Puisi Malam – Aktivitas tak semuanya dilaksanakan di siang hari, beberapa diantaranya akan sangat sesuai untuk ditekuni dlm malam. Suasana malam akan lebih menenangkan, utamanya untuk mengolah rasa.
Intelejen menjadi makin peka tatkala malam sunyi tiba. Dan semua itu akan tercermin dlm puisi malam berikut ini:
Daftar Isi
Puisi Malam Sunyi
Salah satu yg akan mendominasi hati di waktu malam hari yaitu kesunyian, bagi jiwa-jiwa yg sendiri. Kesunyian menjadi pisau tajam yg menjerat, menawarkan siksaan dlm bentuk yg tak terlihat. Berikut contoh puisi malam mengenai sunyi:
1. Aku Bersama Sebingkai Foto
Sesaat nafas yg ku hirup terasa berat, seperti ikut mencekik di setiap tarikan yg ku buat
Kepadamu yg berjulukan malam, akan ku adukan
Sekelumit pahit yg meracuni hati yg kian kebas
Orang mati tak cuma memberikan tangis
Seumur hidup berjuang untuk apa yg anak cucu bilang sebuah warisan
Yang mati, mereka kekal terkunci
Lalu, bagaimana dgn kau-sekalian yg hanya sekedar pergi?
Menaburkan paku dlm selimut yg harus gue tiduri
Mengoreskan malam-malam selaku sunyi
Dekap siksa menempel lekat-lekat
Seperti berat gue menyebutmu sebagai seorang penghianat
Mungkin kamu-sekalian yakni seorang pencuri yg paling beruntung
Membawa semua yg ku miliki dgn hanya sebingkai foto
Dalam kotak tersadar lapisan doa
Menyisakan sedikit aroma dlm kasurku yg berpagar
Hanya bersama sebingkai foto, kau-sekalian kembali atau selamanya gue sendiri
2. Terlambat
Seakan berlari, hari berganti dgn cepat menuju gelap
Membawa penat yg dititipkan penduduk bumi untuk ia adukan
Aku, salah satu yg menawarkan kotak aduan itu dgn label prioritas
Berharap sampai pada yg bertempat di langit tertinggi dgn segera
Tapi telat,
Kotak itu tergeletak di ambang pintu
Seakan terlupa bahwa gue punya pesan pengetuk pintu nirwana
Dia terlalu lelah hari ini
Mengelar karpet hitam di angkasa dgn sisa tenaga
Malas menggantungkan bintang-bintang sebagai orkestra lagu selamat tidur
Harapan yg ku bungkus rapi menguap
Menjadi ringan mirip asap
3. Esok Hari Terasa Lama
Ingin gue menghardik apapun di alam raya malam ini
Seolah bersekongkol mereka bagai penjara yg akan menahan ku menghabiskan masa renta
Rasa murka semakin menjadi alasannya gue hanya di sini sendiri
Hanya bersama sunyi malam yg ku harap cepat berganti
Aku ingin hangat matahari untuk melunturkan semua daki masa muda
Melecut semangat sedikit saja bareng kokok ayam mengundang surya
Aku membenci kalian semua,alam raya
Dengan licik menahan laju jarum jam berputar meninggalkan malam petang
Kau tau artinya? Aku setengah mengumpat…
Aku akan makin tersiksa dlm sunyi kian lama
Bahkan, dgn mematikan lampu pun bayangan itu semakin nampak
Menghantuiku dgn rasa ngeri tanpa toleransi
Jantung bau tanah ku semakin terengah
Nafas yg tersedat gue mencoba untuk bertahan
Kepada matahari gue berteriak kencang
