Emha Ainun Nadjib & Contoh Puisinya – Cak Nun lahir di Djombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953. Ia merupakan anak keempat dr 15 bersaudara. Pendidikan formalnya cuma berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya ia pernah ‘diusir’ dr Pondok Modern Gontor Ponorogo lantaran melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya & tamat Sekolah Menengan Atas Muhammadiyah I. Istrinya yg sekarang, Novia Kolopaking, diketahui selaku eks seniman film, panggung, serta penyanyi.
Emha Ainun Nadjib yg erat dipanggil Cak Nun yaitu seorang seniman, budayawan, intelektual muslim, & pula penulis asal Jombang, Jawa timur. Ia merangkum & menggabungkan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik & sinergi ekonomi.
Emha Ainun Nadjib yg erat dipanggil Cak Nun yaitu seorang seniman, budayawan, intelektual muslim, & pula penulis asal Jombang, Jawa timur. Ia merangkum & menggabungkan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik & sinergi ekonomi.
Berikut 10 Puisi Cak Nun yg mampu Sobat simak.
Gerhana rembulan hampir total
Dalam kegelapan
orang tak memiliki pedoman yg jelas untuk melangkah
akan kemana melangkah & bagaimana melangkah?
Kita mengutuk perampok dgn cara mengincarnya untuk kita rampok balik!
Kita mencerca maling dgn sarat kebencian kenapa bukan kita yg maling!
Siapakah selain setan, iblis & Dajjal?!
yang menolak husnul khotimah insan
yang memblokade pintu sorga yg menyorong mereka mendekat ke pintu neraka
Yang kita bangkitkan bukan pembaharuan kebersamaan
melainkan asyiknya perpecahan!
yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan
namun menggelegaknya kecurigaan!
yang kita rintis bukan cinta & ketulusan
melainkan praduga & fitnah!
biarlah gue yg terus berupaya
mengetuk pintu rumahMu
kalau tak bersedia Engkau
memandang wajahku
biarlah para kekasih rahasiaku
yang mengusap usap kepalaku
akibatnya gue tempuh
jalan yg sunyi
mendendangkan lagu sunyi
sendiri di lubuk hati
Ambillah…ambillah
akan ku mintakan izin
kepada Allah yg memiliknya
alasannya adalah toh… bukan diriku ini
yang ku inginkan & ku rindukan
Begitu kau-sekalian bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali kamu-sekalian bersujud, setiap kali
pula telah kau-sekalian dirikan masjid
Wahai, betapa mengagumkan, berapa ribu masjid
sudah kau bangun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
Di dlm sinar-Mu
Segala soal & wajah dunia
Tak menimbulkan apa-apa
Aku sendirilah yg menggerakkan laris
Atas nama-Mu
Kuambil sikap, total & tuntas
maka getaranku
Adalah getaran-Mu
lenyap segala dimensi
baik & buruk, kuat & lemah
Keutuhan yg ada
Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: merupakan pisang yg berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yg mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yg tak memimpin
malam gelap gulita
dan di dlm kegelapan
segala yg buruk terjadi
orang tak mampu memandang wajah orang yang lain dengan-cara terperinci
orang menduga kepala yaitu kaki
orang menduga utara yaitu selatan
orang betabrakan satu sama lain
orang tak sengaja menjegal satu sama lain
atau bahkan sengaja saling menjegal satu sama lain
dan di dlm kegelapan
segala yg buruk terjadi
orang tak mampu memandang wajah orang yang lain dengan-cara terperinci
orang menduga kepala yaitu kaki
orang menduga utara yaitu selatan
orang betabrakan satu sama lain
orang tak sengaja menjegal satu sama lain
atau bahkan sengaja saling menjegal satu sama lain
Dalam kegelapan
orang tak memiliki pedoman yg jelas untuk melangkah
akan kemana melangkah & bagaimana melangkah?
