Sejarah Berdirinya Kerajaan Medang Mataram atau Medang Kamulan (Kahuripan) – Sejarah berdirinya kerajaan Medang Mataram atau Medang Kamulan (Kahuripan) atau pula disebut sebagai Dinasti Isana tak bisa lepas dr sejarah berdirinya kerajaan Mataram Kuno.
Pada ketika kerajaan Mataram antik dipimpin oleh Sri Maharaja Wawa, ibu kota kerajaan Mataram kuno sempat dipindahkan di tempat Medang (925 M).
Letak tempat Medang memang belum diketemukan dengan-cara niscaya tetapi ada yg berpendapat bahwa kemungkinan merupakan suatu kawasan di Purwodadi, Semarang. Selain itu pula adan yg berpendapat lain dimana Medang Kamulan merupakan ibu kota Kediri atau Jenggala.
Di dlm prasasti canggal, kawasan Medang Kamulan dinamakan sebagai Medang i bhumi Mataram. Kata “kamulan” berasal dr kata “kamulyaan” atau jikalau dlm tatanan bahasa Indonesia dikala ini memiliki arti “kemuliaan”.
Setelah pemerintahan Sri Maharaja Wawa di Kerajaan Mataram Kuno berakhir kemudian tahta kerajaan di teruskan oleh menantunya yg bernama Mpu Sindhok yg bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikramatunggadewa.
Nah, pada masa pemerintahan Mpu Sindhok, seluruh kerajaan Mataram dipindahkan dr Medang, Jawa Tengah menuju ke Jawa Timur yg kemudian berubahlah kerajaannya menjadi suatu kerajaan baru yg berjulukan Kerajaan Medang Mataram, sebuah dinasti baru yakni Dinasti Isana. Ini pula sekaligus menandai bahwa sudah berakhirnya sebuah kerajaan usang yg berjulukan kerajaan Mataram Kuno.
Ibu kota kerajaan Medang Mataram terletak di Watan Mas yakni di sekitar muara Sungai Brantas. Adapun alasan Mpu Sindhok melakukan pememindahan kerajaan dikarenakan beberapa argumentasi diantaranya:
a. Untuk menyingkir dari bahaya dr Gunung Merapi,
b. Untuk menjauhi dampak serta ancaman dariKerajaan Sriwijaya yg semakin besar lengan berkuasa,
c. Di kawasan jawa timur mempunyai tanah yg lebih subur & terbukanya kanal jalur perdagangan.
Pada masa pemerintahan Mpu Sindhok, wilayah kekuasaan kerajaan Medang Mataram meraih kawasan Nganjuk sebelah barat, Pasuruan, Surabaya & Malang.
Sang raja bisa memimpin rakyatnya dengan-cara adil & berkuasan sejak 929–947 M. Ia mempunyai permaisuri yg bernama Sri Wardhani Pu Kbin. Kisah kerajaan ini tertuang dlm beberapa prasasti yakni Prasasti Mpu Sindhok, Prasasti Tengaran (933 M), Prasasti Lor (939 M), Prasasti Bangil & Prasasti Kalcutta.
Meski beragama Hindu yg memuja Dewa Siwa, Mpu Sindhok mempunyai perilaku toleransi beragama yg sangat tinggi khususnya bagi penganut agama Budha. Ia menyerahkan kepercayaan agama rakyatnya pada eksklusif masing-masing.
Ini dibuktikan dgn diterbitkannya kitab Sang Hyang Kamahayanikan yg merupakan salah satu kitab umat agama Budha yg diterbitkan pada masa pemerintahannya. Pada pemerintahannya, Ia pula sempat menciptakan bendungan sebagai tanggul untuk pertanian sekaligus untuk perikanan.
Setelah Mpu Sindhok wafat, tahta kerajaan dilanjutkan oleh puterinya sendiri yg berjulukan Sri Isana Tunggawijaya. Sang putri menikah dgn Lokapala & memiliki putra berjulukan Makutawangsawardana yg pada hasilnya meneruskan tahta kepemimpinan dr ibunya.
Setelah Makutawangsawardana meninggal, tahta kepemimpinan kerajaan digantikan oleh Dharmawangsa Teguh (990–1016). Dharmawangsa Teguh bisa meningkatkan kemakmuran rakyat khususnya dr sektor pertanian & jual beli.
Namun pada saat itu, sektor perdagangan masih dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya yg mempunyai keinginan menguasai wilayah Sumatra & Jawa. Tau akan hal ini, Raja Dharmawangsa Teguh mengantarkan bala tentaranya pada tahun 1003 M untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya tetapi usahanya gagal.
Mendapat serangan dr Kerajaan Medang Mataram, kemudian kerajaan Sriwijaya berhasrat melaksanakan penyerangan balik. Penyerangan ini dibantu oleh kerajaan kecil di tempat Jawa yg berjulukan kerajaan Wurawuri.
Kerajaan Wurawuri merupakan kerajaan kecil bawahan kerajaan Medang tetapi justru menjadi pemberontak tatkala terbuai bujuk rayu dr Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Wurawuri sukses terhasut oleh kerajaan Sriwijaya untuk melaksanakan perebutan kekuasaan. Pemberontakan ini dikerjakan tatkala Kerajaan Medang Mataram sedang larut dlm peringatan pesta pernikahan putri Raja Dharmawangsa Teguh dgn Airlangga yg merupakan putera dr Raja Bali Udayana dgn Mahendradatta. Mahendradatta merupakan saudari dr Raja Dharmawangsa Teguh.