Bangunlah, bawa serta jagad ini menggeliat bersamamu
Aku benci malam sunyi
4. Berteman Lamunan
Pilihan yg bijak sudah terkunci
Aku yg pergi, ku harap kau pun menyusul pergi
Di sebidang tanah yg sudah ditakdirkan
Aku tak mau ada air mata jatuh tertumpah oleh rasa yg tak satu pun mau mengalah
Tinggi … meninggi.. murka.. emosi
Aku yakni pihakmu, atau gue ialah lawanmu
Berbisik & teriak
Dan malam ini gue membawa masuk opsi yg telah terkunci dlm dipan bergembok
Meyakinkan sebagai kebaikan yg akan menenteng menuju titik terperinci
Mencari pembenaran untuk setiap kata yg kau bisikkan dgn merobek gendang telingaku
Pilihan yg terkunci
Dengan sumpah ia tumbuh cepat menjadi keramat
Kata berpisah seolah laju panah yg sudah kau isi degan bisa racun
Melesat cepat
Menancap
Membawa gue dgn kesendirian tertidur baka
Baca Juga: Puisi Islami
5. Kuasa Pencipta
Sebilah pisau ku sayatkan dgn lincah
Memotong sebagian dirimu untuk ku satukan dgn ku
Aku melaksanakan dgn cepat
Penuh perhitungan biar tak satupun yg bisa memalsukan
Sebelum kau dihilangkan, atau gue yg di comot pergi
Menghunus seperti doa yg suci melindungi
Hilang kau, tak ada lagi
Sebagian darimu adalah penawar rindu
Hilang kau, tak ada lagi
Raut yg bisa dibelai dgn tangan yg terulur jauh melenyapkan jeda
Hilang kau, tak ada lagi
Duduk bersila menghadap panorama senja
6. Relakan
Untuk apa
Tumpukan emas & berlian
Sertifikat pelatian yg terpajang
Seluas mata memandang kebun-kebun
Anak-anak yg berkialauan
Untuk apa
Setiap nafas yg terhirup, detakan jantung yg keras berbunyi
Langkah kaki tanpa argo pajak membuntuti
Untuk apa
Kemolekan istri-istri
Gemerlap dgn banyak aksesori
Untuk apa
Ketika risikonya yg kau mampu cuma sunyi
Ketika pengharapan terakhirumu satu, mati
Lalu untuk apa
Omongan tinggi menjulang
Keringat yg terperas habis
Untuk apa
Malam yg sendiri, ku fikir lahir & hanyut akan lebih mengasyikkan
Tua menumpuk kesalahan itu mengerikan
Sunyi menanti kematian berubah menjadi menjadi kawan dekat karib
7. Petaka
Hujan turun tak mengenal ampun
Terlampau beringas untuk sebuah jabat tangan persaudaraan
Mungkin langit & bumi sedang bertentangan
Dengan atau tanpa kibaran bendera perang
Diam melamun
Tangis menyusup lembut menyela suara deras hujan
Mengharap kasih
Menawarkan perdamaian
Langit menolak
Tanpa tumbal berkelahian akan terus ia kobarkan
Petaka
Langit menjadi begitu arogannya
Menukar dgn dosa manusia hanya menangis pilu
Malam ini dlm sunyi
Baca Juga: Puisi Cinta
Puisi Malam Ramadhan
Bulan yg ditunggu sebentar lagi akan datang, menunjukkan jawaban rindu pada jiwa-jiwa taat. Malam-malamnyapun penuh dgn keutamaan yg sayang untuk dilewatkan cuma dgn terlelap. Meraikan malam di bulan ini akan menunjukkan banyak sensasi rasa dr seorang hamba. Seperti tercermin di puisi-puisi malam berikut ;
1. Sujud-Sujud Rayu
Ini yg kau nantikan? Hanya seperti ini kah ?
