10 Contoh Puisi Toto ST. Radik

Toto St Radik & Contoh Puisinya – Siapakah penyair yg berasal dr Serang, Banten ini? Toto St Radik lahir di Singarajan, Serang, pada tanggal 30 Juni 1965 dr pasangan H. Mohamad Suhud & Hj. Ratu Tuchaeni. Semasa kecil, penyair yg pula budayawan ini menempuh pendidikan dasar & menengahnya di Kota Serang. Kemudian, ia melanjutkan ke IKIP Bandung & Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, tetapi tak hingga lulus. ia baru menemukan gelar kesarjanaannya di Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten Pada tahun 1992.

Pria yg menikah dgn Babay Herlina & dikaruniai dua orang anak (Radika Dzikru Bungapadi & Rara) ini sudah mulai meminati dunia sastra dengan-cara belajar sendiri selepas menamatkan Sekolah Menangah Atas di Serang. Sementara bidang keteateran dikenalnya tatkala mengikuti Acting Course di Studiklub Teater Bandung (STB) semasa kuliah di Bandung. “Kehausan” akan dunia sastra & teater inilah yg menjadikannya rajin mengikuti pertemuan sastra di aneka macam kota. Hasilnya, ia pun akhirnya menjadi seorang penyair populer dgn puluhan hasil karya berikut sejumlah penghargaan dr banyak sekali institusi, diantaranya yaitu KSI Awards atas kumpulan puisinya berjudul Indonesia Setengah Tiang (2000).

Selain sebagai penyair, Toto pula menerjuni dunia jurnalistik. Pada tahun 1987 hingga 1998 ia pernah menjadi wartawan di Harian Sinar Pagi Jakarta. Kemudian, menjadi pendiri sekaligus pemimpin redaksi tabloid pelajar/ mahasiswa Bantenpos (1993-1994). Dan, menjadi pendiri sekaligus pemimpin redaksi Jurnal Sastra & Budaya Lingkaran (1997-1998). Selanjutnya, ia mengabdikan dirinya pada negara dgn menjadi Pegawai Negeri Sipil di BKKBN kemudian pindah ke Dinas Pariwisata Kota Serang hingga sekarang.

Di sela-sela kesibukannya selaku Pegawai Negeri Sipil tersebut, Toto aktif mengajar puisi dengan-cara sukarela di Sanggar Sastra Serang yg berhubungan dgn Majalah Horison & Majelis Puisi Rumah Dunia serta menjadi anggota Komunitas Sastra Indonesia. Selain itu, ia pula tetap menulis puisi yg dipublikasikan pada berbagai media cetak di Jakarta, Bandung, Surabaya, Lampung, maupun Banten. 



Beberapa karya sastranya diantaranya ialah: Jejak Tiga (Serang: Azeta, 1998), Ode Kampung Cermin (Serang: Lingkar Sastra & Teater, 1995), Negeri Bayang-Bayang (Surabaya: Yayasan Seni Surabaya, 1996), Mencari & Kehilangan (Serang: Lingkaran Sastra & Teater, 1996), Dari Bumi Lada (Lampung: Dewan Kesenian Lampung, 1996), Cermin Alam (Bandung: Forum Sastra Bandung & Taman Jawa Barat, 1996), Antologi 10 Penyair Jawa Barat (1996), Antologi Puisi Indonesia 1997 (Bandung: Angkasa, 1997), Bebegig (Serang: Lingkaran Sastra & Teater, 1998), Indonesia Setengah Tiang (Tangerang: Komunitas Sastra Indonesia, 1999), Resonansi Indonesia (Tangerang: Komunitas Sastra Indonesia, 2000), Datang dr Masa Depan (Tasikmalaya: Sanggar Sastra Tasik, 2000), Puisi (Jakarta: Yayasan Puisi, 2001), Sajadah Kata (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2001), Konser Ujung Pulau (Lampung: Dewan Kesenian Lampung, 2002), Jus Tomat Rasa Pedas (Serang: Sanggar Sastra Serang & Suhud Sentrautama, 2003), & Pangeran [Lelaki yg Tak Menginginkan Sorga] (Serang: Rumah Dunia, 2004).

  Puisi Hari Jumat Sarat Berkah Banyak Pahala

Berikut 10 Contoh Puisi dr Toto ST. Radik yg bisa Sobat simak.




selamat pagi, cintaku
tanah sebelah mana lagikah
bakal kau tanam pabrikpabrik
dan mimpi buruk?

kuntum mawar tanggal dr tangkai
kehilangan arah di warung warung kelam
mencari harum dalam botolbotol parfum
yang kau jaja dgn gairah berlebihan

ah, mabuk iklan perkembangan
betapa gampang & murah cinta kau gadaikan
dari detik ke detik: deru mesin, rintih pohon!
selamat siang, cintaku

kampung yg mana lagikah
bakal kau kirim ke belantara keasingan
dan kekosongan?


matahari kini serupa jarum jarum menusuki
ubun ubun, rumputan kehilangan embun
dan lalatlalat kotor berkerumun
memperkosa mawar yg menjeritkan nyeri
sedang angin cuma lintas. ah, hanya lintas
lihatlah, langitmu hangus terbakar
dan di dasar ciujung batubatu telah mati!


selamat malam, cintaku
lampu lampu menyala sepanjang jalan raya
tetapi kenapa kau tikam bulan
mengekalkan semak belukar & bunga bunga
dalam gulita peradaban?

astaga, rumahku pun kini kau kubur
dan sawah sepetak bagi anak anakku kelak
kau sihir menjadi diskotik mainan duniawi
ah, tiba tiba kau-sekalian begitu asing bagiku!
dari sisa pecahan bulan & mawar di trotoar
kutulis sajak sajak kematianmu


Serang, Oktober 1994



Kota yg Berpurapura

siapakah menuliskan nama nama Tuhan
di bawah lampu lampu yg lucu?
kota terayun dlm mimpi hitam
menjauh dr cahaya bantu-membantu
terperangkap dlm keasingan

sepanjang jalan
Tuhan kehilangan manusia
tak pernah ada perjumpaan
cuma tiang tiang besi
yang berpura pura mengucapkan doktrin


Serang, 2002




: ahmad syubbanuddin alwy
tetapi di sini pun terus tengkar, kakang
di antara kilau & dencing gobang
tanah sudah tandus & kerontang

: menumbuhkan pohonpohon asing & jahat
burungburung sudah lama pergi
meninggalkan masjid & menara

lantas apa yg hendak kaucari di sini, kakang
di kampung yg akan menyekapmu dlm titik sunyi?
alasannya hujan cuma berlarian di udara
cuma berlarian di udara


Serang, 2008



Catatan Harian Seorang Penyair

di negeriku laki-laki tak patut menitikkan
air mata
cuma perempuan boleh bersedih
dan menangis
lelaki yakni prajurit: baja yg ditempa
di atas api
keras & padat & kejam menggenggam hidup
tak ada sepetak ruang & sejenak waktu
untuk mengajukan pertanyaan
wacana sesuatu yg sederhana
segalanya telah selesai
dalam kitab kalah atau menang
di negeriku lelaki tak patut menitikkan
air mata: gue pun pergi
ke negeri puisi
di mana kegembiraan & kesedihan
keraguan & cinta
tak ditampik atau menampik


Serang, 1998

Amsal Sebilah Pisau


pisau yg tergeletak di atas meja makan itu terisak duka
sudah berharihari tak ada apa pun, sekadar bawang merah
atau seekor cicak melintas, untuk dicincang
jamur karat membelukar di tubuhnya yg makin suram & renta
matanya yg tumpul masih berkilat karena siksa lapar
namun ruang & waktu yg mengepung dirinya hanya menurunkan sepi
seseorang meninggalkannya begitu saja di meja makan itu
tanpa peran tanpa mangsa
padahal begitu nyaring ia dengar suara erang daging & deras darah
yang muncrat di jalanjalan kelam dr jaman ke jaman
sejak qabil membantai habil
o, daging yg ranum darah yg harum
saya menginginkanmu di hari tuaku yg jelek ini! ratapnya
pedih dibekuk ingatan yg mendatanginya
bertubitubi
pisau yg tergeletak di atas meja makan itu meraung
sangsai
mirip putus asa
sudah berharihari ia tak menemu cara bunuh diri: menuntaskan
seluruh perjalanannya & memulai lagi pengelanaan baru
menyusuri jalanjalan kelam di dunia lain
bersama orangorang lain
selaku korban


