Sejarah Pertempuran Medan Area, Bandung Lautan Api, Surabaya, & Ambarawa – Simak bagaimana jalannya pertempuran-pertempuran bersejarah tersebut melalui artikel di bawah ini.

Pertempuran yang terjadi di Medan ini terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945. Pertempuran ini dilatar belakangi oleh pasukan Belanda yang diboncengi oleh Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara. Tujuan kehadiran mereka adalah untuk menggantikan pemerintahan dan membebaskan para tawanan.

Atas dasar pembebasan para tawanan, Gubernur Teuku Hasan membiarkan mereka menginap di hotel. Akan namun, pasukan Sekutu yang tinggal di dalam hotel tersebut bersikap congkak. Salah seoarang dari mereka merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.

Karena kejadian ini, seluruh cowok marah dan mengepung hotel. Akibat kejadian tersebut, puluhan orang terluka. Insiden penyerangan tersebut ternyata menjalar sampai ke beberapa tempat di seluruh Medan. Pada tanggal 10 Oktober 1945, Achmad Tahir, seorang bekas perwira prajurit Sukarela memelopori terbentuknya TKR Sumatra Timur. Pada tanggal yang sama terbentuk pula badan-tubuh usaha dan laskar-laskar partai.

Pada tanggal 18 Oktober 1945, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mengeluarkan ultimatum terhadap seluruh cowok untuk menyerahkan senjatanya. Selain itu, para pasukan Sekutu dan NICA juga mulai melaksanakan aksi-aksi terror. Pada tanggal 1 Desember 1945, mereka memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di banyak sekali sudut kota Medan.

Akibat, tidak diindahkannya ultimatum tersebut,Pasukan Sekutu menggempur Medan secara besar-besaran pada tanggal 10 Desember 1945. Mereka mengerahkan seluruh pesawat-pesawat tempur untuk menguasai Medan.

Pada kesannya, pada bulan April 1946 Sekutu sukses mendesak pemerintah RI ke luar Medan. Meskipun para p0juang belum sukses menghalau Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Lasykar Rakyat Medan Area.

Pertempuran yang terjadi pada tanggal 17 Oktober 1945 merupakan salah satu kejadian yang sungguh bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pertempuran ini disebabkan lantaran pasukan Sekutu mendarat di Bandung. Pada ketika itu para perjaka dan p0juang sedang gencar-gencarnya melucuti senjata perang dari tangan Jepang. Namun, Sekutu meminta senjata dari hasil pelucutan tersebut untuk diserahkan kepada mereka.

Bahkan sekutu mengeluarkan Ultimataum kepada p0juang Indonesia bahwa pada tanggal 21 November 1945. Mereka meminta supaya Pihak Indonesia mengosongkan kota Bandung kepingan utara paling lambat sampai tanggal 29 November 1945 dengan alasan keamanan.

Namun, para p0juang tidak mengindahkan ultimatum tersebut. Sejak ketika itu, sering terjadi kejadian anatar pasukan Sekutu dan Indonesia. Karena konflik yang terus berjalan ini, beberapa tokoh melaksanakan negosiasi dan setuju untuk mengosongkan kota Bandung demi keamanan.

Pada tanggal 23 Maret 1946, Pemerintah Republik Indonesia memperlihatkan intruksi kepada TRI untuk meninggalkan kota Bandung. Dengan berat hati, seluruh p0juang dan penduduk meninggalkan Bandung Utara. Namun, Sebelum pergi meninggalkan kota Bandung, mereka apalagi dulu menyerang pasukan Sekutu sambil membumihanguskan kota Bandung serpihan Selatan. Peristiwa ini lalu dikenal dengan Bandung Lautan Api.

Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 Oktober di Semarang. Pertempuran ini terjadi lantaran kehadiran pasukan Sekutu yang dipimpinan oleh Brigadir lenderal Bethel. Pada mulanya, kedatangan mereka disambut dengan baik oleh rakyat karena mengelola para tawanan perang. Namun ternyata, mereka diboncengi oleh NICA dan malah mempersenjatai para tawanan perang secara diam-diam di Ambarawa dan Magelang.

Setelah terjadi peristiwa penyerangan di Magelang yang melibatkan TKR dan serdadu Sekutu, Presiden Soekarno dan Brig, Jendral Bethe menyelenggarakan gencatan senjata pada tanggal 2 November 1945. Kemudian, pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu yang berada di Magelang mundur ke Ambarawa.

Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini turut mengejar-ngejar pasukan Sekutu, sehingga meletuslah peperangan Ambarawa. Pasukan Angkatan Muda yang dipimpinan oleh Sastrodihardjo beserta dengan pasukan campuran dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta menghadang Sekutu di desa Lambu. Dalam peperangan ini, Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas gugur.

Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, komando pasukan dipegang oleh Kolonel Soedirman, seorang Panglima dari Divisi di Purwokerto. Kolonel Soedirman kemudian mengkoordinir seluruh komandan sektor untuk menyusun taktik penyerangan kepada lawan.

Kemudian pasukan TKR berhasil mengepung musuh yang bertahan di benteng Willem. Pasukan TKR mengepung benteng yang berada di tengah-tengah kota Ambarawa ini selama 4 hari 4 malam pada tanggal 12 Desember 1945. Karena merasa terdesak, pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu mundur dan meninggalkan Ambarawa menuju Semarang.

Pertempuran ini dilatarbelakangi oleh terbunuhnya Jenderal Mallaby pada pertentangan yang tejadi antara p0juang dan Pasukan Sekutu. Pihak Inggris pun meminta pertanggungjawaban kepada rakyat Surabaya dan mengeluarkan ultimatum yang isinya meminta seluruh rakyat Surabaya dan para pemimpin-pemimpinnya untuk menyerahkan diri. Jika ultimatum tersebut tidak diindahkan, Inggris akan menggempur Surabaya dengan mengerahkan seluruh kekuatan darat, laut dan udara.

Bukannya mengalah, rakyat Surabaya merasa terhina akan ultimatum tersebut. Oleh karena itu, rakyat Surabaya menolak dan secara resmi Gubernur Suryo mengeluarkan pernyataan menolak ultimatum. Akibat penolakan tersebut, meletuslah pertempuran pada tanggal 10 Nopember 1945.

Surabaya digempur habis-habisan oleh pasukan Inggris. Kontak senjata pertama kali terjadi di Pelabuhan Tanjung Perak sampai pukul 18.00. Pasukan Sekutu yang dipimpinan oleh Jenderal Mansergh mengerahkan satu Divisi infantri sebanyak 10.000 – 15.000 pasukan dan dibantu oleh kapal perang penjelajah “Sussec” serta pesawat tempur “Mosquito” dan “Thunderbolt.

Di tengah-tengah peperangan ini, seorang pemuda yang berjulukan Bung Tomo mengkremasi semangat seluruh p0juang arek-arek Suroboyo dengan berpidato melalui siaran radio. Dengan lantang Bung Tomo

mengucapkan merdeka atau mati. Dalam pertempuran ini, seluruh bagian kekuatan rakyat, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, maupun PTKR bahu membahu menyerang pasukan Sekutu.

Pertempuran Surabaya berlangsung sampai tamat November 1945. Meskipun banyak korban jiwa yang berjatuhan, rakyat Surabaya sukses mempertahankan kotanya dari gempuran Pasukan Inggris. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 November diperingati Hari Pahlawan Nasional dan Surabaya disebut dengan kota satria atas penghargaan jasa para pendekar di Surabaya dalam menjaga tanah air Indonesia.