dgn cara dipetik. Sasando biasanya dimainkan memakai kedua tangan dr arah yg saling berlawanan. Tangan kanan dipakai untuk memainkan akord, sedangkan tangan kiri dipakai untuk memainkan bass atau melodi.
Dalam permainan alat musik Sasando, diharapkan teknik & harmonisasi agar menciptakan bunyi yg merdu. Orang yg memainkan Sasando memerlukan latihan & kemampuan dlm memetik alat musik jenis ini. Sebab, keahlian tangan akan berpengaruh pada tempo & suara yg dihasilkan.
Penutup Alat Musik Sasando
Demikian klarifikasi mengenai alat musik Sasando khas Nusa Tenggara Timur. Semoga dgn menyimak postingan ini tak hanya memperbesar pengetahuan kita, melainkan pula makin memperbesar rasa bangga & turut melestarikan alat musik tradisional milik Indonesia.
Alat Musik Sasando
sumber acuan:
@https://katadata.com/safrezi/isu/614d554e755ce/sejarah-fungsi-dan-cara-memainkan-alat-musik-sasando
@https://id.wikipedia.org/wiki/Sasando