Daftar Isi
sikap kepahlawanan yg dimiliki cut nyak meutia
Rela berkorban, pantang menyerah, disiplin, tanggung jawab
Sikap kepahlawanan yg dimiliki Cut nyak meutia?
Jawaban:
Ia rela berkorban apa saja baik harta benda, kedudukan & nyawanya untuk membela agama & bangsanya. Untuk melawan Belanda, rakyat Keuretoe & Pirak disediakan lewat pendidikam di dayah-dayah.
sikap kepahlawanan yg dimiliki oleh Cut Nyak Meutia
Sikap kepahlawanan yg dimiliki cut nyak meutia
1.Tjut Meutia ialah orang yg taat beribadah. Perempuan Aceh di zaman dahulu cuma menggunakan selendang tipis menutupi sebagian kepala & tak berjilba. Perempuan Aceh mulai berhijab mulai tahun 1990-an.
2.Tegas alasannya adalah suaminya telah mengalah pada Belanda & berafiliasi dgn Belanda. Oleh alasannya adalah itu ia minta cerai pada suaminya. Suaminya membujuk supaya tak minta cerai. Tetapi alasannya adalah berbeda prinsip maka Cut Meutia minta cerai. Suami Cut Meutia (Teuku Syamsarif) mengantarkan Cut Meutia ke PIrak utnuk dikembalikan pada ayahnya. Cut Mutia dgn suka rela meninggalkan kesenangan & kemewahan hidupnya selaku seorang istri uleebalang, begitu mengenali suaminya menjalin kerja sama dgn Belanda. Setelah suaminya bersedia menandatangani korte verklaring yg diajukan Belanda, Cut Nyak Meutia menentukan berpisah dgn suaminya & mengembara untuk berjuang melawan penjajahan Belanda. Teuku Syamsarif bersedia bekerja sama dgn Belanda, sehingga Teuku Syamsarif menerima kehormatan & kedudukan dgn berbagai fasilitas dr Belanda.
3. Berjuang hingga titik darah penghabisan.
4. pemberani
5. pantang mengalah
Cut Nyak Meutia lahir di daerah Uleebalang Keureutoe pada tahun 1870. Cut Nyak Meutia adalah putri dr Teuku Ben Daud, uleebalang Pirak yg masuk dlm wilayah Keureutoe. Ibu Cut Nyak Meutia bernama Cut Jah putri dr Ben Seuleumak. Ibu Cut Nyak Meutia pula diundang Cut Mulieng alasannya adalah berasal dr Gampong Mulieng. Dari kedua orang tuanya itu, Cut Nyak Meutia memiliki empat orang kerabat pria, yakni Teuku Cut Brahim, Teuku Cut Hasan, Teuku Cut Muhammad Syah & Teuku Cut Muhammad Ali.
Masa kecil Cut Nyak Meutia hidup dlm didikan agama yg diajarkan oleh para ulama yg didatangkan oleh ayahnya selaku tenaga pengajar, sebagaimana biasanyadikerjakan oleh keluarga uleebalang di Aceh. Hal itu membuat Cut Nyak Meutia menjadi eksklusif yg taat & teguh memegang prinsip. Ia rela berkorban apa saja baik harta benda, kedudukan & nyawanya untuk membela agama & bangsanya.
Untuk melawan Belanda, rakyat Keuretoe & Pirak dipersiapkan melalui pendidikam di dayah-dayah. Di Keuereutoe dikala itu terdapat sebuah dayah yg sangat terkenal yakni Dayah Teungku Beuringen.
Ayah Cut Nyak Meutia, Teuku Ben Daud terus menggalakkan peperangan untuk melawan Belanda. Teuku Be Daud merupakan pengikut setia Sulthan Aceh, Muhammad Daud Syah, yg saat itu sudah memindahkan pusat pemerintahan & pertahanan ke Keumala, Pidie. Bantuan yg diberikan Teuku Ben Daud pada sulthan kian besar tatkala sebagian Aceh Utara sudah dikuasai Belanda. Ia mengkoordinasi rakyatnya untuk menghimpun perbekalan serta membentuk angkatan perang.
Teuku Ben Daud yg dibantu oleh anak-anaknya, para ulama & pengikutnya, tetap menolak untuk bekerja sama dgn Belanda. Ia tak bersedia menandatangani Korte Verklaring yg ditawarkn Belanda meskipun beberapa uleebalang yg ada disekitarnya sudah melakukannya. Maka perang pun berlanjut & Belanda karenanya mampu menuasai darah kekuasaan Teuku Ben Daud.