Serang, 1998-1999


Di Tengah Ladang Jagung

di tengah ladang jagung
kuterjemahkan ayatayat cintamu
di antara gerak daundaun
dan dzikir embun


di tengah ladang jagung
saya lelaki dgn badan legam berkilau
dibakar matahari
dalam gairah cinta menggelegak

di tengah ladang jagung
saya penari yg khusyuk mengurai doa
menjadi beribu gerak di antara riak kenangan
kenyataan hari ini, & cita-cita masa depan

di tengah ladang jagung
di bukit yg jauh dr tahuntahun gaduh
dan usia kemarau, gue tengadah ke langit
menyerap seluruh cahaya


Serang, 1998

Majlis Makan Malam & Letupan di Masjid Istiqlal

saat lidah sibuk mengganyang 20 tusuk satay, ayam

bakar, laksa johor, semangka, & teh susu dalam
majlis makan malam di saujana yg amat berhormat
deto’ haji abdul ghani othman*), seseorang menikam
indera pendengaran kiriku: istiqlal diletupkan sebutir bom, tuan!
seketika itu juga, di tengah tarian & nyanyian
melayu yg mendayudayu, suguhan di atas meja
berkembang menjadi bangkai & genangan darah. malam mengerut
angin memusing, menghisap seluruh kesadaranku. seribu
verbal berdengungan mirip lebah gila, ditingkah bunyi
tawa yg berdenging tajam. gue muntah. tubuhku pun
meletup. kepingankepingannya beterbangan, melesat
melintas pulau & lautan. jatuh berkaparan di lantai dasar
masjid di antara kacakaca yang berpecahan & sengatan
bacin welirang


Johor Bahru Malaysia, 1999


Sawah Satu

  10+ Puisi Berantai 3 Orang Dan 4 Orang, MembuatKetawa

di sawah sunyi ini gue menanam
benih padi
menyelam ke dasar lumpur
membuka birahi bumi
dan menanam lagi
di sawah sunyi ini gue menari
sendiri
mengembara ke dasar doa
mereguk saripati bumi
dan menari lagi
di sawah sunyi ini gue rebah
pada tanah
menjemput gusar
menulis sejarah


Serang, 1999

Selat Johor

selat johor sediam watu dinihari
dirundung murung
di seberang
singapura yg kecil menyala
bagai kawanan kunangkunang liar
menyerbu mataku

menikam hatiku yg bolong
selat johor sediam watu
bulan tumpas tanpa jejak
segaris sinar
memancar dr dasar bahari
tegak lurus
mirip tombak yang menagih negeri
dan kudengar suara ibu memanggiliku

selat johor sediam watu
rinduku begitu gaduh


Johor Bahru Malaysia, 1999


Indonesia, Pada Sebuah Malam

indonesia — pada suatu malam yg jauh
bulan separuh. burung alap-alap memekikkan seluruh
nyanyian kepedihan & alamat-alamat kematian
sunyi pun tumbuh berkawan cemas
menjalar ke setiap rumah, mengetuk pintu-pintu
yang rapuh. & angin seperti bersekutu
menghunjamkan acuh taacuh, tajam bagai tatapan
sepasang mata kucing hitam. kemudian hujan
jatuh, berputar-putar dlm tarian tanpa irama
menderas tak tertahan menuju jantung kegelapan
mengisyaratkan angin kencang

indonesia — pada suatu malam sarat hujan
bulan tersingkir seperti memastikan kegelapan sihir
lolong anjing dr bukit-bukit jauh mengarungi
detik amarah yg bergelombang gaduh. bunga-bunga
berganti batu, dendang sayang berganti kibasan parang
semburan peluru & kobaran api. darah pun tumpah
di setiap jengkal tanah. mengalir ribuan kilometer
bareng airmata yg diam-diam menyimpan ingatan
sejarah negeri hijau. sobekan bendera terbakar
di atas meja perjudian. mantera-mantera, doa-doa, kutukan
seribu kata saling tindih saling cakar di antara
percakapan-percakapan gila sarat sandi


indonesia — pada suatu malam huru-hara

aku menundukkan kepala di kamar berdebu
membaca baris demi baris sajak-sajakku yg berlepasan
dari penjara kertas: melangkah di jalan-jalan berbatu!


Serang, 31.12.1996