20+ Puisi Kemerdekaan, Semangat Juang Tanpa Henti

Puisi Kemerdekaan – Kemerdekaan ialah suatu keleluasaan dlm hal apa saja, misal kebebasan untuk menyelenggarakan atau mengontrol pemerintahan sendiri yg sesuai kehendak rakyat. Seandainya Negara Indonesia belum merdeka seperti saat ini, mungkin kita tak akan hidup nyaman & tentram.

Oleh karena itu, tatkala Indonesia di jajah & akhirnya muncullah para hero yg berjuang demi Negara Indonesia ini sekuat tenaga, berkorban jiwa raga, menumpahkan darah, harta ataupun apa saja yg mereka miliki. Untuk mengenangnya berbagai bentuk & cara dijalankan untuk mengenang jasa-jasa para pendekar kita.

Misalnya berupa gambar atau nama mereka banyak diabadikan di banyak sekali daerah. Selain itu pula masih ada bentuk untuk mengenang jasa para satria kita yakni mengabadikannya dlm bentuk puisi. Seperti puisi kemerdekaan wacana usaha & puisi kemerdekaan ihwal kepahlawanan berikut ini :


Puisi Kemerdekaan Dalam Proses Perjuangan

Puisi Kemerdekaan Dalam Proses Perjuangan

Harga yg mahal dr suatu kemerdekaan harus dimulai dr usaha yg tak gampang. Berbagai langkah panjang menjadi sejarah untuk terwujudnya suatu impian mulia ini. berikut puisi kemerdekaan yg menceritakan mengenai perjuangan ;


1. Masih Kah Ada?

Langkah lari begitu cepat, kami meninggalkan semua pergi

Memang sudah tak ada lagi

Untuk apa, dlm tanah sendiri tanpa kebebasan menjadi tak berarti

Menyusup berlindung dlm perdu, tergores berdarah pun sudah tak lagi ku rasa sakitnya

Dingin, kulit kami keras bagai kulit kayu

Tak tertembus oleh beku, tak akan menjadi gosong alasannya adalah terik

Berhianat & saling menghianati

Bertanya tanpa pernah memperoleh jawabnya

Sekali lagi

Masih kah ada?

Satu jalan untuk kembali pulang

Menyebutnya sebagai rumah tanpa mesti terjajah

Jauh tinggalkan hutan menuju perkampungan

Melepas tombak terganti dgn erat genggaman

Masih kah ada

Satu titik untuk ku sobek lebarkan sebagai sumber cahaya

Mengusir kutu penghisap darah, kaya negeriku


2. Sebuah Tanda Tanya

Kemarin kami masih mengolah kebun kami

Mendapatkan kenyamanan dr leleh yg kami jadikan tumbal

Bercucuran keringat, lelah kami segera usai

Kebun subur sepanjang kuasa bola mata

Kemarin sepertinya keberpihakan masih mempunyai kendala yg sama

Teratur, tertib, disiplin, berkeadilan

Tanah kami lahir

Milik kami hingga mati

Hari ini tamu yg banyak itu tak perlu kita sambut

Tak perlu menyeduh teh, atau sekedar menyuguhkan sedikit senyum

Seperti hukuman alam, mereka tiba menjinjing petaka

Tanpa punya malu, menyampaikan “itu milikku”

Siapa mereka?

Datang terlalu banyak menjadi sumber tragedi

Siapa mereka?

Meminta hasil bumi tanpa mau ikut bertani

Mengumbar gagah cuma untuk menguasai tanah yg salah

Siapa mereka?


3. Harapan

bila kecil kalian mencar ilmu mengeja nama

dari bayi kami tak memiliki hal yg sama

Nama? Untuk apa dieja? Menegaskan semoga diri ini tak lupa?