Walaupun kawasan kekuasaannya telah dikuasai Belanda, Teuku Ben Daud terus melakukan perlawanan. Teuku Ben Daud melarikan diri ke daerah hulu Krueng Jambo Aye, dr sana ia terus mengkoordinir pasukannya untuk menyerang Belanda, hingga ia syahid di sana. Sejak tahun 1905, daerah itu pula yg dipakai Cut Nyak Meutia selaku pusat pertahanan.
Cut Nyak Meutia kemudian meninggalkan Keureuto kembali ke Pirak ke tempat ayahnya, Teuku Syamsyarif tak pernah menjenguknya, & bahkan tak pernah mengirim nafkah. Karena tak dijemput & menafkahi istrinya hingga beberapa lama, maka Teuku Syamsyarif dinyatakan dipasah (diceraikan) dr istrinya. Setelah bercerai, Cut Nyak Meutia terbebas dr penderitaan batin. Ia kemudian menyatakan keinginannya pada ayahnya untuk ikut berperang melawan Belanda. Tapi harapan itu tak dikabulkan oleh ayahnya sebab Cut Nyak Meutia baru menjadi janda.
Cut Meutia Memimpin Pergerakan Walaupun Pang Nanggroe suami kedua sekaligus pemimpin perlawanan sudah syahid menghadap Ilahi Cut Meutia tetap melanjutkan usaha & perlawanan bersenjata bersama-sama sobat setia pejuang muslimin & terus bergerilya naik gunung turun gunung melakukan penyerangan & penyergapan. Mereka tak ingin mengalah pada Belanda. Untuk melaksanakan perjuangan yg berlanjut tersebut diperlukan seorang pemimpin yg handal dipercayai, serta disegani oleh musuh maupun mitra oleh alasannya adalah itu, atas kesepakatan & usulan pejuang muslim pimpinan pergerakan diserahkan pada Cut Meutia. Jiwa semangat pejuang & kearifannya timbul tatkala ia diminta untuk memimpin pergerakan dgn rasa haru & senyum.
perilaku kepahlawanan yg dimiliki cut nyak meutia
Mata pelajaran: PPKN
Kelas: IX Sekolah Menengah Pertama
Kategori: Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme Barat
Kata kunci: Sikap
kepahlawanan yg dimiliki cut nyak meutia
Pembahasan:
Sikap kepahlawanan yang
dimiliki cut nyak meutia
1.Tjut Meutia yakni orang yg taat
beribadah. Perempuan Aceh di zaman dulu hanya menggunakan selendang tipis
menutupi sebagian kepala & tak berjilba. Perempuan Aceh mulai berhijab
mulai tahun 1990-an.
2.Tegas alasannya adalah suaminya telah
mengalah pada Belanda & berafiliasi dgn Belanda. Oleh sebab itu ia minta
cerai pada suaminya. Suaminya membujuk agar tak minta cerai. Tetapi alasannya
berlainan prinsip maka Cut Meutia minta cerai. Suami Cut Meutia (Teuku Syamsarif)
mengirimkan Cut Meutia ke PIrak utnuk dikembalikan pada ayahnya. Cut Mutia dengan
suka rela meninggalkan kesenangan & kemewahan hidupnya selaku seorang istri
uleebalang, begitu mengetahui suaminya menjalin kolaborasi dgn Belanda.
Setelah suaminya bersedia menandatangani korte verklaring yg diajukan
Belanda, Cut Nyak Meutia memilih berpisah dgn suaminya & mengembara untuk
berjuang melawan penjajahan Belanda. Teuku Syamsarif bersedia bekerja sama
dengan Belanda, sehingga Teuku Syamsarif mendapat kehormatan & kedudukan
dengan aneka macam akomodasi dr Belanda.
3. Berjuang hingga titik darah
penghabisan.
4. pemberani
5. pantang menyerah
Cut Nyak Meutia lahir di tempat
Uleebalang Keureutoe pada tahun 1870. Cut Nyak Meutia adalah putri dr Teuku
Ben Daud, uleebalang Pirak yg masuk dlm wilayah Keureutoe. Ibu Cut Nyak
Meutia bernama Cut Jah putri dr Ben Seuleumak. Ibu Cut Nyak Meutia juga
diundang Cut Mulieng karena berasal dr Gampong Mulieng. Dari kedua orang
tuanya itu, Cut Nyak Meutia mempunyai empat orang kerabat laki-laki, yaitu
Teuku Cut Brahim, Teuku Cut Hasan, Teuku Cut Muhammad Syah & Teuku Cut
Muhammad Ali.
