“Orang mukmin yg paling sempurna imannya merupakan yg paling baik akhlaqnya, & sebaik-baik ananda yakni yg paling baik pada istrimu.” (HR. Tirmidzi no. 2537)
Semua orang pasti menginginkan hidup bahagia sesuai dgn syariat-Nya. Terlebih bagi yg sudah menikah, karena perjalanan panjang manusia tak terlepas dr campur tangan keluarga. Setiap laki-laki menginginkan istri yg bertaqwa & berhati mulia, demikian pula wanita mendambakan suami yg menuntun keluarga ke jalan surga yg dijanjikan-Nya.
Adakalanya seorang suami bagi istri & anaknya menjadi banyak sekali tokoh, tatkala di depan ia sebagai “panglima” dlm meniti jalan ke surga-Nya, ia memimpin untuk selalu antusiasdlm keteguhan tatkala menghadapi “onak & duri” yg ada dihadapannya. Tatkala di belakang ia sebagai “supporter” dlm hal kebaikan, ia mendorong dgn ilmu agamanya & tauhidnya untuk menawarkan dampak konkret bagi dirinya & keluarga. Tatkala di samping kanan ia sebagai seorang “ustadz” yg senantiasa bersanding mengajarkan kebaikan, ketaqwaan, & ketekunan dlm menempuh kehidupan. Ia selalu menggandeng anggota keluarga untuk selalu berlomba-lomba dlm kebaikan. Tatkala di samping kiri ia sebagai “penegak aturan” ia senantiasa mencegah dgn kelembutan tatkala ada anggota keluarga yg menyimpang, senantiasa mencegah dlm kemungkaran tatkala banyak godaan setan.
Berikut sebagian sifat-sifat suami shalih yg layak diteladani:
- Suami yg shalih ialah yg beraqidah higienis, ia selalu menawarkan pencerahan dlm ketauhidan, senantiasa mengesakan Allah SWT & menjauhkan keluarga dr segala kesyirikan sekecil apapun. Misalnya: memberikan tauladan bahwasanya yg menawarkan nikmat hanyalah Allah SWT
- Suami yg shalih yakni yg beribadah dgn benar, ia senantiasa mendidik keluarganya dgn visi misi “beribadah tanpa letih, melakukan pekerjaan meraih pahala”. Misalnya: memperlihatkan pengajaran ihwal tata cara wudlu yg benar, sholat yg benar sebab itu termasuk ibadah yg pertama dihisab.
- Suami yg shalih yaitu yg berakhlaq mulia, ia senantiasa memperlakukan istri & pula anak-anaknya dgn sifat-sifat yg terpuji. Misalnya: memperlakukan istri dgn tabah dlm setiap kesalahan-kesalahan istrinya & memperlakukan istrinya dgn kelembutan & sarat maaf ketika istri di penuhi dgn emosi & kemarahan, bertutur kata dikala menunjukkan secercah nasihat berfaedah
“…dan bergaullah dgn mereka dengan-cara baik…” (QS. An-Nisaa’:19)
“Sebaik-baik kalian yakni kalian yg terbaik terhadap isterinya. Dan gue ialah yg terbaik diantara kalian terhadap isteriku.” (HR. Ibnu Majah no. 1967).
- Suami yg shalih adalah yg berfisik besar lengan berkuasa melakukan dgn faedah, ia bisa memakai jasmani yg merupakan amanah dr Allah SWT untuk senantiasa menjadi pemimpin di dlm rumah tangganya, ia bagaikan “raja” di dlm rumah tangganya, bisa memperhatikan hak & kepentingan rakyatnya, dlm hal ini ialah istrinya & anaknya. Mampu melindungi dr bahaya dosa & akhlaq tercela. Misalnya: tak “main tangan” terhadap istri & anak-anaknya, mempergunakan jasmani besar lengan berkuasa untuk mengajarkan anak-anak berolahraga yg dicontohkan Rasulullah SAW, menafkahi istri dgn melakukan pekerjaan halal.
