Berbicara tentanng teknik menulis, bagi seorang penulis menjadi ulasan yg menawan. Sedangkan bagi sebagian orang yg tak memiliki kegemaran menulis, ulasan tersebut sebagai ulasan yg membosankan. Tidak ada yg mempesona sama sekali. Begitupun dgn menuliskan buku. Salah satu cara menulis buku yg komunikatif & menggembirakan perlu yg namannya ketertarian pada tema yg akan ditulis.
Mengapa seorang penulis harus menyayangi tema yg akan ditulis? Sebuah pertanyaan yg menurut penulis pertanyaan klasik, tetapi penting. Tanpa rasa cinta, kita tak mampu menulis dengan-cara total. Salah satu kunci karya kita hidup sebab ada ruh-nya, alasannya adalah kita menjiwai tatkala menuliskannya. Tanpa cinta & rasa ketertarikan, tulisan kita akan hambar.
Teknik menulis buku itu membutuhkan perasaan emosional dr penulisnya. Emosi sebagai ruh & penghidup suatu karya. Tanpa ruh, hasil karya cenderung datar, kadangkali pula membosankan. Emosi kita akan timbul tatkala kita perasaan, asumsi kita terlibat di dlm proses pengarapan penulisan buku.
Lalu, bagaimana membuat emosi dikala menulis buku? Cukup hayati, cintai dgn tema yg kita angkat. Setidaknya cara itu lebih efektif untuk melibatkan emosi di dlm diri kita. Selain menulis melibatkan emosi, ada beberapa poin lain tatkala menulis buku yg menawan untuk dibaca. Apa saja itu? Berikut ialah beberapa poin penting yg lain.
Daftar Isi
Menggunakan Kalimat Efektif < teknik menulis >
Rasa kebosanan dikala membaca terjadi karena kelalahan membaca uraian yg terlalu panjang. Uraian yg terlalu panjang membuat mata kita cepat mencicipi letih. Kelelahan dikala membaca menimbulkan memudarkan fokus, memunculkan rasa bosan membaca. Tatkala pembaca mengalami dua hal ini, maka tulisan kita belum tergolong goresan pena yg menggembirakan untuk dibaca.
Menulis buku yg menarik dibaca disampaikan menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif terdiri dr Subjek, Predikat, Objek & informasi (SPOK). Bukan bermakna menulis dgn SPOK bukan harga mati. Penulis pula perlu mengamati konteksnya, jikalau seharusnya tak melingkupi SPOK pun tak apa-apa. Tidak akan masuk neraka bila tak memakai kalimat efektif seperti ini. Prinsipnya, gunakan kalimat yg pendek, tetapi jelas.
Memperhatikan Jumlah Kalimat dlm 1 Paragraf < teknik menulis >
Idealnya menulis buku yg mempesona dlm satu paragraf terdapat satu pokok anggapan. Satu pokok anggapan mampu diterangkan menggunakan kalimat penjelas di belakangnya. Dalam satu paragraf optimal 3 kalimat. Satu kalimat berisi maksimal 8-10 kata. Bagaimana jika lebih dr itu? Jawabannya pun relatif. Idealnya menulis mirip itu, tetapi kerap kali tatkala kita melihat konteksnya, & argumentasi-alasan lain, dlm satu paragraf sesekali bisa lebih dr 3 kalimat pun tak dilema.
hal yg terang, dlm satu paragraf jangan lebih dr 10 kalimat. Kira-kira, apa yg pembaca rasakan dikala membaca goresan pena berisi satu paragraf. Dan satu paragraf memenuhi satu lembar kuarto? Pembaca malas untuk membacannya. Jangankan membacara kalimat pertama dlm paragraf. Baru menyaksikan tampilannya saja eksklusif pergi, beralih ke tulisan yg lain. begitupun dgn kita menempatkan diri mudah-mudahan goresan pena kita minimal dibaca satu paragraf di permulaan tulisan.
Penulisan paragraf diawali dgn kalimat yg ditaruh agak menjorok ke dalam. Jaraknya sekitar 1,5 cm atau 13 spasi. Bisa pula dgn cara sekali ‘tab’. Paragraf dipakai supaya mempermudah pembaca dlm membaca. Memudahkan pembaca pula untuk memahami, mengambil inti & mempelajari wacana pandangan baru pokok yg disampaikan melalui tulisan.
Isi Yang Lumer < teknik menulis >
Tidak mampu disangkal bahwa teknik menulis yang lumer itu tak gampang. Kita perlu memperhatikan segmentasi pasar & menyaksikan karakteristik penerbit buku yg kira-kira menerbitkan buku kita apalagi dulu. Jika segmentasi pasar dikhususkan untuk anak muda yg gaul, & mengikuti animo, tak ada salahnya tulisan disampaikan dgn gaya bahasa & kalimat yg meremaja. Tulisan yg meremaja & gaul ialah tulisan yg tak kaku. Tidak ada salahnya menggunakan perumpamaan yg sedang menjadi animo bagi golongan anak-anak muda.
Mengapa demikian? Tujuannya supaya buku yg kita tulis bisa diterima oleh pembaca. Alasan yg lain ialah supaya pesan yg ingin kita sampaikan pun sampai sesuai dgn segmentasi kita. Jangan justru sebaliknya, penyampaian yg terlalu kaku untuk cukup umur tak banyak disukai alasannya banyak argumentasi. Prinsipnya mereka senang dgn hal-hal yg simpel, menarik, praktis.
Teknik menulis buku yg lezat dibaca memang tak selamannya mengacu pada EYD yg baku. Kuncinya terletak pada penyeleksian kata yg kita gunakan. Pemilihan kata (diksi) yg mempesona pasti akan makin renyah tulisan yg kita tulis. Misalnya menuliskan dgn cara menarasikan mudah-mudahan pembaca pula paham apa yg ingin kita sampaikan. Jika goresan pena itu berbentukfiksi, kita mampu menuliskan dgn teknik falshback sebagai salah satu cara untuk menstabilisasikan jalan dongeng. Sedangkan untuk goresan pena nonfiksi, kita bisa dgn menarasikan mirip yg disinggung di kalimat sebelumnya.
Anda punya RENCANA MENULIS BUKU?
atau NASKAH SIAP CETAK?
Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami.
Anda pula bisa KONSULTASI dengan Costumer Care yang siap membantu Anda hingga buku Anda diterbitkan.
Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR JADI PENULIS.
SEBELUM ANDA MENYESAL 🙁
🙂
*****BONUS*****
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tetapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan kemudahan KONSULTASI TEKNIK MENULIS dgn TIM PROFESSIONAL kami dengan-cara GRATIS disini!
Jika Anda menghendaki EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download
Itulah tiga poin bagaimana teknik menulis buku yg mempesona untuk dibaca. Semoga goresan pena tersebut menawarkan wawasan, masukan yg membangun. Selamat berkarya. [Elisa]
Referensi
- http://fiksi.blogekstra.com/nastain19/membuat-kalimat-supaya-tidak-kaku.html#ixzz4FT335uHx . Diakses 26 Juli 2016, pukul 15.24 WIB