Masa kecil Cut Nyak Meutia hidup
dalam didikan agama yg diajarkan oleh para ulama yg didatangkan oleh
ayahnya selaku tenaga pengajar, sebagaimana umumnyadilaksanakan oleh keluarga
uleebalang di Aceh. Hal itu membuat Cut Nyak Meutia menjadi pribadi yg taat
dan teguh memegang prinsip. Ia rela berkorban apa saja baik harta benda,
kedudukan & nyawanya untuk membela agama & bangsanya.
Untuk melawan Belanda, rakyat
Keuretoe & Pirak disediakan melalui pendidikam di dayah-dayah. Di
Keuereutoe saat itu terdapat sebuah dayah yg sungguh terkenal yakni Dayah
Teungku Beuringen.
Ayah Cut Nyak Meutia, Teuku Ben Daud
terus menggalakkan peperangan untuk melawan Belanda. Teuku Be Daud merupakan
pengikut setia Sulthan Aceh, Muhammad Daud Syah, yg dikala itu sudah
memindahkan sentra pemerintahan & pertahanan ke Keumala, Pidie. Bantuan yang
diberikan Teuku Ben Daud pada sulthan makin besar tatkala sebagian Aceh
Utara sudah dikuasai Belanda. Ia mengkoordinasi rakyatnya untuk menghimpun
perbekalan serta membentuk angkatan perang.
Teuku Ben Daud yg dibantu oleh
anak-anaknya, para ulama & pengikutnya, tetap menolak untuk bekerja sama
dengan Belanda. Ia tak bersedia menandatangani Korte Verklaring yang
ditawarkn Belanda walaupun beberapa uleebalang yg ada disekitarnya sudah
melakukannya. Maka perang pun berlanjut & Belanda hasilnya mampu menuasai
darah kekuasaan Teuku Ben Daud.
Walaupun daerah kekuasaannya sudah
dikuasai Belanda, Teuku Ben Daud terus melaksanakan perlawanan. Teuku Ben Daud
melarikan diri ke tempat hulu Krueng Jambo Aye, dr sana ia terus
mengkoordinir pasukannya untuk menyerang Belanda, hingga ia syahid di sana.
Sejak tahun 1905, tempat itu pula yg digunakan Cut Nyak Meutia selaku pusat
pertahanan.
Cut Nyak Meutia kemudian
meninggalkan Keureuto kembali ke Pirak ke tempat ayahnya, Teuku Syamsyarif
tidak pernah menjenguknya, & bahkan tak pernah mengirim nafkah. Karena
tidak dijemput & menafkahi istrinya sampai beberapa lama, maka Teuku
Syamsyarif dinyatakan dipasah (diceraikan) dr istrinya. Setelah bercerai, Cut
Nyak Meutia terbebas dr penderitaan batin. Ia kemudian menyatakan
keinginannya pada ayahnya untuk ikut berperang melawan Belanda. Tapi keinginan
itu tak dikabulkan oleh ayahnya karena Cut Nyak Meutia gres menjadi janda.
Cut Meutia
Memimpin Pergerakan Walaupun Pang Nanggroe suami kedua sekaligus pemimpin perlawanan sudah syahid
menghadap Ilahi Cut Meutia tetap melanjutkan usaha & perlawanan
bersenjata bantu-membantu sahabat setia pejuang muslimin & terus bergerilya naik gunung
turun gunung melakukan penyerangan & penyergapan. Mereka tak mau menyerah
terhadap Belanda. Untuk melaksanakan usaha yg berlanjut tersebut
diharapkan seorang pemimpin yg tangguh dipercayai, serta disegani oleh lawan
maupun mitra oleh alasannya itu, atas komitmen & saran pejuang muslim
pimpinan pergerakan diserahkan pada Cut Meutia. Jiwa semangat pejuang dan
kearifannya muncul tatkala ia diminta untuk memimpin pergerakan dgn rasa haru
dan senyum.
Sikap kepahlawanan yg dimiliki cut nyak meutia…….
Ia menjadi hero nasional Indonesia menurut Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964. Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong.