wargamasyarakat.org, Salam Haneut! Sinopsis dongeng wayang golek yg berjudul Semar Rarabi (Jaka Gintiri) dalang Abah Asep Sunandar Sunarya dr Giri Harja 3.
Lelakon Semar Rarabi mengisahkan Semar Badranaya menikah dgn seorang putri raja yg sangat cantik.
Begini sinopsis ceritanya, selamat membaca …
Diceritakan, Prabu Jinawia seorang raja linuhung di Sekar Mumbe mempunyai seorang putri cantik berjulukan Siti Ragen & putra bernama Jaka Gintiri.
Negara Sekar Mumbe digambarkan sebagai negara sampun kaceluk ka kanangewu, kaloka ka janapria, kawentar, kajamparing angin-angin, kakoncara manca nagara. Subur mamur, gemah ripah, loh jinawi, aman santosa, kerta raharja. Sepi paling, towong rampog, nu digawe simpe hate, kaum buruh hanteu ripuh, karyawan sami sarenang, ingon-ingon kebo, sapi pada mulus.
Siti Ragen adalah putri kerajaan Sekar Mumbe yg sangat manis sehingga banyak raja yg ingin mempersuntingnya. Sedangkan Jaka Gintiri seorang ksatria yg baik & jago bertarung.
Demi menyingkir dr pertempuran antara para raja, akhirnya Prabu Jinawia menyelenggarakan sayembara. Sang Prabu menunjuk adik Siti Ragen, Jaka Gintiri selaku jago sayembara. Prabu Jinawia menginginkan menantu yg soleh & mampu melakukan rel kehidupan.
Jika Siti Ragen mendapat jodoh, Prabu Jinawia sekalian akan melantik Jaka Gintiri jadi Senopati di kerajaan Sekar Mumbe.
Sementara patih kerajaan Sekar Mumbe, Patih Jinareksa mendapat tugas menjadi panitia sayembara. Biaya sayembara berasal dr duit lamaran para raja. Sayembara dilakukan di alun-alun kerajaan & ditonton banyak orang karena memang terbuka untuk seluruh rakyat.
Sudah 15 hari, belum ada seorang raja pun yg berhasil mengalahkan Jaka Gintiri. Pada hari ke-16 tersisa dua orang lagi raja yg siap bertarung dgn Jaka Gintiri demi memperebutkan Siti Ragen. Dua raja tersebut yakni Prabu Putaksi & Prabu Puspa Denta.
Prabu Jinawia berkata ke Jaka Gintiri, “bral lumampah, jung gera lumaku, jig gera indit, mudah-mudahan sapanundut ginulur lan sapaneja tinekanan anjeun ditetepkeun aya dina rohmat sareng pitulung Gusti anu kagungan”.
Baca juga: Quotes Wayang Golek Asep Sunandar Sunarya
Jaka Gintiri kemudian pamit meninggalkan ayahnya menuju alun-alun. Peserta sayembara & penonton sudah menunggu. Alun-alun digimbung ku jalma-jalma ti kulon ti wetan ti kidul ti kaler, sepuh anom jaler istri, dugika ngaleut ngeungkeuy ngabandaleut, jalma-jalma pagaliwota, penjualberjajar di sebelah selatan.
Sedangkan Siti Ragen duduk di panggung di sudut selatan alun-alun, dipayungan ku payung agung gilap kuning payung agung kerajaan.
Patih Jinareksa yg sudah berada di tengah alun-alun membuka sayembara hari ke-16 & membacakan peraturan sayembara, kemudian memanggil Raja Putaksi.
Prabu Putaksi oko begalan pati dgn Jaka Gintiri, namun tak perlu waktu usang Jaka Gintiri sukses mengalahkan Prabu Putaksi. Akhirnya Prabu Putaksi pun mengaku kalah.
Patih Jinareksa kemudian mengundang peserta selanjutnya, Prabu Puspa Denta, seorang raja yg populer jago sihir.
