Di antara lezat terbesar yg kelak diterima orang beriman yakni pertemuan-Nya dgn Rabb Semesta Alam. Inilah nikmat yg dinantikan, dirindu, didamba, & digandrungi oleh hamba-hamba-Nya yg shalih, beriman, shiddiq, & para syuhada’.
Bagi kita yg amalnya biasa-umumsaja, insya Allah ada kesempatan untuk berjumpa dgn Allah Ta’ala. Selain dgn iman & amal shalih sebagaimana disebutkan dlm surat al-Kahfi [18] ayat 110, ada dua hal yg mesti disediakan biar layak bertemu dgn Allah Ta’ala.
Daftar Isi
Bertaubat
Inilah antisipasi pertama yg sifatnya wajib. Ialah meratapi dosa yg telah dilakukan sepanjang umur yg diberikan. Baik dosa tatkala sendiri atau di keramaian, dosa kecil atau besar, dosa yg disengaja atau tidak, & semua dosa yg tidak mungkin disebut satu persatu.
Pun dosa-dosa yg dilakukan oleh otak (asumsi), hati (jiwa), kedua mata, kedua telinga, hidung, mulut (lisan), tangan, kaki, hingga kemaluan & organ tubuh yg lainnya. Kita mesti bertaubat dr semua dosa tersebut dgn taubat yg benar-benar (taubatan nasuha).
Berlaku dlm pasal taubat ini, ialah syarat-syarat yg sudah disebutkan oleh ulama-ulama penerus para Nabi. Yaitu menyesali, bermaksud tak mengulangi, & bergegas melakukan amal shalih serta menyelesaikannya jika terkait dgn hak sesama.
Perbanyak Ibadah
Ibadah ini terdiri dr wajib & sunnah. Harus dilakukan semua & tak menatap sepele kepada sekecil apa pun ibadah yg termasuk sunnah. Sebab, amalan-amalan sunnah yg dilakukan beriringan dgn ibadah wajib seorang hamba adalah jalan yg akan semakin mendakatkannya pada Allah Ta’ala.
Ketika seorang hamba akrab dengan-Nya, maka dia akan selalu melindungi sang hamba dr berbagai jenis dosa, maksiat, & tindakan jelek lainnya. Dialah sebaik-baik Pelindung & Pembela yg tiada tandingannya.
Dalam melaksanakan ibadah sunnah, hendaklah mengamati prioritas. Mendahulukan yg utama, mengakhirkan yg kurang utama. Tapi, jangan hingga meremehkan, walaupun suatu sunnah terkesan sederhana dlm kaifiatnya.
Sebab, melaksanakan semua amalan sunnah yakni garansi dr Nabi bahwa orang tersebut mencintainya. Dan semua orang yg mencintainya, maka orang tersebut berhak bersama dgn sang Nabi mulia, kelak di surganya.
Kiat untuk melakukan dua persiapan ini, tutur Imam al-Harits al-Muhasiibi, ialah memendekkan angan-angan dgn senantiasa mempertimbangkan maut. Bahwa maut itu amat akrab & misterius. Sehingga, fikiran & hati akan selalu terhubung dgn darul baka yg agung. Wallahu ‘alam. [Pirman/Wargamasyarakat]