√ Teknik Menulis Pemaparan Data Sesuai Kaidah Penyebar-Ilmu Buku

Data menjadi penggalan penting dlm teknik menulis buku, karena faktor yg menciptakan naskah kita diterima oleh penerbit buku berasal dr data-data yg sukses kita kumpulkan.

Sebagai suatu belahan penting dlm teknik menulis, data menjadi cuilan yg tak dapat dipisahkan tatkala sedang menyusun buku. Data menjadi roh atau inti utama dr sebuah buku yg kita tulis. Dengan kata lain, gagasan yg kita tuangkan lewat buku bukan lain yakni penyampaian data yg kita dapatkan pada khalayak luas. Tanpa adanya data, pasti goresan pena yg kita buat hanya kosong & tanpa makna. Data yg dimaksud pula mampu memiliki arti pengetahuan yg kita miliki sampai dgn kita menulis pemikiran kita. Bagian tersebut akan menjadi cuilan yg paling diperlukan tatkala kita ingin menguasai teknik menulis buku akademik. Hal tersebut tak mampu dilepaskan dr hukum baku yg menjelaskan bahwa buku akademik harus disusun berdasarkan data-data yg didapatkan oleh penulisnya. Data tersebutlah yg kemudian mampu dirangkai menjadi suatu fakta yg kebenarannya mampu dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pembaca mampu memutuskan bahwa goresan pena yg kita buat memang ilmiah & dapat dilihat kebenarannya oleh semua kalangan.

Salah satu hal yg perlu kita ketahui terkait dgn data yakni bahwa tak ada aturan baku wacana cara kriteria untuk memaparkan data. Meskipun demikian, pemaparan data mesti sesuai dgn urutan pertanyaan & tujuan penelitian. Artinya pemaparan tersebut tak dapat dipaparkan dengan-cara acak sesuai dgn keinginan kita. Kondisi tersebut serupa dgn proses pengerjaan peran simpulan atau peran ilmiah yg dialami oleh setiap mahasiswa. Sebagai contohnya tatkala kita sedang menyusun skripsi. Pasti kita akan diminta membuat suatu rumusan problem yg jumlahnya bisa lebih dr satu pertanyaan. Berangkat dr rumusan dilema tersebut, kepingan atau bab berikutnya yg kita buat tentu akan sistematis menurut rumusan problem yg kita buat. Bisa pula berasal dr dr urusan yg lazim ke khusus. Sistem tersebut tentu pula berdampak pada cara kita menyusun data-data biar yummy dibaca oleh penduduk . Susunan data yg kita paparkan mampu dimulai dr sesuatu yg lazim ke khusus seperti rumusan masalah yg kita buat sebelumnya.

  √ Teknik Menulis: 3 Pelanggaran Berat dalam Menulis

Dalam teknik menulis, tak adanya persyaratan aturan baku yg mampu dirujuk pasti menciptakan penulis sedikit berpikir keras untuk meletakkan data-data yg dimilikinya di dlm suatu tulisan. Berikut beberapa hal atau klarifikasi yg bisa digunakan penulis tatkala ingin menyusun sebuah data di dlm tulisan.

  1. Memaparkan Temuan Berdasarkan Urutan Penelitian

Salah satu cara yg mampu kita lakukan untuk memaparkan data dengan-cara lebih komprehensif yaitu dgn menyesuaikan urutan tulisan yg kita buat. Hal tersebut serupa dgn keadaan tatkala kita ingin membuat sebuah laporan penelitian. Untuk menemukan urutan pemaparan data tersebut pasti tak bisa dilepaskan dr beberapa faktor kunci mirip pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan observasi atau tema observasi. Berangkat dr proses tersebut, nantinya kita bisa memaparkan data-data yg kita miliki lewat penyusunan outline sementara. Sebagai misalnya tatkala kita ingin menulis perihal politik di internal keraton, kita mampu merangkainya dr pertanyaan observasi. Pertanyaan yg kita angkat selaku misalnya yaitu seberapa kuatkah imbas keraton dlm pemilihan kepala daerah di Kota Yogyakarta tahun 2011. Hipotesisnya bisa menggunakan teori modal sosial atau teori lain yg menyatakan bahwa dampak keraton cenderung berkurang dlm pemenangan suatu kandidat. Hipotesis tersebut kemudian kita kuatkan melalui data-data yg kita peroleh.

