Kumpulan Puisi Gus Mus – KH Mustofa Bisri atau yg lebih familiar dikenal sebagai Gus Mus merupakan Kyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan & cendekiawan muslim yang lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dr keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yg tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, ialah seorang ulama karismatik termasyur.
Dalam dunia perpuisian, Gus Mus mulai mengakrabinya dikala mencar ilmu di Kairo, Mesir. Tatkala itu Perhimpunan Pelajar Indonesia di Mesir membikin majalah. Salah satu pengasuh majalah adalah Gus Dur. Setiap kali ada halaman kosong, Mustofa Bisri diminta mengisi dgn puisi-puisi karyanya. Karena Gus Dur pula tahu Mustofa mampu melukis, maka, ia diminta bikin lukisan pula sehingga jadilah coret-coretan, atau kartun, atau apa saja, yg penting ada gambar pengisi halaman kosong.
Pada tahun 1987, tatkala menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Gus Dur membuat program Malam Palestina. Salah satu mata program yakni pembacaan puisi karya para penyair Timur Tengah. Selain pembacaan puisi terjemahan, pula dikerjakan pembacaan puisi aslinya. Gus Mus, yg fasih berbahasa Arab & Inggris, menerima tugas membaca karya penyair Timur Tengah dlm bahasa aslinya. Sejak itulah Gus Mus mulai bergaul dgn para penyair.
Sejak Gus Mus tampil di Taman Ismail Marzuki, itu kepenyairannya mulai dipertimbangkan di kancah perpuisian nasional. Undangan membaca puisi mengalir dr berbagai kota. Bahkan ia pula dipanggil ke Malaysia, Irak, Mesir, & beberapa negara Arab lainnya untuk berdiskusi problem kesenian & membaca puisi.
Kyai sekaligus penyair ini sudah melahirkan ratusan sajak yg dihimpun dlm lima buku kumpulan puisi: Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan & Tikus (1993), Rubaiyat Angin & Rumput (1994), & Wekwekwek (1995). Selain itu ia pula menulis prosa yg dihimpun dlm buku Nyamuk Yang Perkasa & Awas Manusia (1990).
Tentang kepenyairan Gus Mus, Sutardji Calzoum Bachri menilai, gaya pengucapan puisi Mustofa tak berbunga-bunga, sajak-sajaknya tak berupaya bercantik-cantik dlm gaya pengucapan. Tapi lewat kewajaran & kesederhanaan berucap atau berbahasa, yg berkembang dr ketidakinginan untuk mengada-ada. Bahasanya langsung, gamblang, tetapi tak mengakibatkan puisinya tawar atau klise. Sebagai penyair, ia bukan penjaga taman kata-kata. Ia penjaga & pendamba kearifan, kata Sutardji.
mana ada negeri sesubur negeriku?
sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, & jagung
namun pula pabrik, kawasan wisata, & gedung
perabot-perabot orang kaya didunia
dan burung-burung indah piaraan mereka
berasal dr hutanku
ikan-ikan pilihan yg mereka santap
bermula dr lautku
emas & perak aksesori mereka
digali dr tambangku
air bersih yg mereka minum
bersumber dr keringatku
majikan-majikan bangsaku
mempunyai buruh-buruh luar negeri
brankas-brankas ternama di mana-mana
menyimpan harta-hartaku
negeriku menumbuhkan konglomerat
dan mengikis habis kaum bangkrut
rata-rata pemimpin negeriku
dan handai taulannya
terkaya di dunia
mana ada negeri semakmur negeriku
penganggur-penganggur diberi perumahan
gaji & pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang
negara tanpa imbalan
rampok-rampok dibri anjuran
dengan kop sakti instansi
maling-maling diberi konsesi
tikus & kucing
dengan asyik berkolusi
(Mustofa Bisri 1414)
Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat
Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?
Kalau kamu sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau memanfaatkannya?
Kalau kamu sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kamu sempat menikmati hidup?
Kalau kamu sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?
Kapan kau sempat mempertimbangkan pantatmu?
Kalau kamu sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kamu menyadari joroknya?
Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kamu sibuk mempergunakan kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau sempat menunjukan kepintaranmu?
Kalau kamu sibuk menerangkan kepintaranmu saja
Kapan kau pandai?
Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kamu sempat mengambarkan cela-celanya?
Kalau kamu sibuk pertanda cela orang saja
Kapan kau menyadari celamu sendiri?
Kapan kau sempat merenungi sebab pertikaian?
Kalau kau sibuk merenungi alasannya pertengkaran saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya?
Kalau kau sibuk bermain cinta saja
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenungi arti cinta saja
Kapan kau bercinta?
Kapan kau sempat menyadari kebijakan khutbah?
Kalau kau sibuk dgn kebijakan khutbah saja
Kapan kamu akan mengamalkannya?
Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan yg kamu dzikiri?
Kalau kamu sibuk dgn keagungan yg kau dzikiri saja
Kapan kamu kan mengenalnya?
Kapan kamu sempat mempertimbangkan bicaramu?
Kalau kau sibuk menimbang-nimbang bicaramu saja
Kapan kau memahami arti bicara?
Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau memuisi?
(Kalau kau sibuk dgn kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?
Kalau kamu sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau sampai intinya?
Kalau kamu sibuk dgn pada dasarnya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kamu sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kamu bersatu denganNya?)
“Kalau kau sibuk mengajukan pertanyaan saja
Kapan kamu mendengar tanggapan!”
1987
Kalau istriku tak kawin denganku
Dia bukan istriku pasti
Aku kebetulan mencintainya
Diapun mencintaiku
Seandainya pun gue tak mencintainya
Dan ia tak mencintaiku pula
Dia tetap istriku
Karena ia kawin denganku
1987
Ketika gue kecil & menjadi muridnya
Dialah di mataku orang paling besar & terpintar
Ketika gue besar & menjadi pandai
Kulihat ia begitu kecil & lugu
Aku menghargainya dahulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini gue tak tahu
Menghargai guru?
1987
Orang penting lain dgn orang lain
Dia beda karena pentingnya
Bicaranya penting diamnya penting
Kebijaksanaannya penting
Ngawurnya pun penting
Semua yg ada padanya penting
Sampai pun yg paling tak penting
Jika tak penting lagi
Dia sama dgn yg lain saja
1987
Antara kaya & miskin tentu kamu memilih miskin
Lihatlah kamu seumur hidup tak pernah merasa kaya
Lihatlah kamu seumur hidup mati-matian menjaga kematian
Antara perang & damai pasti kamu memilih damai
Lihatlah kamu habiskan umurmu berperang demi perdamaian
Antara beradab & biadab tentu kau menentukan beradab
Lihatlah kau habiskan umurmu menyembunyikan kebiadaban dlm peradaban
Antara nafsu & nurani tentu kamu memilih nurani
Lihatlah kamu hingga menyimpannya rapi jauh dr kegelisahan dunia ini
Antara dunia & akhirat pasti kamu memilih akhirat
Lihatlah kamu sampai menamakan amal-dunia sebagai amal akhirat
Antara ini & itu
Benarkah kau memilih itu?
1410/1989
Brentilah menyanyi sendu
tak menentu
wacana gunung-gunung & kerikil
mega-mega & awan kelabu
tentang bulan yg gagu
dan wanita yg berangasan
Brentilah bersembunyi
dalam simbol-simbol bencong
Brentilah menganyam-anyam maya
mengindah-indahkan cinta
membengkak-besarkan rindu
Brentilah menyia-nyiakan daya
mengejar-ngejar orgasme dgn tangan kelu
dengan angan-angan tanpa arah
Tengoklah kanan-kirimu
Lihatlah kelemahan di mana-mana
menciptakan lelap & kalap siapa pun
Lihatlah kekalapan & kelelapan merajalela
membabat segalanya
Lihatlah segalanya semena-mena
mengkroyok & membiarkan nurani tak berdaya
Bangunlah
Asahlah huruf-hurufmu
Celupkan baris-baris sajakmu
dalam cahya dzikir & doa
Lalu tembakkan kebenaran
Dan biarlah Maha Benar
yang menghajar kepongahan gelap
dengan mahacahyaNya
1414
cintaku kepadamu belum pernah ada misalnya
cinta romeo pada juliet, si majnun qais pada laila
belum apa-apa
temu-pisah kita lebih berarti
dibanding temu-pisah yusuf & zulaikha
rindu-dendam kita melebihi rindu dendam adam hawa
yang lari-tiba bagimu
hujan yg berkilat & berguruh mendungmu
saya ialah amis bungamu
luka berdarah-darah durimu
semilir sampai angin ribut anginmu
aku adalah kicau burungmu
kabut puncak gunungmu
tuah tenungmu
saya adalah titik-titik hurufmu
karakter-karakter katamu
kata-kata maknamu
aku ialah sinar silau panas
dan bayang-bayang hangat mentarimu
bumi pasrah langitmu
aku adalah jasad ruhmu
fayakun kunmu
aku yakni a-k-u
k-a-u
mu
Rembang, 30.9.1995
jadi apa lagi
yang mampu kita kerjakan
bila mata sengaja dipejamkan
telinga sengaja ditulikan
nurani mati rasa
?
terlebih
yang bisa kita kerjakan
bila kepentingan lepas dr kendali
hak lepas dr tanggung jawab
perilaku lepas dr rasa malu
pergaulan lepas dr persaudaraan
logika lepas dr budi
?
apalagi
yang mampu kita lakukan
bila pernyataan lepas dr kenyataan
komitmen lepas dr bukti
hukum lepas dr keadilan
kebijakan kepas dr kebijaksanaan
kekuasaan lepas dr koreksi
?
terlebih
yang mampu kita lakukan
bila kata kehilangan makna
kehidupan kehilangan sukma
insan kehilangan kemanusiaannya
agama kehilangan Tuhan nya
?
apalagi, kerabat
yang mampu
kita kerjakan
?
Allah,
kalau saja itu semua
bukan kemurkaan dr Mu terhadap kami
kami tak peduli
Rembang, permulaan Dzulhijjah 1418 / 1998