√ Syarat Menulis Buku Akademik yang Perlu Anda Ketahui

Salah satu aspek penting dlm menulis buku akademik adalah sifat ilmiahnya, baik yg didasarkan pada penelitian ataupun yg tak berbasis penelitian.

Tulisan akademik yakni tulisan yg dipakai dlm lingkungan akademik seperti laporan penelitian, makalah, postingan, jurnal ilmiah, & lain sebagainya. Salah satu hal utama yg membedakan goresan pena akademik & non-akademik yaitu lingkungan dimana kedua jenis buku tersebut diciptakan & dipakai. Menulis buku akademik pada dasarnya bukanlah masalah yg mudah untuk dijalankan sebab ada banyak hal yg mesti diamati. Kondisi tersebut berbeda dgn goresan pena biasa, utamanya goresan pena fiksi yg hanya mengandalkan daya khayalan penulisnya. Pada sisi yg lain, goresan pena akademik intinya yaitu tulisan yg mampu dipertanggungjawabkan oleh penulisnya menurut hasil penelitian yg telah dilaksanakan. Dengan kata lain, konten atau isi yg disampaikan di dlm tulisan tersebut memang bisa dibuktikan dengan-cara nyata oleh pembaca. Tidak mengherankan apabila goresan pena akademik pula sering disebut sebagai sarana untuk menerjemahkan fakta peristiwa yg ada di dunia ini pada para pembacanya. Tulisan tipe ini pula cukup berfaedah bagi kalangan akademisi yakni mahasiswa & dosen.

Salah satu faktor penting yg harus kita ketahui tatkala ingin menulis buku akademik yaitu sifatnya yg ilmiah. Sifat tersebut pada dasarnya mampu didasarkan pada hasil observasi ataupun esai yg tak berbasis penelitian (literature review). Ilmiah pula mengandung maksud bahwa konten yg ditulis di dlm buku tersebut memang mampu dibuktikan. Buku-buku akademik yg cenderung membicarakan ihwal ilmu pasti (alam) ialah contoh buku yg didasarkan pada hasil penelitian. Oleh sebab itu, pembaca pada dasarnya bisa pertanda kebenaran dr sebuah fenomena yg disampaikan di dlm buku tersebut. Sebagai contohnya apabila kita ingin memeriksa kadar karbohidrat di dlm sebuah kuliner. Kita mampu melakukan praktik dengan-cara langsung di laboratorium untuk membuktikan hal tersebut. Tatkala duduk di bangku sekolah menengah tentu kita sudah diberikan beberapa praktik ilmiah untuk membuktikan suatu hal yg tercantum di dlm buku pelajaran kita. Selanjutnya, ada beberapa tolok ukur yg perlu kita ketahui biar tulisan akademik yg kita tulis mampu dibilang menyanggupi syarat keilmiahan.

  √ Bagaimana Cara Menulis Buku Nonteks yang Baik?

  1. Berbasis Keilmuan

Sebuah goresan pena akademik ilmiah pada dasarnya mesti berbasis keilmuan. Dengan kata lain, kandungan tulisan tersebut mampu dikaji atau berada dlm konstelasi suatu disiplin ilmu. Sebagai contohnya yaitu tulisan akademik yg membahas ihwal bahasa yg digunakan oleh salah satu suku di pedalaman Kalimantan. Kandungan tulisan tersebut tentu niscaya berada dlm konstelasi linguistik. Konstelasi linguistik tersebut kemudian menjadi payung besar yg mewadahi diskusi terkait dgn perbedaan bahasa yg ada di Indonesia. Alasan kenapa perbedaan bahasa yg ada di Indonesia lumayan banyak menjadi salah satu materi yg mampu dikaji & didiskusikan. Pertanyaan tersebut tentu menjadi salah satu pola penting yg mampu dipakai untuk menimbulkan suatu kajian baru. Artinya dr kasus tersebut bisa memunculkan kajian-kajian gres terkait dgn dunia linguistik. Tatkala menulis buku akademik, tentu kita mesti memastikan bahwa konten yg kita buat setidaknya dapat dikaji oleh kelompok akademisi dlm disiplin ilmu tertentu.