Secara lebih spesifik, dlm teknik menulis buku perihal perkara keraton yg disebutkan sebelumnya, maka kita bisa menyusunnya dengan-cara lebih rapi. Pada belahan awal kita mampu memaparkan data yg terkait dgn kandidat-kandidat yg dengan-cara resmi disokong oleh keraton dlm pemilihan kepala tempat. Bagian selanjutnya mampu kita jelaskan perihal bentuk-bentuk pertolongan keraton pada salah satu kandidat yg maju dlm penyeleksian. Kemudian kita pula bisa menerangkan kecenderungan menang dlm kompetisi tersebut. Apakah pihak yg disokong oleh keraton senantiasa menang atau ada pula fenomena kalah dr kandidat lain yg tak didukung keraton. Dari beberapa kepingan tersebut mampu kita rangkai datanya. Meskipun demikian, kita perlu mengingat bahwa seharusnya kita menyusun penggalan-cuilan tersebut menurut data yg kita miliki. Apabila tidak, maka kita harus bersiap untuk menghimpun data-data yg sekiranya belum kita miliki untuk menyokong argumen yg kita paparkan sebelumnya.

  1. Memaparkan Data Melalui Sub-Heading

Cara lain yg mampu kita gunakan untuk memaparkan data yakni dgn menciptakan sub-heading di dlm tulisan yg kita buat. Bagian tersebut umumnya kita buat tatkala telah menulis di bagian konten buku atau di serpihan pembahasan dr suatu kasus yg kita angkat. Pembuatan penggalan tersebut menjadi cukup penting untuk membuat lebih mudah pengertian pembaca pada tulisan yg kita buat. Bahkan cuilan tersebut pula menjadi vital tatkala hasil penelitian yg kita paparkan condong kompleks. Secara lebih spesifik, belahan tersebut akan membuat lebih mudah pembaca dlm memilah-milah data yg kita miliki. Dalam teknik menulis, pemisahan tersebut menjadi penting mudah-mudahan pemahaman pembaca terhadap goresan pena yg kita buat dapat diketahui dengan-cara sistematis. Sub-heading tersebut nantinya pula mampu kita sematkan apalagi dulu di cuilan daftar isi. Hal tersebut dikerjakan agar pembaca sejak awal sudah mempunyai citra data-data apa saja yg sekiranya ingin penulis paparkan di dlm bukunya.

  1. Menggunakan Visual Aids

Terakhir, cara yg dianggap paling ampuh untuk memahamkan data pada para pembaca yakni dgn memakai santunan visual. Bantuan yg dimaksud terdiri dr tabel, gambar, diagram, versi, grafik, & lain sebagainya untuk meringkas data. Beberapa santunan tersebut pula sering kita kenal dgn ungkapan gambaran. Seperti kita ketahui bahwa fungsi utama dr gambaran ialah untuk membantu pembaca dlm rangka mengerti goresan pena yg kita buat. Tanpa adanya ilustrasi, pasti tulisan kita mampu jadi sulit untuk dimengerti, terutama tulisan akademik yg memerlukan tingkat konsentrasi tinggi untuk memahaminya. Penggunaan bantuan visual tersebut pada dasarnya pula tak mampu dengan-cara sembarang dilakukan. Artinya ada beberapa etika tatkala kita ingin memakai pinjaman visual tersebut dlm teknik menulis. Penggunaannya nanti mampu diubahsuaikan dgn konten yg ingin kita sampaikan pada pembaca.

Selanjutnya, hal penting lain yg perlu kita amati yakni ketepatan kita dlm menggunakan pinjaman visual tersebut. Dalam teknik menulis, tentu kita akan memaparkan banyak data, baik yg sifatnya kuantitatif ataupun kualitatif. Data kuantitatif akan lebih sempurna kita gunakan dgn memakai tabel atau diagram. Selanjutnya, data yg relatif banyak tersebut mampu diringkas sedemikian rupa sehingga pembaca akan dgn gampang memahaminya melalui bantuan visual tersebut. Pada sisi yg lain, kita pula bisa menambahkan ilustrasi gambar tatkala kita sedang menjelaskan data yg sifatnya kualitatif. Dengan demikian, pembaca akan mempunyai bayangan atau gambaran terkait dgn klarifikasi yg ingin kita sampaikan. Penggunaan derma visual pada dasarnya dinilai cukup efektif untuk memaparkan banyak sekali data yg kita miliki di dlm buku.

 

Berangkat dr hal tersebut, ialah menjadi keharusan penerbit buku untuk memilih naskah sedetail mungkin. Sebab, pemaparan data yg Anda kerjakan kuat pula pada dapat dipercaya penerbit buku itu sendiri, selain diri Anda sendiri. Semakin Anda jago memaparkan data, makin besar pula kesempatan naskah Anda untuk diterima oleh penerbit buku paling kredibel sekalipun.

Semoga postingan ini bermanfaat, & kalau Anda membutuhkan ilmu lebih dlm ihwal teknik menulis, atau teknik-teknik yg lain, Anda dapat mendatangi ke link yg sudah kami sediakan. Salam integritas!

 

[Bastian Widyatama] [/mag]

Referensi

Zainurrahman, 2011, Menulis: Dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme), Bandung: Penyebar Ilmu Alfabeta.