Prabu Puspa Denta tak bisa menahan diri melihat kecantikan Siti Ragen. ia berkata “Tobaaat… beuki deukeut itu Siti Ragen nepika enyoy-enyoyan cahayana geulis! Nyai.. Siti Ragen anu geulis, nyai. Jigana wae akang lamun teu kauntun tipung katambang beas laksana kapiduriat kajeun paeh ngabale bangke ngajampana bugang. Deudeuh nyai, pantes lamun akang balik ka nagara sasar lamun teu laksana.”
Puspa Denta sangat percaya bisa mengalahkan Jaka Gintiri karena dirinya andal sihir. Mereka berdua bertandingsengit. Jaka Gintiri terus mendesak Puspa Denta dgn serangan-serangan telak. Akhirnya Puspa Denta mengeluarkan ilmu sihirnya, Jaka Gintiri dipukul dr kejauhan hingga jatuh terguling-guling.
Namun Jaka Gintiri bukan orang sembarang pilih. Ia bangkit lalu memakai ilmu pamungkasnya. Jaka Gintiri menghantam dada Puspa Denta dgn kedua tangan & kakinya sampai Puspa Denta meninggal dunia.
Sebelum melepaskan nyawanya, Puspa Denta masih sempat mengeluarkan ilmu sihirnya. ia memindahkan rasa cintanya pada Siti Ragen ke hati Jaka Gintiri sehingga Jaka Gintiri jadi menyayangi & ingin menikahi kakaknya sendiri.
Sementara itu, Prabu Jinawea di keraton kehadiran Patih Jinareksa yg akan melaporkan kejadian di alun-alun. Patih menyampaikan ada peserta sayembara yg meninggal. Sang Prabu merasa cemas akan ada balasan dr insiden itu.
Tiba-tiba datang Siti Ragen yg berlari minta tolong lantaran dikejar-kejar Jaka Gintiri. Siti Ragen melaporkan Jaka Gintiri ingin menikahinya. Jaka Gintiri pun membenarkan, ia minta secepatnya dinikahkan dgn kakaknya.
Prabu Jinawea murka & berucap “teu beda ti dedemit sia hirup teh”. Lalu Jaka Gintiri berubah wujud jadi makluk “dedemit” yg panjang lehernya. Siti Ragen pingsan kemudian diamankan oleh Patih Jinareksa.
Setelah berganti wujud, Jaka Gintiri tetap merintih minta dinikahkan dgn Siti Ragen. Sang Prabu memejamkan matanya, saat itu pula Jaka Gintiri yg sudah berganti wujud melesat keluar.
Keun urang teundeun di handeuleum sieum geusan sampeureun, cag urang tunda di hanjuang siang geusan alaeun, paragi nyokot ninggalkeun, mangsa datang sampeur deui.
Diceritakan Semar Badranaya ditemani kedua anaknya, Cepot & Dawala sedang istirahat dlm perjalanan meninggalkan Tumaritis lantaran ada panggilan ghaib, Siti Ragen sudah minta dijemput. Dalam hatinya, Semar bekerjsama merasa cemas disebut beger pakokolot.
Ketika akan melanjutkan perjalanan, terdengar suara yg minta tolong. Semar menghampiri sumber bunyi yg terdengar dr balik pandan hutan.
Cepot & Dawala kaget menyaksikan makluk abnormal yg terikat akar di pohon pandan. Singkat kisah makhluk itu ditolong & berkenalan dgn Semar, Cepot & Dawala.
Dalam obrolannya, Cepot mengatakan Semar ingin menikah dengah Siti Ragen. Mahluk itu murka cemburu karena menurutnya Siti Ragen yaitu kekasihnya. Lalu dedemit itu memukul Cepot & Dawala sampai mati, tetapi dihidupkan kembali oleh Semar.
Dedemit itu dipukul oleh Semar, tiba-tiba wujudnya berubah lagi menjadi Jaka Gintiri & rasa cintanya ke Siti Ragen pun hilang.
Jaka Gintiri sungguh berterima kasih pada Semar, ia menceritakan dirinya jago sayembara atau adik Siti Ragen. Jaka Gintiri menepati komitmen, karena sayembara belum ditutup maka siapa yg berhasil mengalahkannya akan dinikahkan dgn Siti Ragen. Semar, Cepot, & Dawala pun diajak menghadap Prabu Jinawea.
Di Keraton Sekar Mumbe, Sang Prabu Jinawea kaget kehadiran Jaka Gintiri, Semar, Cepot, & Dawala. Jaka Gintiri meminta maaf pada ayahnya & mengaku rasa cintanya ke Siti Ragen sudah hilang. Jaka Gintiri pun menceritakan kejadian yg dialaminya.
Sang Prabu berterima kasih ke Semar karena dianggap sudah menyelamatkan nama baik keluarga kerajaan. Prabu menawarkan harta kekayaan pada Semar. Namun Jaka Gintiri menyampaikan dirinya kalah bertandingoleh Semar, sementara sayembara belum dibubarkan sehingga dirinya menjanjikan Semar akan dijodohkan dgn Siti Ragen.
Prabu menyepakati, kemudian menyuruh Jaka Gintiri mengundang Siti Ragen untuk menghadap ke keraton. Siti Ragen pun mengucapkan terima kasih pada Semar & menyuruh adiknya menyodorkan harta kekayaan pada Semar.
Prabu Jinawea menerangkan, Semar berencana ikut sayembara & Jaka Gintiri kalah bertarung. Siti Ragen merasa dihina, ia menolak Semar.
Cepot & Dawala mengajak Semar pergi karena sakit hati oleh Siti Ragen. Prabu memerintahkan Jaka Gintiri memburu Semar untuk diberi harta kekayaan, namun Semar sudah tak ada. Jaka Gintiri khawatir akan ada balasannya.
Tunda lampah anu aya di karaton, diceritakan Semar di perjalanan merasa sungguh sakit hati. Ia menangis & merintih. Semar kecewa, kenapa di mimpi Siti Ragen sudah minta dijemput tetapi kenyataannya malah mencibir.
Semar menangis sambil berkata, “Teu sangka kieu jadina Astrajingga, Aawala! Da ieu kajadian teh aya patalina jeung riwayat dewek baheula, ujang! Indung silaing ti sawarga teh ditinggalkeun, Dewi Kanastren. Dewek gumelarna ka alam dunya teh sasat meunang tugas, meureun ayeuna nuturkeun indung silaing teh nitis ka putra raja Sekar Mumbe. Tapi naha bet silo kadatangan aing, amboing….amboing..”
Semar berpikir, ia ingat wujudnya di sawarga bukan seperti wujudnya sekarang. Lalu Semar berganti wujud menjadi Sanghyang Ismaya. Cepot & Dawala yg tertinggal di belakang, heran melihat ada pria tampan. Mereka tak mengenal kalau itu wujud Semar yg orisinil.
Ismaya pun akhirnya mengumumkan dirinya Semar Badranaya. Cepot & Dawala belum percaya, Cepot membuktikannya dgn mencium sarung Semar.
Ismaya atau Semar mengjak Cepot & Dawala untuk ikut sayembara. Cepot mengajukan syarat agar ayahna menolak dulu Siti Ragen mudah-mudahan tahu bagaimana rasanya sakit hati. Cepot & Dawala ditiup oleh Semar agar tak dimengerti oleh orang kerajaan Sekar Mumbe.
Tiba di keraton, Semar, Cepot, & Dawala dipersilakan duduk. Siti Ragen sungguh tertarik oleh Ismaya.
Jaka Gintiri pun mendapatkan Ismaya selaku akseptor sayembara, ia mengajak Ismaya bertarung ke luar. Namun Semar menolak, ia ingin bertarung di depan raja. Ismaya atau Semar mengatakan “Leuleus anjeun”, maka lemahlah badan Jaka Gintiri. Jaka Gintiri mengaku kalah, Semar mengatakan “Damang anjeun”, lalu Jaka Gintiri sembuh lagi.
Siti Ragen menyerahkan diri, tetapi Ismaya menolak. Pada akhirnya Ismaya mendapatkan Siti ragen, dgn sejumlah syarat. Siti Ragen mendapatkan semua syarat dr Ismaya.
Ismaya berganti wujud lagi jadi Semar. Siti Ragen menerima Semar dikarenakan telah mengenali wujud aslinya. Prabu akhirnya menikahkan Semar dgn Siti Ragen.
Selesai…