Maka dr sini kita memang berlawanan

Kau baca tulis, gue pun melakukannya… sekali lagi ini bukan mengeja nama

Sudah cukup mengenai suatu kata yg membuat gue menoleh saat dibunyikan

Maka kita berlawanan

Aku pun mencar ilmu cara mengeja

Merangkai huruf-aksara gandeng  menggandeng menjadi sebuah kata

Itu tak terbaca sebagai sebuah nama

M-E-R mer D-E de K-A ka

Itu yg kami eja

Di setiap waktu tanpa sedikitpun tertarik dgn ejaan nama

Nama hanya gambarkan saya

Tapi merdeka untuk seluruh bangsa


4. Matahari Ada Dua

Kami tertipu

Oleh rasa ego yg membuat tunduk saat itu juga

Pilihan mirip jalan terbelah dua

Kanan & kiri mempunyai tagihan yg tersembunyi

Kepada siapa kami berpihak

Masa depan seakan tak pernah lagi menjadi mimpi

Bila untuk sesuap nasi saja kami beradu jidat

Mencubit, mendorong & tinggalkan mereka yg disebut dgn saudara

Matahari pun ada dua

Menuruti kata mereka yg berkuasa atau merebut merdeka

Pertempuran kami bukan wacana adu pukul

Tidak pula mengenai kubangan darah juang

Pertempuran kami melawan ego sendiri

Keinginan bernafas lega & ditikam perlahan

Atau dgn berbalik & ditembaki

Matahari ada dua

Silau kami seolah menjadi buta seketika

Baca Juga: Puisi Berantai


5. Getir

Tidak ada rasa, ku percaya akan terasa lebih baik dr semua

Dari perih kenangan yg memilukan

Serupa air mata tak pernah kering dr sumbernya

Kepada murung yg sudah sirna dgn kibaran bendera

Getir.. masih membekas dlm dada sebagai upaya siaga

Pemaknaan mirip apa bila merdeka menyisakan peperangan yg tetap  hidup dlm jiwa

Seolah mimpi menjadi positif, & kenyataan yakni khayalan

Getir

Ku menelan utuh semoga cuma gue saja yg tau rasanya

Mengenai kata Merdeka, yg harus ku catat mengambil alih berjuta nyawa

Dengan pekuburan yg tak terperinci di mana saja

Untuk kami, Nusantara adalah taman makan jagoan di setiap jengkalnya

Membayar bendera yg berkibar dgn berkubik darah segar

Getir..

Haruskah sepahit ini


Puisi Kemerdekaan Menceritakan Saat Perang

Puisi Kemerdekaan Menceritakan Saat Perang

Bila ada kata yg mesti di hindari di kehidupan ini ialah perang.  Memisahkan yg tunggal, & ceraikan yg utuh. Menghabiskan yg berada, memahat kerikil nisan untuk yg mempunyai semangat bau tanah. Berikut ini yaitu puisi kemerdekaan yg menceritakan ketika perang ;

  10 Contoh Puisi Dorothea Rosa Herliany


1. Tanpa Alas Kaki

Melangkah mirip susuri pecahan kaca tajam

Berdarah terasa laksana keringat lari pagi

Menembus semua medan & kami tak lagi memiliki kulit binatang atau sepotong kayu

Membiarkan kaki terbuka tanpa melawan perih yg diberikan oleh permukaan kejam

Penopang berat badan yg dibilang cacingan cuma secuil harapan

Tubuh layu & kelaparan yaitu teman

Condong ke depan menahan lapar yg kian menggerogoti

Tapi kami bawa harta berguna yg sungguh pasti

Semangat menang meski hanya dgn parang & belati

Apalah arti ganjal kaki dibandingkan dgn kata “niscaya” dlm doa kami

Terkoyak biarlah luka menganga

Menyisakan bercak darah untuk ku tinggalkan selaku mengambarkan

Ayahmu yg gugur tak turut serta mengubur kekerdilan

Ayahmu yg mati tanpa pernah memberimu rasa untuk dikasihani


2. Mati Tanpa kafan

Sejauh mana maut berada?

Jika kami senantiasa menjinjing mereka turut serta

Di mana maut bersembunyi dlm pekat hutan?

Kami mengantongi mereka di setiap jejak langkah

Merayu perdu untuk sedetik menyambung nafas

Memeras embun pelepas dahaga di medan pertempuran

Mengais ubi tanpa pohon dlm tanah

Tak takut mati, karena maut sebegitu bersahabat dgn kami

Berbeda mati pun kami tak sama

Mereka merdeka kami masih mesti merebutnya

Mati terkubur dlm bumi, tak dgn kami

Jasad kami terkubur jenazah teman sendiri

Lautan darah seperti mata air suci

Bersihkan tubuh sarat dosa terus memperbesar tumbal

Dosa kami untuk bendera berkibar tinggi

Dosa kami merobek daging putih bagai babi guling

Kulit kemerahan itu selaku ancaman

Bila pun mati memeluk

Tanpa kain kafan jiwaku hening bareng pertiwi yg ku perjuangkan


3. Rajutan Yang Tertunda

Suara mesin jahit belum pernah diperdengarkan

Genjotan mesin tua berwarna hitam itu baru satu dua yg mempunyai

Kami merajut sendiri semua gulungan & memujanya sebagai benda agung

Jarang, berganti baju atau pun mampu menutup diri dgn sempurna

Rajutan itu terpaksa kami tunda

Ditelan kekhawatiran mengenai isu duka

Bagaimana kabar kerabat?

Mencari jawaban dlm lautan tanda tanya

Kami berlibur untuk menciptakan benang-benang tumpang tindih dgn rapih

Membuat dua petak dgn batasan yg sama serupa

Merah berani

Putih nan suci

Rajutan yg tertunda

Bendera belum berkibar dgn sempurna


4. Ransel Tentara

Berat beban pundak yg ditopang punggung-punggung kurus

Berjejalan semua perlengkapan menopang kebutuhan hidup yg entah hingga kapan

Tawaku menjadi terpenjara dlm jutaan langkah jauh meninggalkan rumah

Bukan ransel serdadu dgn jahitan kokoh & untuk dibawa seorang diri

Kami bergantian memikul beban seberat massa tubuh kami

Dengan jalan kaki terhuyun membabat jalan gres membuka hutan keramat

Angker

Lebih angker bayangan penjajahan

Imbalan peri dlm samaran pohon-pohon tak terjamah dr mulai adanya

Gemerlap istana mistik

Kami lebih suka gubuk reot yg kami tinggal pergi

Hanya ada jalan di tengah belantara untuk pulang kesana

Tukar dgn nyawa kami, atau nyawa mereka


Puisi Kemerdekaan Tentang Teks Proklamasi Dan Dasar Negara

Puisi Kemerdekaan Tentang Teks Proklamasi Dan Dasar Negara

Penyusunan teks proklamasi & dasar negara tak bisa dipisahkan dr prosesi kemerdekaan. Puisi-puisi kemerdekaan menjadi apik selaku pengingat penting kejadian ini menjadi landasan. Berikut ini puisi kemerdekaan yg menceritakan perihal teks proklamasi & dasar negara ;


1. Perjuangan Panjang

Malam-malam sarat pertandingan

Kemana siang kami, tak kembali

Malam menjadi makin pekat, & kian keruh permasalahannya

Diskusi yg tak kunjung berakhir

Penat, letih, kami terus beradu mulut

Memaki, tanpa ada benci dlm hati

Hanya untuk satu kata sepakat yg begitu alot

Untuk kalimat yg tertahan

Kesepakatan yg tak kunjung usai

Untuk tanah air yg kian letih akan penjajah

Merdeka ialah harga mati yg harus segera di bayar sah


2. Perdebatan Tanpa Henti

Aku

Kamu

Dan kalian

Berada dlm satu meja yg sama sepanjang senja hingga pagi tiba

Berhenti

Bernafas dlm sunyi

Sumpah serapah

Tekat yg semakin kian niscaya

Merdeka atau mati, kami sudah banyak yg mati

Lalu

Kapan merdeka bisa kami ambil selaku alat tukar atas bangkai manusia yg tak dihargai