Pada akibatnya kejadian berdarahpun terjadi (sekitar tahun 928 saka), sang Raja Dharmawangsa Teguh & beberapa saudara istana alhasil tewas dlm pertempuran dadakan. Peristiwa ini dikenal dgn naman Pralaya Medang (perlaya bermakna mati). Kerajaan Medang Mataram akibatnya hancur.
Airlangga & sebagian pengikut setianya diantaranya Narotama, bisa meloloskan diri dr pembantaian berdarah lari menuju hutan Wonogiri & bersembunyi di lereng Gunung Kelud.
Selama dlm persembunyiannya, Airlangga dikasihi & digembleng (dilatih) oleh para brahmana (pendeta) selama tiga tahun (1016-1019) hingga hasilnya dinobatkan menjadi Raja Kerajaan Medang pada tahun 1019 Masehi dgn gelar Sri Maharaja Rake Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.
Menjadi seorang raja sekaligus menantu Dharmawangsa, Airlangga berminat membangkitkan kembali kerajaan Medang yg hancur balasan pengkhianatan. Ia merasa berkewajiban mengembalikan kewibawaan & kekuasaan kerajaan Medang.
Ia pun memulai upayanya dgn cara menundukkan semua kerajaan yg dahulu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Medang Mataram diantaranya Raja Bisaprabhawa ditaklukkan tahun 1029, Raja Wijayawarman dr Wengker ditundukkan tahun 1030, Raja Adhamapanuda ditaklukkan tahun 1031 serta Raja Wurawari yg merupakan lawan bebuyutannya pun bisa ia taklukkan pada tahun 1035.
Setelah itu ibu kota kerajaan Medang dipindahkan ke kawasan Kahuripan (Sidoharjo) sehingga kerajaan Medang Mataram lalu lebih diketahui selaku kerajaan Medang Kahuripan.
Pada masa pemerintahan Raja Airlangga, rakyat mengalami kemakmuran & perkembangan di sektor ekonomi serta pertanian. Ia mampu menciptakan Waduk Waringin Sapta untuk menahan banjir & selaku pengairan area pertanian.
Ia pula menciptakan pelabuhan seperti Pelabuhan Tuban (Kembang Putih) & Hujung Galuh yg kemudian menjadi pusat jual beli internasional yg melibatkan India, Kamboja, Campa & Birma. Akses jalan pun tak luput dr pembangunan.
Tak lupa ia pula membangun candi-candi selaku bentuk ucapan terima kasih pada para Brahmana yg sudah menemani & melatih dirinya selama masa pelarian. Pada masa inilah kerajaan Medang Kahuripan mengalami jaman keemasan hingga diabadikan dlm kitab Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa.
Raja Airlangga mempunyai dua istri. Istri pertama yakni putri Raja Dharmawangsa Teguh yg melahirkan seorang putri bernama Sanggramawijaya Tunggadewi & seorang putra yg bernama Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa.
Istri yg kedua merupakan putri dr Kerajaan Sriwijaya yg melahirkan seorang putra bernama Panji Garasakan. Istri kedua merupakan perkawinan politik untuk menyatukan Kerajaan Sriwijaya dgn Kerajaan Medang Kahuripan.
Setelah Kerajaan Medang Mataram atau Kahuripan mengalami jaman keemasan, Raja Airlangga memutuskan untuk mengundurkan diri & menjalani hidup sederhana selaku seorang petapa.
Kemudian tahta kerajaan diberikan pada anak pertamanya yaitu seorang putri Sanggramawijaya Tunggadewi. Namun ternyata sang putri pun menolak sebab lebih suka untuk menjalani hidup sederhana menjadi seorang petapa. Sang putri pun dikenal dgn nama Dewi Kili Suci.
Pada tamat-tamat turunnya tahta Raja Airlangga, Ia mengalami sebuah dilema dimana kekuasaan kerajaan jutru dijadikan ajang rebutan oleh dua putranya yakni Sri Samarawijaya & Panji Garasakan.
Hingga jadinya sang Raja pun menetapkan untuk menyerakan dilema ini pada Mpu Bharada. Kemudian Mpu Bharada membagi tahta kerajaan menjadi dua yaitu kerajaan Kediri untuk Sri Samarawijaya & kerajaan Jenggala untuk Panji Garasakan.
Raja Airlangga pula diberi gelar sebagai Resi Gentayu. Ia akibatnya meninggal pada tahun 1049 Masehi & disemayamkan di Gunung Penanggungan yakni di sekitar Komplek Candi Belahan.
Daftar Pustaka
Ari Listiyani,Dwi.2009.Sejarah 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa. Solo: CV. Grahadi.
Suwito, Triyono.2009.Sejarah 2 : Sekolah Menengah Atas & Madrasah Aliyah Program IPS Jilid 2 Kelas XI. Bandung:Penerbit Titian Ilmu.
Wardaya.2009.Cakrawala Sejarah 2 : untuk Sekolah Menengan Atas / MA Kelas XI (Program Bahasa).Solo:PT. Widya Duta Grafika.