Kaki kita sudah berlari kesana kemari
tetapi akal anggapan kita belum hati nurani kita belum
kita masih merupakan anak-anak dr orde yg kita kutuk di mulut
tetapi pemikiran-ajarannya kita biarkan hidup subur di dlm aliran darah & jiwa kita
tetapi akal anggapan kita belum hati nurani kita belum
kita masih merupakan anak-anak dr orde yg kita kutuk di mulut
tetapi pemikiran-ajarannya kita biarkan hidup subur di dlm aliran darah & jiwa kita
Kita mengutuk perampok dgn cara mengincarnya untuk kita rampok balik!
Kita mencerca maling dgn sarat kebencian kenapa bukan kita yg maling!
Kita mencaci penguasa lalim dgn berjuang keras
untuk mampu menggantikannya!
untuk mampu menggantikannya!
Kita membenci para pembuat dosa besar dgn cara setan
yakni melarangnya untuk menyesal & bertobat!
yakni melarangnya untuk menyesal & bertobat!
Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dgn cara menggusur!
kita menolak pemusnahan dgn merancang pemusnahan-pemusnahan
kita menghujat para penindas dgn riang gembira!
selaku mana Iblis yakni kita halangi bisnisnya
untuk memperbaiki diri
kita menolak pemusnahan dgn merancang pemusnahan-pemusnahan
kita menghujat para penindas dgn riang gembira!
selaku mana Iblis yakni kita halangi bisnisnya
untuk memperbaiki diri
Siapakah selain setan, iblis & Dajjal?!
yang menolak husnul khotimah insan
yang memblokade pintu sorga yg menyorong mereka mendekat ke pintu neraka
Sesudah ditindas kita merencanakan diri untuk menindas!
Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti memperbudak!
Sesudah dihancurkan kita susun barisan untuk merusak!
Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti memperbudak!
Sesudah dihancurkan kita susun barisan untuk merusak!
Yang kita bangkitkan bukan pembaharuan kebersamaan
melainkan asyiknya perpecahan!
yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan
namun menggelegaknya kecurigaan!
yang kita rintis bukan cinta & ketulusan
melainkan praduga & fitnah!
Yang kita perbaharui bukan penyembuhan luka
melainkan planning-planning panjang untuk menyelenggarakan perang kerabat!
melainkan planning-planning panjang untuk menyelenggarakan perang kerabat!
Yang kita kembang suburkan ialah kebiasaan menyantap bangkai kerabat-saudara kita sendiri
kita tak memperluas cakrawala dgn menabur cinta
melainkan mempersempit dunia kita sendiri dgn lubang-lubang kebencian & iri hati
kita tak memperluas cakrawala dgn menabur cinta
melainkan mempersempit dunia kita sendiri dgn lubang-lubang kebencian & iri hati
Akhirnya gue tempuh
jalan yg sunyi
mendendangkan lagu sunyi
sendiri di lubuk hati
puisi yg gue sembunyikan dr kata kata
cinta yg tak kutemukan
penutupnya…kalau memang tak mampu
jalan yg sunyi
mendendangkan lagu sunyi
sendiri di lubuk hati
puisi yg gue sembunyikan dr kata kata
cinta yg tak kutemukan
penutupnya…kalau memang tak mampu
kau temukan wilayahku
biarlah gue yg terus berupaya
mengetuk pintu rumahMu
kalau tak bersedia Engkau
memandang wajahku
biarlah para kekasih rahasiaku
yang mengusap usap kepalaku
akibatnya gue tempuh
jalan yg sunyi
mendendangkan lagu sunyi
sendiri di lubuk hati
puisi yg gue sembunyikan dr kata kata
cinta yg tak kutemukan
penutupnya
cinta yg tak kutemukan
penutupnya
Mungkin engkau
memerlukan darahku
untuk melepas dahagamu
mungkin kau-sekalian butuh kematianku
untuk menegakkan hidupmu
memerlukan darahku
untuk melepas dahagamu
mungkin kau-sekalian butuh kematianku
untuk menegakkan hidupmu
Ambillah…ambillah
akan ku mintakan izin
kepada Allah yg memiliknya
alasannya adalah toh… bukan diriku ini
yang ku inginkan & ku rindukan
Dalam Sampai sunyiMu
Agar lindap, agar tatap
Dari hunjung merapat
Rinduku terbang
Menebus senyap bayang
Rinduku burung malam
Menangkup cahaya: belakang layar bintang-bintang
Agar lindap, agar tatap
Dari hunjung merapat
Rinduku terbang
Menebus senyap bayang
Rinduku burung malam
Menangkup cahaya: belakang layar bintang-bintang
Kucabik mega, kucabik bunyi-suara
Betapa berat Kau di sukma
Agar Hati, semoga sauh di pantai
Sampai pula di getar Ini
Betapa berat Kau di sukma
Agar Hati, semoga sauh di pantai
Sampai pula di getar Ini
Begitu kau-sekalian bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali kamu-sekalian bersujud, setiap kali
pula telah kau-sekalian dirikan masjid
Wahai, betapa mengagumkan, berapa ribu masjid
sudah kau bangun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
berjulukan masjid, begitu kau-sekalian tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yg kau sodorkan pada
ridha Tuhan, berubah menjadi jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yg kau tanak & kau tuangkan
Setiap lembar rupiah yg kau sodorkan pada
ridha Tuhan, berubah menjadi jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yg kau tanak & kau tuangkan
ke piring keilahian, menjadi serakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yg kau taburkan untuk
cinta kasih keTuhanan, lahir menjadi kumandang suara adzan
Kalau kau-sekalian bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Dan setiap tetes air yg kau taburkan untuk
cinta kasih keTuhanan, lahir menjadi kumandang suara adzan
Kalau kau-sekalian bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau kamu-sekalian bawa matamu memandang yg dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Allah, engkaulah kiblat
Kalau kamu-sekalian pandang telingamu mendengar yg
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu menyayangi yg dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu menyayangi yg dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, murung deritamu bersujud
menjadilah kamu-sekalian masjid
1987
dan ramaimu bersujud, murung deritamu bersujud
menjadilah kamu-sekalian masjid
1987
Doa Sehelai Daun Kering
Janganku suaraku, ya ‘Aziz
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tak masuk akal gue merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu dikenang hanya sungguh sesekali
Sedangkan rahman rahimMu dikenang hanya sungguh sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung & gue kerdil
Engkau Maha Dahsyat & gue picisan
Engkau Maha Kuat & gue lemah
Engkau Maha Kaya & gue papa
Engkau Maha Suci & gue kumal
Engkau Maha Tinggi & gue rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Engkau Maha Agung & gue kerdil
Engkau Maha Dahsyat & gue picisan
Engkau Maha Kuat & gue lemah
Engkau Maha Kaya & gue papa
Engkau Maha Suci & gue kumal
Engkau Maha Tinggi & gue rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maíshum & gue bergelimang hawaí
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan gue terjerembab-jerembab
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan gue terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu tetapi bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering tetapi bertasbih kepadaMu
Aku budak yg kesepian namun yakin pada kasih sayang & pembelaanMu
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu tetapi bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering tetapi bertasbih kepadaMu
Aku budak yg kesepian namun yakin pada kasih sayang & pembelaanMu
Dari Bentangan Langit
Dari bentangan langit yg semu
Ia, kemarau itu, tiba kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !Mengekal tanah berbongkahan !
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yg senantisa diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yg hambar & tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO, 1997
dari Tuhan, yg senantisa diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yg hambar & tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO, 1997
ANTARA TIGA KOTA
di Yogya gue lelap tertidur
angin di sisiku mendengkur
seluruh kota pun bagai dlm kubur
pohon-pohon semua mengantuk
di sini ananda mesti berguru berlatih
tetap hidup sambil mengantuk
kemanakah mesti kuhadapkan tampang
supaya sebanding antara tidur & jaga?
Jakarta menghardik nasibku
seluruh kota pun bagai dlm kubur
pohon-pohon semua mengantuk
di sini ananda mesti berguru berlatih
tetap hidup sambil mengantuk
kemanakah mesti kuhadapkan tampang
supaya sebanding antara tidur & jaga?
Jakarta menghardik nasibku
melecut memukul pundakku
tiada ruang bagi diamku
matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku
jatuh bergelut debu
kemanakah harus juhadapkan paras
supaya sepadan antara tidur & jaga?
Surabaya mirip ditengahnya
tiada ruang bagi diamku
matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku
jatuh bergelut debu
kemanakah harus juhadapkan paras
supaya sepadan antara tidur & jaga?
Surabaya mirip ditengahnya
tak tidur mirip kerbau renta
tak pula membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku
yang hilang kembangnya
jikalau gue mendekatinya
kemanakah mesti kuhadapkan muka
biar sebanding antara tidur & jaga?
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997
tak pula membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku
yang hilang kembangnya
jikalau gue mendekatinya
kemanakah mesti kuhadapkan muka
biar sebanding antara tidur & jaga?
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997
Di dlm sinar-Mu
Segala soal & wajah dunia
Tak menimbulkan apa-apa
Aku sendirilah yg menggerakkan laris
Atas nama-Mu
Kuambil sikap, total & tuntas
maka getaranku
Adalah getaran-Mu
lenyap segala dimensi
baik & buruk, kuat & lemah
Keutuhan yg ada
Terpelihara dlm pasrah & setia
Menangis dlm tertawa
Bersedih dlm gembira
Atau sebaliknya
tak ada kekaguman, pujian, segala belenggu
Menangis dlm tertawa
Bersedih dlm gembira
Atau sebaliknya
tak ada kekaguman, pujian, segala belenggu
Mulus dlm nilai satu
Kesadaran yg lebih tinggi
Mengatasi fikiran & emosi
menetaplah, berbahagialah
Demi para tetangga
tetapi di dlm ananda kosong
Ialah wujud yg tak terucapkan, tak tertuliskan
Kugenggam kamu
Kesadaran yg lebih tinggi
Mengatasi fikiran & emosi
menetaplah, berbahagialah
Demi para tetangga
tetapi di dlm ananda kosong
Ialah wujud yg tak terucapkan, tak tertuliskan
Kugenggam kamu
Kau genggam gue
Jangan sentuh apapun
Yang menyebabkan noda
Untuk tak melepaskan, menggenggam lainnya
Berangkat ulang jengkal pertama
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997
Jangan sentuh apapun
Yang menyebabkan noda
Untuk tak melepaskan, menggenggam lainnya
Berangkat ulang jengkal pertama
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,1997
Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: merupakan pisang yg berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yg tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yg memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penindas
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam & insan
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanjat kebebasan
Dilanggarnya tradisi alam & insan
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanjat kebebasan
Ialah burung melayang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ceroboh
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ceroboh
Ialah siang yg tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengurus
Maka berdusta ia
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengurus
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yg mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yg tak memimpin
Ialah parasit raksasa yg menyanggupi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah usaha
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah usaha
Ialah api yg tak aben keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang mesti meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Orang mesti meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yg meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan kerikil ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Orang harus melemparkan kerikil ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yg tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia
1988
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia
1988
PENYAIR PUN BUKAN
Penyair pun bukan
Aku hanya tukang
Mengembarai hutan
Menggergaji kayu
Bikin ragangan
Mainan pesanan Tuhan
Penyair pun bukan
Mengembarai hutan
Menggergaji kayu
Bikin ragangan
Mainan pesanan Tuhan
Penyair pun bukan
Aku hanya pelayan
Meladeni cara
Meracik kata
Mengais diam-diam
Agar tak mati fana
Penyair pun bukan
Meladeni cara
Meracik kata
Mengais diam-diam
Agar tak mati fana
Penyair pun bukan
Aku hanya penyelam
Menukiki samudera
Pulang ke permukaan
Membawa kerikil purba
Untuk melempari cakrawala
1986
Menukiki samudera
Pulang ke permukaan
Membawa kerikil purba
Untuk melempari cakrawala
1986