✔︎ Jangan Dengarkan Asing

“Jangan Dengarkan Asing..!!”
Itulah yg diucapkan Bung Karno di tahun 1957 ketika ia mulai melakukan aksi atas politik kedaulatan modal. Aksi kedaulatan modal ialah suatu bentuk politik gres yg ditawarkan Sukarno selaku alternatif ekonomi dunia yg saling menghormati, suatu dunia yg saling menyadari keberadaan masing-masing, suatu dunia co-operasi, “Elu ada, gue ada” kata Bung Karno dikala berpidato dgn dialek betawi di depan para mahasiswa sepulangnya dr Amerika Serikat.
Pada tahun 1957, perlombaan imbas kekuasaan berkembangantara Sovjet Uni & Amerika Serikat, Sovjet Uni sudah berani masuk ke Asia pasca meninggalnya Stalin, sementara Mao sudah ambil ancang-ancang untuk menguasai seluruh daerah perbatasan Sovjet Uni dgn RRC di utara Peking. Bung Karno sudah menebak Amerika Serikat & Sovjet Uni niscaya akan rebutan Asia Tenggara. “Dulu Jepang ngebom Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai Tarakan, untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk penguasaan di kawasan Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal kemerdekaan politiek, tapi soal bagaimana menjadiken manusia yg didalamnya hidup terhormat & terjamin kesejahteraannya” kata Bung Karno dikala mendapatkan beberapa pembantunya sesaat sehabis pengunduran Hatta menjadi Wapres RI tahun 1956. Saat itu Indonesia merobek-robek kesepakatanKMB didorong oleh kelompok Murba, Bung Karno berani menuntut pada dunia Internasional untuk mendesak Belanda menyerahkan Irian Barat pada Indonesia “Kalau Belanda mau perang, kita jawab dgn perang” teriak Bung Karno ketika menyuruh Subandrio untuk melobi beberapa negara barat mirip Inggris & Amerika Serikat.

“Gerak adalah sumber kehidupan, & gerak yg diharapkan di dunia ini bergantung pada energi, siapa yg menguasai energi dialah pemenang” Ambisi terbesar Sukarno ialah mengakibatkan energi selaku puncak kedaulatan bangsa Indonesia, pada peresmian pembelian kapal tanker oleh Ibnu Sutowo sekitar tahun 1960, Bung Karno berkata “Dunia akan bertekuk lutut pada siapa yg punya minyak, heee….joullie (kalian =bahasa belanda) tau siapa yg punya minyak paling banyak, siapa yg punya penduduk paling banyak…inilah bangsa Indonesia, Indonesia punya minyak, punya pasar. Makara minyak itu dikuasai sarat oleh orang Indonesia untuk orang Indonesia, kemudian dr minyak kita ciptaken pasar-pasar dimana orang Indonesia menciptaken kemakmurannya sendiri”.
Jelas langkah Sukarno tak diminati Amerika Serikat, tetapi Moskow condong setuju pada Sukarno, dibandingkan dengan harus perang di Asia Tenggara dgn Amerika Serikat, Moskow memutuskan bersekutu dgn Sukarno, tetapi perpecahan Moskow dgn Peking bikin galau Sukarno. Akhirnya Sukarno memutuskan maju terus tampa Moskow, tampa Peking untuk berhadapan dgn kolonialis barat.
Di tahun 1960, Sukarno bikin heboh perusahaan minyak abnormal, ia panggil Djuanda, & suruh bikin susunan soal konsesi minyak “Kamu tau, semenjak 1932 gue berpidato di depan Landraad soal modal gila ini? soal bagaimana perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tak cuma berhadapan dgn kolonialisme tapi berhadapan dgn modal aneh yg memperbudak bangsa Indonesia, saya ingin modal abnormal ini dihentiken, dihancurleburken dgn kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri, bangsaku mesti bisa maju, mesti berdaulat di segala bidang, terlebih minyak kita punya, coba kau susun sebuah regulasi biar bangsa ini merdeka dlm pengelolaan minyak” urai Sukarno di depan Djuanda.
Lalu tak lama kemudian Djuanda menyusun surat yg kemudian ditandangani Sukarno. Surat itu kemudian dikenal UU No. 44/tahun 1960. isi dr UU itu amat luar biasa & memukul MNC (Multi National Corporation). “Seluruh Minyak & Gas Alam dijalankan negara atau perusahaan negara”. Inilah yg kemudian menjadi titik pangkal kebencian kaum pemodal aneh pada Sukarno, Sukarno jadi sasaran pembunuhan & orang yg paling diincar bunuh nomor satu di Asia. Tapi Sukarno tak gentar, di sebuah pertemuan para Jenderal-Jenderalnya Sukarno berkata “Buat apa memerdekakan bangsaku, bila bangsaku cuma tetap jadi budak bagi ajaib, jangan dengarken aneh, jangan mau dicekoki Keynes, Indonesia untuk bangsa Indonesia”. Tatkala laporan intelijen melapori bahwa Sukarno tak diminati atas UU No. 44 tahun 1960 itu Sukarno malah menyuruh ajudannya untuk membawa paksa seluruh administrator perusahaan abnormal ke Istana. Mereka takut pada bahaya Sukarno. Dan membisu panik.
Pada hari Senin, 14 Januari 1963 pemimpin tiga perusahaan besar datang lagi ke Istana, mereka dr perusahaan Stanvac, Caltex & Shell. Mereka meminta Sukarno membatalkan UU No.40 tahun 1960. UU usang sebelum tahun 1960 disebut sebagai “Let Alone Agreement” yg memustahilkan Indonesia menasionalisasi perusahaan gila, ditangan Sukarno perjanjian itu diubah agar ada celah bila asing macam-macam & tak memberiken kemakmuran pada bangsa Indonesia atas investasinya di Indonesia maka perusahaannya dinasionalisasikan. Para boss perusahaan minyak itu meminta Sukarno untuk mengganti keputusannya, tapi inilah jawaban Sukarno “Undang-Undang itu gue buat untuk membekukan UU lama dimana UU usang merupaken suatu fait accomply atas keputusan energi yg tak mampu menasionalisasikan perusahaan aneh. UU 1960 itu kubuat biar mereka tau, bahwa mereka bekerja di negeri ini mesti membagi hasil yg adil pada bangsaku, bangsa Indonesia” mereka masih ngeyel juga, tetapi bukan Bung Karno namanya tatkala didesak bule ia malah meradang, sambil menghantam meja & mengetuk-ngetukkan tongkat komando-nya lalu mengarahkan telunjuk pada bule-bule itu Sukarno berkata dgn bunyi keras :”Aku kasih waktu pada kalian beberapa hari untuk berpikir, bila tak mau gue berikan konsesi ini pada pihak lain negara..!” waktu itu ambisi terbesar Sukarno adalah menjadikan Permina (kini Pertamina) menjadi perusahaan terbesar minyak di dunia, Sukarno butuh investasi yg besar untuk menyebarkan Permina. Caltex disuruh menyerahkan 53% hasil minyaknya ke Permina untuk disuling, Caltex ditugaskan menunjukkan fasilitas penjualan & distribusi pada pemerintah, & menyerahkan modal dlm bentuk dollar untuk memasok kebutuhan investasi jangka panjang pada Permina.
Bung Karno tak berhenti begitu saja, ia pula menggempur Belanda di Irian Barat & mempermainkan Amerika Serikat, Sukarno tau apabila Irian Barat lepas maka Biak akan dijadikan pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik, & ini mengancam kedaulatan bangsa Indonesia yg gres tumbuh. Kemenangan atas Irian Barat merupakan kemenangan atas kedaulatan modal terbesar Indonesia, di barat Indonesia punya lumbung minyak yg berada di Sumatera, Jawa & Kalimantan sementara di Irian Barat ada gas & emas. Indonesia bersiap menjadi negara paling besar lengan berkuasa di Asia. Hitung-hitungan Sukarno di tahun 1975 akan terjadi booming minyak dunia, di tahun itulah Indonesia akan menjadi negara yg paling maju di Asia , maka obesesi paling besar Sukarno adalah membangun Permina sebagai perusahaan konglomerasi yg mengatalisator perusahaan-perusahaan negara yang lain di dlm struktur modal nasional. Modal Nasional inilah yg kemudian mampu dijadikan alat untuk mengakuisisi ekonomi dunia, di kalangan penggede ketika itu struktur modal itu diberi instruksi namanya sebagai ‘Dana Revolusi Sukarno”. Kelak empat puluh tahun kemudian banyak negara-negara kaya mirip Dubai, Arab Saudi, Cina & Singapura memakai struktur modal nasional & membentuk apa yg dinamakan Sovereign Wealth Fund (SWF) sebuah struktur modal nasional yg dipakai untuk mengakuisisi banyak perusahaan di negara asing, salah satunya apa yg dilakukan Temasek dgn menguasai saham Indosat.