  1. Penggunaan Metodologis yg Jelas

Salah satu hal penting yg perlu kita ketahui tatkala ingin menulis buku akademik yaitu faktor metodologinya. Struktur ataupun konten yg kita buat mesti ditentukan sesuai dgn standar metodologis yg kita gunakan. Maksudnya ialah goresan pena tersebut mengandung ciri khas metodologi yg mencakup metode, pendekatan, & teknik tertentu dlm penulisan. Sebagai misalnya tatkala kita ingin menyampaikan pemikiran politik seseorang tentang nasionalisme, maka kita mesti menggunakan metodologi yg terperinci. Adapun pendekatan yg bisa kita gunakan yaitu pendekatan biografi karena menyangkut personal seseorang. Selanjutnya, metode penelitian yg kita gunakan ialah kualitatif dgn teknik pengumpulan data melalui wawancara & literature review. Apabila semua telah dilakukan dengan-cara konsisten, maka struktur tulisan yg kita buat pula akan gampang dimengerti oleh kelompok akademisi. Kekonsistenan tersebut nantinya pula dilihat dr metode, pendekatan, & teknik tertentu yg kita gunakan. Apakah ketiganya pula diterangkan di dlm isi tulisan yg telah kita buat.

  1. Berbasis Data

Aspek paling penting pula yg perlu kita pahami yaitu terkait dgn pengumpulan data. Isi goresan pena akademik yg kita buat tentu mesti bersifat faktual atau berbasis fakta. Fakta-fakta tersebut mampu kita kumpulkan melalui data, baik yg sifatnya dlm bentuk angka ataupun non-angka. Data tersebut penting untuk dicantumkan dlm rangka mendorong asumsi atau argumen yg sedang kita berdiri di dlm suatu tulisan kita. Dalam menulis buku akademik, data yakni bagian vital yg harus ada di dalamnya. Sebagai contohnya, tatkala kita menyampaikan bahwa Yogyakarta yaitu suatu kota yg heterogen, maka kita perlu menandakan argumen kita dgn memakai data. Data yg kita gunakan mampu berasal dr Badan Pusat Statistik (BPS) yg setiap tahunnya melakukan survei lapangan. Dari data tersebut akan terlihat berbagai latar belakang suku masyarakat yg tinggal di Kota Yogyakarta, khususnya mereka yg menempuh pendidikan di Kota Pelajar tersebut. Dengan demikian, argumen yg kita sampaikan memang memiliki dasar yg besar lengan berkuasa.

  1. Tulisan Harus Bersifat Sistematis

Syarat penting lain dlm penyusunan goresan pena akademik ilmiah yaitu sistematis. Artinya goresan pena yg kita buat harus disusun dengan-cara sistematis berdasarkan kaidah genre yang kita gunakan. Sistematisasinya akan berlainan tatkala kita ingin menyusun buku biografi ilmiah dgn buku akademik ilmiah yg lain yg didasarkan pada studi perkara. Tatkala kita ingin menulis buku biografi, tentu kita akan menjelaskan profil tokoh yg ingin kita angkat. Pada sisi yg lain, tatkala kita ingin mengangkat sebuah hal menurut studi masalah, maka hal pertama yg kita sampaikan yakni terkait dgn profiling perkara yg kita angkat. Kedua contoh tersebut bahwasanya serupa yakni memakai profiling sebagai pengirim penulis. Hanya saja bedanya terkait dgn objek yg ingin diangkat yaitu manusia & kasus. Contoh lain yg gampang untuk dimengerti yaitu tatkala kita menyusun suatu laporan penelitian. Tentu ada kaidah-kaidah yg harus kita taati, mulai dr penulisan latar belakang, teori, isi, & lain sebagainya.

  1. Relevan

Terakhir, kita mesti memutuskan bahwa dlm menulis buku akademik ilmiah, konten yg kita buat mesti bersifat berkaitan. Artinya tulisan yg kita buat mesti berhubungan dgn disiplin ilmu tertentu & nantinya bersifat dialogis. Dialogis yg dimaksud yakni tulisan kita mampu bersifat bersesuaian dgn tulisan yg lain atau justru bertolak belakang dgn tulisan yg lain dlm satu rumpun disiplin ilmu yg sama. Apabila bersesuaian, maka tulisan kita merupakan goresan pena yg bernada informasi & kontinum, sedangkan yg bertolak belakang bernada kritik. Baik yg bersesuaian ataupun bernada kritik intinya akan berhubungan dgn goresan pena yg lain. Kondisi itulah yg kemudian sering disebut dgn referensi. Artinya buku yg kita tulis bisa dijadikan rujukan bagi penulis lain tatkala mempunyai ketertarikan dgn suatu hal yg sama, baik itu yg bernada kontinum atau kritik. Oleh alasannya adalah itu, kita mesti memutuskan bahwa tulisan yg kita buat memang bersifat relevan.

 

Referensi

Arifin, Syamsul & Kusrianto, Adi, 2009, Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi, Jakarta: PT Grasindo.

[Bastian Widyatama]