Melamun & terduduk dlm sayu persepsi frustasi
Katamu, pengharapan & doa akan mengubah seluruhnya
Katamu, sebelas bulan lalu kau akan terus merindu
Dan katamu, ku mohon tetap tinggal & jangan lagi menciptakan gue menunggu
Hanya seperti ini kah
Perjalanan panjang yg ku tempuh sebatas untuk bersaksi pada yg mirip ini
Kuatkan setiap sendi dgn zikir yg tak terputus di ucapkan
Menegakkan badan melalui komunikasi yg mesra
Hanya berdua… membisikkan kata cinta dlm sujud-sujud rayu
Menorehkan bentuk sesal & komitmen dlm waktu yg sama
Mengulang-ulang mantra suci selaku pengisi malam hari
Ribuan bintang bersinar begitu terperinci
Bersama-sama turut melontarkan harap mereka
Memuji pada kau-sekalian hamba mulia
2. Pengharapan
Masih ada peluang selagi bersungguh-sungguh katanya
Terulang hingga puluhan kali ucapan tahunan itu diselipkan
Mamak bilang penharapan mesti selalu di sertakan
Bersama rasa lapar & mengantuk yg dikuatkan
Dalam malam-malam cuek perayu untuk terus meringkuk
Memutar memori bayangan lembah berapi
Sirnalah bareng sembah yg gue haturkan
Keras cambukan kejam
Melembutlah dgn manis laris yg gue usahakan
3. Tentang Kabut Itu
Hei
Untuk ananda yg sudah mendengar Adzan tatkala membuka pintu dunia
Tangisan kesedihan mengirimkan menuju ruang ujian sarat pengawasan
Hei
Kau bersumpah untuk meyakini yg Esa
Kita bersumpah untuk senantiasa menjalankan apa yg kita sudah sepakati selagi di angkasa
Hei
Langit & bumi kain gerah
Yang putih kini sama sekali tak tampakbekasnya
Ketika bumi yg lelah bukan karena memikul jutaan jiwa
Hei
Apa yg tak terlihat menawarkan jejak angkara
Lelah, dgn satu harap bahagia
Hei
Bukan untukku & untukmu
Bahagia bagi semesta yg terus berdoa
Memohonkan gelap tiba sampai hari raya
Hei
Tentang pesan kabut itu ribuan tahun lalu
Ia akan membunuh 1/3 dr kamu
Hei
1/3 lagi
Hei
Usai sudah dunia dgn tertib
mengadukan dosa manusia
4. Sampaikan Aku Kepadanya
Seperti rindu yg menjadi benci jika bertemu
Mungkin bukan gue harapanmu
Kau lebih mengharap ketupat & daun pintu menganga
Dunia menjadi hening dlm bayangan semu menipu
Berjabat tangan mirip murah padahal mereka saling bertukar benci
Sampaikan gue kepadanya
Kepada yg sungguh-sungguh kau rindu
Lenyap dlm kaleng-kaleng tertata rapi
Sampaikan gue kepadanya
Kepada malam dimana peta itu diturunkan
Kepada seribu bulan yg menggantung memberi terang
Dan pada halaman terakhir dipanduan yg menjadi warisan
Puisi Malam Dalam Kekhawatiran
Salah satu rasa yg menciptakan sungguh tersiksa adalah kegundahan. Ia menyita banyak fokus untuk sesuatu yg di andai-andaikan. Kekhawatiran semakin menjadi di kala hari telah sepi. Malam hari ialah waktu yg angker. Rasa khawatir menjalar begitu cepat. Mengenai apapun, sayangnya rasa itu terlalu pintar untuk mengambil celah. Berikut puisi malam dlm kegalauan:
1. Bila Matahari Enggan Bangun
Aku sudah menyusun banyak agenda esok hari
Tentang berdiskusi pada belibis menandakan cinta
Memburu merpati setia
Dan mendatangi sarang buaya
Aku sudah menyusun banyak jadwal esok hari
Bahwa tempat itu tak akan kau peroleh dimana pun
Ia pencuri yg sangat pintar bersembunyi
Ada dlm balik bola mata
Tersamarkan dlm aliran darah Vena
Tanpa penelusuran, ia sudah ada pada tubuhmu
Berkamuflase menjadi Mitokondria
Menipu untuk terus menemukannya
Pertemuan ialah bila matahari bangun pagi-pagi
Tapi malam begitu enggan untuk beranjak
Menggulungnya dengan-cara paksa hanya akan mengobarkan percik api dr esok
Bila matahari enggan bangkit
Maka selamnya gue dlm pencarian untuk menemukanmu
2. Galak
Tak sedikitpun malam ini mata mau terpejam
Aku sudah sangat lelah untuk semua dusta yg mesti ku telan
Lirikan penuh amarah isyaratkan
Dengan sadis menciptakan bulan enggan nampak
Angin semilir tak menenteng sejuk, tak membawa semangat yg mengudara
Ia dingin, berusaha membekukan setiap gerak yg hendak mengganggu gelap ini
Bila kau pernah bertanya ihwal perang, ini lah yg bantu-membantu
Bila kau tajam menatap menandakan ini
Deru peluru berbalas dgn lemparan geranat
Dalam malam yg penuh dgn permusuhan
Aku bersumpah gue enggan untuk mengalah
Kutarik siang biar cepat menggantikanmu
Menahan ujung langit pintumu tak akan lagi terbuka
3. Rengekan Sunyi
Lautan, gue coba untuk menirunya
Tenang meski memikul jutaan Titanic yg membuat pungungnya menjadi geli
Tertantang angin ribut, ia pun enggan untuk bergeming
Lautan, gue coba untuk menirunya
Langkahku bareng Parkinson menciptakan lautan tertawa
Tenang teriakmu lantang
Ingatkan
Mengenai hal yg gue bisikkan
Bahwa ada belakang layar pertentangan dlm diriku dgn saya
Memberontak mirip perang dingin dlm satu atap
Umpama satu kapal menuju dua arah mata angin
Aku
Dengan gemetar yg kian parah
Meninggalkan jejak jemari untuk dijadikan prasasti
Ketika mereka mulai cukup umur
Ku harap tulisan itu masih patut untuk terbaca
Aku
Dengan tua yg tak bisa sedikit saja tertunda
Ku harap mereka akan mengingatku sambil berdoa
4. Selimut Dosa Malam Ini
Memintal seribu kain untuk menutup dosa malam ini
Bayangan penghianatan yg mesti gue sembunyikan rapat
Menebarkan aroma pertanda
Membuat ku tak boleh ceroboh menabur bunga
Mengiris tipis untuk membedakan dgn tanda sedih
Selimuti dosa malam ini
Tentang satu larangan dgn sengaja gue memasuki
Mata terbuka gue menjinjing langkah kaki
Menghujani dgn sesal, sesak,
Menyiagakan jutaan tank tempur
Kekeliruan kecil akan memicu perang tanpa usai
Hilangkan gue atau kepergianmu
Ribuan selimut terpintal malam ini
Aku berjanji tak akan letih untuk menjadikannya esok
Menyusun tinggi samarkan dosa malam ini
Baca Juga: Puisi Rindu
Puisi Malam Penuh Rasa Bahagia
Rasa hari ingin hidup seribu tahun lagi bila senang datang. Menghujani seiap diri dgn senyuman. Memalingkan dr duka yg selama ini menjadi siksa. Bahagia bersama puisi malam akan menciptakan makin tepat. Berikut pola puisi malam dgn tema penuh rasa senang:
1. Segerakan
Untukmu 24 tahun gue menanti
Meniti harap sejak kali pertama pendengaran ini mendengarkan banyak bunyi
Perih & takut gue memulai perjalanan panjang tiada henti
Untukmu 24 tahun ku jalani dgn harapan penopang nadi
Warisan rasa takut yg sama sudah menjadi tradisi dr awal bumi memulai
Setiap tangis yg berganti dgn tangis yg lebih dramatis
Setiap senyuman seperti menghina kehadiran satu jiwa membuat penuh sesak bumi mereka
Untukmu 24 tahun menunggu dgn setia
Memadukan dua mantra
Bersatu menebus separuh agama
Aku tak mesti tidur malam ini bukan?
Bibirku terlampau pemberontak untuk tak sedetik pun melempar senyuman
Aku tak harus tidur malam ini bukan?
Siaga mengawasi jam pasir yg lambat berjalan
Aku tak mesti tidur malam ini bukan?
Ku tentukan datang pagi-pagi
2. Aku Telah Berkencan
Sudah.. sudahi saja sepi ini
Aku tak besar lengan berkuasa menahan hingga esok datang mengetuk mataku
Sekarang saja
Biar
waktu ini terusir alasannya adalah ketidaksukaanku menanti
Sebuah gaun yg indah lengkap dgn sepatu
Ayolah
Sekarang saja
Rindu yg membuncah seperti tak berpengaruh untuk terbendung
Memasung dlm kerdil gue menunggu
Setelah belasan purnama kesendirian
Bunga bermekaran itu berwarna-warni menawarkan harum menarik hati
Kenapa tak kini saja?