Merdeka, atau mati, kami telah banyak yg mati

Lalu mari segerakan

Merdeka dgn proklamasi


3. Hampir Kalah

Dalam kendi air terakhir

Berbagi satu dua tetes pada seluruh jiwa

perdebatan menimbulkan musuh yg terlahir dr kerabat

Untuk suatu persatuan yg satu menjadi perdebatan

Tidak cuma untuk menang kami mau bergandengan

Mengukir kisah damai

Tanpa pernah ingin saling terberai

Kami hampir kalah

Ketika pintu yg sarat cahaya memperlihatkan jawabnya


4. Menahan Diri

Sudah cukup

Kami telah letih

Beradu pandang, melempar penolakan

Bila kau tidak mau

Biar gue saja yg maju

Berdarah, lebih membahagiakan dr pada kalah

Untuk ini kami tak pernah mau mengharapkan keberuntungan

Tangan buntung lebih mulia dr judi melempar anak panah

Kesakralan tak meredup walaupun satu pejaman mata

Negeri impian telah kami peroleh celah merobeknya dr mimpi yg mengunci


5. Saksi

Ruangan bisu kini sepi

Dahulu itu sarat dgn emosi

Meja-meja yg digebrak

Lirikan tajam, & hempasan nafas bengis

Satu kata, kami tak kalah

Ini hanya berproses, terus berevolusi tanpa ampun

Menuju suatu bentuk yg di cita-citakan

Ada lima pilar

Dengan sembah agung pada yg satu

Ada lima pilar

Memikul berat nusantara menyatu

Dengan lima pilar

Impian kami kian aktual terbuka


Puisi Kemerdekaan Di Momen Proklamasi

Puisi Kemerdekaan Di Momen Proklamasi

Peristiwa proklamasi kemerdekaan menjadi momen puncak. Perjuangan final yg bahwasanya baru dimulai babak barunya. Seolah selesai tanpa pernah ada tanda tali finish. Namun proklamasi ialah sebuah peristiwa besar, banyak rasa yg di gambarkan dlm puisi kemerdekaan dgn latar proklamasi. Seperti di bawah ini:


1. Pelontos Tak Bertopi

Jaman itu

Mana ada topi-topi pelindung kepalaku

Alas kaki saja kami tak punya

Jaman itu

  7+ Puisi Buat Sahabat Yang Telah Pergi

Seperti masih wajar kami bertelanjang dada

Berjajar  rapi menahan lapar dr pagi

Ini Ramadan

Kami berpuasa

Beberapa tanda menunjukkan bahwa lontar itu bekerja

Memenuhi janjinya dgn mendatangkan mereka

Dalam banyak jawaban yg membuat mata kami tak henti menyaksikan

Jaman itu

Sepeda masih langka, mobil mirip kendaraan dlm mimpi saja

Sebelum tanda waktu makan kami berakhir, kami telah tegap bagaikan tiang penerangan

Di siang hari kepala pelontos yg deras keringat tanpa topi

Untuk sebuah pembacaan

Dengan kalimat awal dibuka oleh kata proklamasi

Baca Juga: Puisi Ws Rendra


2. Khusu’ Dalam Patuh

Seperti sembahyang

Khusu’ tanpa mengindahkan yg sudah indah di depan mata kami

Meski indah hanya kali itu pertama menjadi keleluasaan mata

Patuh dlm tunduk menggali lebih dlm lagi dgn tatapan kabur

Jabat tangan & berpelukan bukan tujuan gue jauh ke mari

Menebus luka penjuru negeri

Aku tempuh berhari-hari langkah kaki tanpa henti

Lapar, lelah, mengantuk

Rakyat desa ku tak mengantaruntuk unek-unek itu

Gali terus ku gali hingga jauh

Menemukan tulang-tulang tanpa kerikil nisan

Basah air mata yg menjadi pupuk membasahi Indonesia setiap hari

Remah-remah kisah cinta terpendam

Luka-luka tanpa pengobatan yg busuk

Aku kemari untuk menjadi tukang gali

Mendengarkan dgn cermat & akan ku hafalkan tanpa beda satu tanda koma

Kata-kata yg indah, gue terheran dlm tunduk

Kami bangsa Indonesia mirip cambuk yg mengejutkan

Kami bangsa Indonesia gue tentu mengulangi

Dan kami bangsa Indonesia merdeka di tanah sendiri


3. Barisan Mata-Mata

Apakah ada yg murni?

Selain susu-susu yg keluar perlahan dr payudara tapa isi

Tak memiliki apapun untuk berbagi pada sang bayi kecuali tetesan-tetesan kecil penghidupan

Kau fikir kami akan menukar dgn susu-susu sapi, kasih kami?

Lihatlah bahkan ayam segenggam tangan pun mati oleh cemas mereka sendiri

Pagi ini, kau fikir semua ini murni kami yg satu?

Dengan rasa senang & haru yg tak berlawanan?

Dengan rasa syukur & ucapan kebanggaan pada tuhan yg Satu?

Maaf, gue mengatakan padamu bahwa ananda keliru

Bila kau sudah hidup lama dlm kekhawatiran penjajahan

Praktis mendapatkan jasus samaran

Berbaur memakai baju rakyat

Menjadi sama dgn pohon-pohon

Kau fikir masih bisa kata murni digunakan?

Hanya pada susu yg keluar dr wanita lemah kami itu menggantikan

Terlampau usang kami siaga

Tak kenapa untuk pagi ini

Rasa senang membiarkan kepetangan lepas bebas di sini


4. Tangis Haru Yang Tersimpan

Tidak cuma saya

Tidak hanya satu

Yang muda bergerak cepat & gagas seolah tak lagi mempunyai sedikit tabah

Anak-anak berlarian, mereka sudah mendengar bocoran ini dr tetuanya

Pagi menyingsing membangunkan setiap jiwa yg lapar oleh keleluasaan

Mereka yg bau tanah begitu percaya langkah lemahnya akan turut menyaksikan suatu sejarah besar

Mengeruk bahagia sesudah terkubur begitu usang

Pengharapan akan pemakaman dlm kemerdekaan bangsa mereka

Tua, mati dlm pertiwi miliki sendiri satu-satunya angan tertinggi

Tangisan haru kematian lebih membahagiakan dr pada tangisan hujan peluru di masa muda ku

Pelan, langkah lemah ini akan membawa kami menjadi saksi

Hari dimana merah putih berkibar sampai ke tiang tertinggi

Dalam kalender ini akan tercatat hingga dunia menyudahi ceritanya

Tertib setiap tahun perayaan akbar mesti terselenggara

Mereka hanya berpesta setelah ini, mengeluarkan tawa bukan menukar dgn keterpasungan

Berbaring di parit-parit menanti berisik itu berlalu


5. Jalan Itu Kenangan

Ramai orang berkerumun

Mematung dgn perasaan terlalu banyak menyatu dlm tenang berdiri

Rindang pohon tak akan memberi artian yg menolong kala itu

Bahkan meteor yg jatuh pun tak akan membuat sedikit langkah kami menjauh

Untuk ini seribu nyawa kami tukarkan

Bahkan seribu nyawa lagi bila memang begitu aturan jual beli

Mulut-lisan terkunci mirip hati mereka yg terlalu sibuk mencerna

Kebebasan menjadi hak segala bangsa adalah kata-kata yg sering menggema

Mengalun membisikkan yakin berlangsung tak henti menyelusuri negeri

Ribuan tahun yg lalu, katanya kami perkasa tak tertandingi

Ketika raja-raja dgn kekuatan tak mirip  kebanyakan memimpin

Jadilah sejahtera semua nenek moyang tanpa perlu bondong berbondong berperang

Jamanku mungkin pertiwi bangun untuk mendidik

Ajarkan bahwa merdeka itu mahal harganya

Seolah-olah malu mengundang ucapan cinta dr penghuninya

Setelah ramai-ramai ini

Dalam satu komando kami merangkak meski tanpa kaki

Bergerak, mendongkrak tanpa ampun pada diri sendiri

Menuju kejayaan itu, yg dahulu pernah menjadi milik kami


6. Prajurit

Bolehkah gue ikut berbahagia dgn insiden ini

Ketika pengeras bunyi  mulai meneruskan bunyi

Ketika satu persatu kata diucapkan dgn tanpa kendala

Aku siaga

Meski asumsi ku melanglangbuana

Mengikuti arus maju mundur

Menghidupkan banyak memori yg tela ku kubur rapi sebelum ini

Serahkan semua hidup lewati hati terpenjara dlm diri yg terus menjauh pergi

Bolehkan sekarang gue berhenti

Saling mengejar & bersembunyi

Kata merdeka sudahkah perjuanganku selesai

Mengambil cuti panjang, melepaskan senapan yg terus ku peluk bagai kekasih

Akan ke susuri kembali

Medan berat tanpa sepatu tinggi

Membawa rindu yg turut serta dr hari pertamaku terlepas

Membiarkan cuma doa satu-satunya penghubung rindu

Kumpulkan ratusan surat yg tak pernah hingga

Esok gue akan tiba untuk memohon restu orang tuamu


Puisi Kemerdekaan Tentang Perjuangan

Puisi Kemerdekaan Tentang Perjuangan

Sebagai bentuk untuk mengenang jasa para satria kita dlm perjuangannya melawan para penjajah ditulislah puisi. Berikut teladan-contoh puisi kemerdekaan wacana perjuangan :


1. Hari Ini

Hari ini kita berdiri di depan beling

Memandang dr wajah hingga pakaian

Memandang diri yg begitu menakjubkan

Dengan lihainya kita berlenggok

Hari ini pula lihatlah wajah wajah kita

Yang begitu keras tanpa ada urat malu

Bagaikan pohon yg kokoh

Terpancar begitu gagah

Hari ini pula kita berdiri

Di atas bumi yg hitam legam

Di aliran air biru yg jernih

  Puisi Hari Kamis Membuat Jiwa Makin Elok Tanpa Tangis

Di hembusan udara yg begitu putih bersih

Tapi taukah engkau…

Bahwa bumi yg kini kita pijak ini adalah keringat para jasa jagoan

Yang berjuang membela tanah yg kita pijak hingga air yg kita minum

Sampai dikala ini, kita bisa terbang bebas

Berteriak tanpa dekapan

Karena semua ini berkat jasanya


2. Terbanglah Indonesiaku

Terbanglah Indonesiaku…

Terbang ke angkasa bebas

Mengapai bintang yg jauh melonjak

Untuk menunjukkan pada alam semesta merah putihmu

Terbanglah Indonesiaku…

Tak ada seorang pun bisa mengikatmu

Bahkan mengurungmu

Kita bukan katak di dlm tempurung

Kita semua bebas merdeka

Terbanglah Indonesiaku…

Terbanglah sesukamu

Tataplah kemana kau ingin menatapnya

Cintailah apa yg kau kehendaki

Karena kebebasan sudah berpihak di raga kita

Karena ini ialah kemerdekaan kita

Terbanglah Indonesiaku…

Bahwa dunia beserta alam semesta mesti mengetahui bahwa bangsa Indonesia mahir

Bangsa dgn perdamaian

Namun tak mempunyai arti bisa diam bila keleluasaan kita di rebut

Tidak akan kita biarkan harga diri & hak kita di injak injak

Terbanglah Indonesiaku…

Dari ujung sabang sampai merauke kedamaian kita memuncak

Berdiri tegak di puncak gunung

Kita akan jaga lautan kita & pula bumi kita

Kita tak akan membiarkan bangsa kita hancur kembali

Karena Negara tersayang ini sudah merdeka di tahun empat lima


3. Bambu Runcing

Ujung sebatang bambu yg tajam menyikat

Mengejar para musuh hingga ampun

Dengan sebilah yg tajam sakit & mencekat

Yang senantiasa siap siaga menghadang musuh

Ujung bambu yg menjadi saksi

Begitu hitamnya rasa menyakit

Yang mengusir para iblis serta nyawa

Tanpa ada rasa takut & gentar

Karena rasa cinta tanah air kita

Yang menyatu jadi satu di darah merah

Yang mengakar di tulang putih suci

Hingga menguasai nafas ini

Mereka berjuang dgn raib

Yang bercerai berai dgn raga

Tuk dipersembahkan untuk bumi garuda ini

Untuk bangsa kita, Indonesia raya

Mereka gugur dgn hormat

Yang memperjuangkan sebuah keleluasaan

Hingga terenggut durjana

Itu semua alasannya untuk suatu kemerdekaan

Baca Juga: Puisi Bahasa Jawa


Puisi Kemerdekaan Tentang Kepahlawanan

Puisi Kemerdekaan Tentang Kepahlawanan

Selanjutnya puisi kemerdekaan perihal kepahlawanan ini pula merupakan cuilan dr bukti kita pada para pendekar kita yg telah gugur di medan perang. Untuk mengenangnya berikut beberapa contoh puisi kemerdekaan wacana kepahlawanan yg bisa anda simak :


1. Terima Kasih Pahlawan

Karena semua jasamu, pahlawan kita

Bangsa ini merdeka

Dari ujung hidup dr barat hingga timur

Tanpa ada rasa gugup & takut yg begitu membara

Engkau rela untuk menderita demi kami

Engkau rela mati demi kami

Engkau rela miskin demi kita

Dan untuk kami kamu-sekalian rela hancur

Berkat jasa mu bangsa ini bisa merdeka

Bisa terbang bebas hingga melesat ke langit angkasa

Berkat jasa mu Indonesia jaya

Hingga menembus zaman yg kini canggih

Tak terbayangkan jikalau semangat itu tak tumbuh di hati kalian

Tak terbayangkan jika keberanian itu tak berkembang di hati kalian

Tak terbayangkan kalau ketekunan itu tak ada di hati kalian

Kami bangsa Indonesia

Banyak berterima kasih untuk jasamu para satria bangsaku

Karena tanpa perjuanganmu yg begitu hebat

Bangsa Indonesia tak bisa menikmati udara kemerdekaan

Kemerdekaan Ini

Kemerdekaan ini yakni darah

Dari jutaan ton darah yg raib untuk suatu kemerdekaan

Kemerdekaan ini adalah bentuk usaha

Dari para jasa-jasa pendekar yg gugur di medan perang

Kemerdekaan ini merupakan nyawa

Karena bangsa ini beratus -ratus tahun menelan banyak nyawa terbang

Kemerdekaan ini merupakan letih

Lelah yg senantiasa menemani & menghantui

Kemerdekaan ini merupakan keringat

Dari para pahlawan yg berjuang hingga mencucur ruah hingga habis

Kemerdekaan ini merupakan usaha

Usaha menyerang penjajah yg kejam

Semua ini untuk bangsa kita

Indonesia

Semua ini untuk senyuman anak bangsa

Semua ini untuk masa depan bangsa kita yg lebih cerah


2. Merdeka

Hingga detik ini berjuta ton darah sudah tertumpah

Hingga detik ini jutaan nyawa telah terbang

Hingga detik ini jutaan tulang belulang sudah awut-awutan

Dari sebuah raga yg harus dibayarnya

Demi merealisasikan kemerdekaan Indonesia

Demi mewujudkan satu kata

Yakni Merdeka…

Detik ini pula Indonesia sudah bebas

Detik ini pula bangsa kita telah merdeka

Bangsa yg besar kini sudah lahir

Dengan semangat para pejuang

Yang mengorbankan tetesan darah juangnya

Yang mengorbankan tetesan air mata juangnya

Dan jiwa-jiwa yg terbayarkan

Yakni hanya demi satu kata

Merdeka…

Yang tak terhitung jumlah jiwa yg gugur

Gugur di medan pertempuran

Mengorbankan darah segarmu merasuk ke sela-sela tanah air

Dengan besar hati semua jasadmu tersenyum

Menyaksikan kemenangan yg tak akan pernah kau-sekalian nikmati di dunia

Karena semua ini demi satu kata

Merdeka


3. Antara Merdeka Atau Mati

Dari genangan darah yg tumpah di atas tanah air kita

Dari berjuta nyawa yg terbang

Di atas tanah yg tak bertuan

Yang dahulu ialah sebuah tanah lapang

Yang sudah menjadi medan perang

Para pejuang yg berteriak lantang

Untuk mengangkat tinggi kemenangan

Dengan gagah berani memegang senjata

Untuk melawan para penjajah yg kejam & hina

Yang tercipta menjadi dua kata untuk pilihan

Antara merdeka atau mati

Yang tiada lain selain itu

Kecuali pilih merdeka atau mati

Banyaknya hujan peluru yg membrondong tubuh kekarnya

Tetap berjuang tegak meski tubuhnya berlubang

Dengan tertembaknya peluru tajam ke tubuh

Bercucuran membanjiri medan perang

Meski nama-namamu tak ku kenal

Meski jasadmu terkubur pada gundukan tanah

Bahkan ragamu berantakan hancur lebur

Terkena ledakan senjata penghancur dikala perang

Namun kau hero sejati bangsa kami

Pahlawan tanpa tanda jasa

Pahlawan sejati

Yang sudah mengorbankan semua jiwa raganya

Demi untuk suatu hak kebebasan

Yakni sebuah kemerdekaan


Itulah beberapa kumpulan puisi kemerdekaan, yg terdiri dr puisi kemerdekaan ihwal usaha & kepahlawanan. Dengan mempelajari puisi kemerdekaan kita akan kian memiliki jiwa nasionalisme & patriotisme yg besar lengan berkuasa.

Dan mudah-mudahan negara Indonesia semakin menghargai jasa para pahlawan kita yg telah berjuang & gugur di medan perang. Karena tanpa perjuangan mereka kita tak akan pernah mencicipi bebasnya dr penjajah bangsa lain, untuk itu kita sebagai gantinya mengingat jasa para jagoan kita dgn mengabadikan nama-nama dr pendekar. Tidak cuma itu saja masih banyak cara yang lain mirip membuat puisi kemerdekaan ini.

Beberapa puisi diatas ialah puisi kemerdekaan yg menggambarkan mengenai proses panjang yg ada di dalamnya. Kata merdeka tak dibayar dgn satu atau dua petak ladang.

Dengan banyak nyawa, dgn banyak air mata. Puisi kemerdekaan di atas akan memperlihatkan suatu nilai pelajaran mengenai sebuah penghormatan untuk kemerdekaan.

Puisi Kemerdekaan