Sukarno sungguh perhatian dgn seluruh tambang minyak di Indonesia, di satu sudut Istana samping perpustakaannya ia memiliki maket khusus yg menggambarkan posisi perusahaan minyak Indonesia, suatu hari dikala Bung Karno kehadiran Brigjen Sumitro, yg disuruh Letjen Yani untuk mengambil alih Brigjen Hario Ketjik menjadi Panglima Kalimantan Timur, Sukarno sedang berada di ruang khusus itu, lalu ia keluar menemui Sumitro yg dikirim Yani untuk sarapan dgn Bung Karno, ketika sarapan dgn roti cane dgn madu & beberapa obat untuk penyakit ginjal & diabetesnya, Sukarno berkata singkat pada Sumitro : “Generaal Sumitro saya titip rafinerij (rafineij = tambang dlm bahasa Belanda) di Kalimantan, ananda jaga baik-baik” begitu perhatiannya Sukarno pada politik minyak.
Kelabakan dgn keberhasilan Sukarno menguasai Irian Barat, Inggris memprovokasi Sukarno untuk main di Asia Tenggara & memancing Sukarno semoga ia dituduh sebagai negara agresor dgn mengakuisisi Kalimantan. Mainan usang ini kemudian pula dilakukan dgn memancing Saddam Hussein untuk mengakuisisi Kuwait sehingga melegitimasi penyerbuan pasukan Internasional ke Baghdad. Sukarno panas dgn tingkah laris Malaysia, negara kecil yg tak tau malu untuk dijadikan alat kolonialisme, namun Sukarno pula terpancing karena bagaimanapun armada tempur Indonesia yg diborong lewat agenda perang Irian Barat menganggur. Sukarno ingin mengetest Malaysia.
Tapi sial bagi Sukarno, ia justru digebuk Jenderalnya sendiri. Sukarno balasannya masuk perangkap Gestapu 1965, ia disiksa & kemudian mati menyedihkan, Sukarno yaitu seorang pemimpi, yg ingin menimbulkan bangsanya kaya raya itu dibunuh oleh konspirasi. Dan sepeninggal Sukarno bangsa ini sepenuhnya diambil alih oleh modal asing, tak ada lagi kedaulatannya & tak ada lagi kehormatannya.
Sukarno membuat landasan politik kepemilikan modal minyak, inilah yg harus diperjuangkan oleh generasi muda Indonesia, kalian harus berdaulat dlm modal, bangsa yg berdaulat dlm modal yakni bangsa yg berdaulat dlm ekonomi & kebudayaannya, ia menciptakan penduduk yg tumbuh dgn cara yg sehat.
Bung Karno tak hanya mengeluh & berpidato didepan publik wacana ketakutannya seperti SBY, tetapi ia menantang, ia menumbuhkan keberanian pada setiap orang Indonesia, ia menumbuhkan kesadaran bahwa manusia Indonesia berhak atas kedaulatan energinya. Andai Indonesia berdaulat energinya, Pertamina menjadi perusahaan minyak paling besar di dunia & menjadi perusahaan modal yg mengakusisi banyak perusahaan di dunia maka minyak Indonesia tak akan semahal kini, rakyat yg dicekik terus menerus.
Pada Bung Karno, hendaknya jalannya sejarah Indonesia mesti dikembalikan.
ANTON DH NUGRAHANTO
  ✔︎ Jagoan: Alex Summers (Havok)