“Kaum laki-laki (suami) itu ialah pemimpin bagi kaum wanita (istri), oleh karena Allah sudah melebihkan sebagian mereka (suami) atas sebagian yg lain (istri), & karena mereka (suami) telah menafkahkan sebagian dr harta mereka.” (QS. An-Nisaa’: 34)
“Apabila seorang muslim memperlihatkan nafkah pada keluarganya dgn mengharap keridloan Allah maka baginya Shadaqah.” (HR. Bukhari no. 4932).
- Suami yg shalih adalah yg cerdas dlm berpikir, dgn nikmat otak yg diberikan Allah SWT ia bisa membuat dirinya, istrinya & anak-anaknya mencintai ilmu, menguasai ilmu & mampu mengamalkannya, sehingga berguna bagi keluarganya & sarana menuju nirwana yg dijanjikan-Nya. Misalnya: menyelenggarakan ta’lim setiap selesai pekan, mengajak istri & anak mendatangi pengajian, mengamalkan amalan-amalan sunnah yg dicontohkan.
- Suami yg shalih yakni yg bisa mampu berdiri diatas kaki sendiri dlm ekonomi, ia bisa membahagiakan istri & anak-anaknya dlm hal duniawi & ukhrowi. Ia akan memberi istri & anak-anaknya hanya dgn harta yg halal dr hasil ketekunan dlm bekerja. Sehingga hasil jerih pengorbanan menjadi barakah & sa’adah bagi diri & keluarganya. Misalnya: berjualan dgn kejujuran, mengajarkan ilmu yg bermanfaat, dll. “Hendaklah ananda (suami) memberi makan istri apabila kau-sekalian makan, & kau-sekalian beri busana kepadanya bila kamu-sekalian berpakaian, & jangan kamu-sekalian pukul mukanya, & jangan kau-sekalian jelekkan beliau, & jangan kau-sekalian jauhi melainkan di dlm rumah.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, & yg lainnya).
- Suami yg shalih yaitu yg berjuang melawan hawa nafsu, ia mampu bersikap bijaksana & mulia dlm tindakannya, menghargai pertimbangan istrinya, & kalau terjadi perbedaan pendapat akan disikapi dgn kelembutan & penuh kecintaan, kemudian mencari titik temu bersama dlm rangka melaksanakan perintah & menjauhi segala apa yg di larang oleh Allah SWT. Misalnya: tatkala sedang dilanda pertengkaran hendaklah suami menahan & melawan hawa nafsu yg menggebu-gebu, mengambil air wudlu & bersimpuh pada Yang Maha ‘Afwu’
- Suami yg shalih yakni yg arif memakai waktu, ia mampu menunjukkan waktu meski dlm kegiatan, memanfaatkan waktu dlm mengajarkan teladan yg menarik, sifat terpuji yg disertai oleh anak-anak & istri, bisa menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik di waktu senggang, & mengajak istri & anak-anaknya untuk saling berbagi ilmu & pesan yang tersirat dlm hidup. Misalnya: memperlihatkan waktu sore hari untuk berkumpul, mendengarkan dongeng & pesan tersirat istri & anaknya, menyisakan waktu untuk bertadabur alam mengagumi kekuasaan Yang Maha Penyayang.
- Suami yg shalih adalah yg disiplin dlm segala hal, ia mampu mengontrol diri sendiri dlm bekerja, beribadah, berkumpul dgn keluarga. Tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk hal yg negatif sebab ia tahu bahwa kedisiplinan yakni ciri orang yg beriman & menghargai segala hal. Misalnya: menunaikan sholat tepat waktu, menjaga kebersihan lingkungan, menginformasikan istri tatkala pulang kerja telat.
- Suami yg shalih yakni yg berfaedah bagi orang lain, ia mampu menjaga amanah yg di berikan kepadanya, & istri yaitu amanah yg diberikan pada seorang laki-laki yg menjadi suaminya. Sehingga suami haruslah menawarkan manfaat walaupun hanya kecil maka akan mendapatkan ganti dr Allah SWT yg berlipat. Misalnya: mengajak istri & anak berkunjung ke rumah mertua, menjenguknya, mendoakannya.
“Wanita shalihah menyerupai perhiasan mulia, ia terjaga oleh empunya (suami), terbungkus cinta nrimo, didambakan dlm kebaikan, dihargai dgn akhlaq terpuji, & berperan mendidik keturunan”