Bahkan waktu di waktu paling sunyi gue telah siap untuk datang
Memamerkan sejuta foto
Dengan gue & kau
Di belahan bumi yg tak sama
3. Pasukan Mimpi
Kami ialah muda dgn gelora yg menghangatkan mereka yg tua
Teriak-teriak tanpa kehausan di terik matahari siang tadi
Merayap dlm kubangan putus asa, tak sedetik pun kami berhenti
Berlari di rumput yg tinggi, & melalui pohon rindang tanpa berteduh menetralisir keringat
Terjang menerjang berbaku hantam dgn negatif diri
Bila hari masih terang, tak perlulah kami semua bergerak tergeletak di ranjang-ranjang
Tersenyum dlm mata terpejam
Semangat muda memeluk raga yg sedikit merasa letih
Itu tak seberapa
Senyum mengembang menyaksikan bumi yg mulai muda kembali
Menularkan gairah pelestarian di kaki-kaki tiang langit
Menerbangkan ke luas maritim
Menghalau pergi memusnahkan apa yg akan mengotori
Berbahagia bumi sedikit terlihat lebih muda
4. Rekah
Laju waktu memberhentikan gue pada titik ini
Mengantri sepanjang ketekunan hari yg telah terpompa menggembung
Suatu tempat asing dgn banyak gulali elok & permen kapas
Tertuju kami pada satu titik di sini
Peri-peri kecil seolah teramat sibuk hingga tak lagi saling menyapa
Membawa ke sana ke mari harum-harum yg disembunyikan wujudnya
Menabur di sana memercikkan di sini
Sebuah momen besar sudah disediakan ku kira
Mematung gue tak goyang meski angin membangunkan
Aku dgn tubuh jangkung yg tak mau melihat apa yg menjadi daya tarik kami
Berduyun-duyun yg tiba tak bisa menggeser posisi gue berdiri, ajaib
Tak ada niatan untuk beranjak gue membiarkan waktu menyatu dgn jasadku
Terkadang banyak yg lena hingga menyerahkan semuanya
Kepada apa yg membuat kami berdesakan menunggu usang
Seperti ada sebuah tenda & tak satupun lubang intip terbuka
Rapat
Rahasia
Tidak seorang pun menggeser tempatku? Aneh
ketika masbodoh kian menusuk, gue mirip terganggu tepat dimana tenda terbuka
Tidak ku sangka.. mungkin ia adalah ratu dr ribuan peri-peri kecil yg hilir mudik
Cantik mengalahkan sejuta perempuan yg disatukan pesonanya
Hanya gue yg menyaksikan? Kenapa mereka semua tak menoleh
Lihatlah tangannya menjuntai jauh meraih saya
Berbisik mesra ini ialah waktunya
Sentuhan itu menciptakan gue terperanjat
Terbangun gue dlm mimpi senang di malam ini
5. Persembunyiannya Ku Temukan
Sepertiga hari yg gelap menjadi teman dekat setia
Menerima tumpahan sedih & suka cita yg tergelontor ku serahkan
Sebagai saksi hidupku menumpuk belakang layar di setiap jejak langkah pagi petang
Sajak yg teralun menjadi rantai penjaga hati
Mengayun niscaya tak pernah ragu
Sekarang tiba langkah terakhir dlm usaha yg berat
Gerbang terbuka semerbak dgn harum bau bunga
Bahagia mirip terlihat nyata
Haru menderu
Bahagia menghadang seperti kesepakatan yg telah niscaya
Memeluk rindu akrab tak mau terlepas
Beberapa puisi malam akan menunjukkan gambaran bahwa tak hanya satu atau dua rasa yg bisa menarik di malam hari. sebagai epilog hari, malam mempunyai kejutan yg siap untuk dibagikan pada semua orang dgn cuma-Cuma. Memberikan kebebasan untuk merasa sepi menyiksa atau puas senang. Malam mempunyai jutaan misteri di dalamnya.